Terkuak Prostitusi Online di Kota Metro, 2 Muncikari Sediakan Mahasiswi Bertarif Rp 600 Ribu
LR ditangkap saat akan menawarkan seorang wanita kepada pelanggan di salah satu hotel di wilayah Metro Barat, Kota Metro.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, METRO - Praktik prostitusi online ternyata tidak hanya terjadi di kalangan artis saja, tapi juga pelajar dan mahasiswa di Lampung pun terlibat pada dunia hitam ini.
Praktik prostitusi online yang melibatkan pelajar dan mahasiswa ini berhasil terbongkar di Kota Metro.
Polisi berhasil mengamankan dua muncikari, H (38) dan LR (23).
Keduanya merupakan warga Punggur, Lampung Tengah.
Keduanya mengaku memperdagangkan sekitar 10 perempuan kepada laki-laki hidung belang.
Baca: Kisah Menyeramkan Dibalik Lokasi yang Dikenal Paling Angker di Amerika Serikat
"Latar belakangnya (perempuan yang diperdagangkan) berbeda-beda. Ada yang mahasiswa, ada yang janda, dan memang tidak ada kerja. Untuk pelajar maupun seks menyimpang atau pasangan sejenis, itu tidak ada dari dua tersangka tadi," kata Kepala Satreskrim Polres Metro Ajun Komisaris Try Maradona, Minggu (13/1/2019).
Asal kesepuluh perempuan tersebut juga beragam. Ada yang dari Metro, Lampung Tengah, dan Pesawaran.
Untuk penggunanya juga berasal dari beragam latarbelakang. Mulai dari pelajar, mahasiswa, pengusaha, pekerja swasta, hingga pejabat pemerintah daerah.
Kedua muncikari ini sendiri telah ditangkap pada 23 Desember 2018 lalu.
LR ditangkap saat akan menawarkan seorang wanita kepada pelanggan di salah satu hotel di wilayah Metro Barat, Kota Metro.
Polisi kemudian melakukan pengembangan dan mengamankan H. Dari hasil penyelidikan diketahui, ada 10 perempuan yang diperdagangkan keduanya.
Dilanjutkan Try, prostitusi via online ini sangat tertutup rapat dan terselubung.
Baca: Mayat Pria Tanpa Busana Mengambang di Sungai Porong
Tidak tersebar dan terbuka bagi umum. Sehingga perlu peran semua pihak turut aktif mengawasi dan melaporkan.
"Kalau dulu kan iya lewat Facebook, langsung tawarkan harga segini, tapi sekarang sudah tertutup. Termasuk yang kita ungkap bulan kemarin itu. Meraka hanya via WhatsApp. Dan itu pun tertutup. Hanya dari user atau teman user begitu," terangnya.
Karena itu, ia berharap semua pihak bahu membahu untuk mempersempit ruang gerak praktik prostitusi online di wilayah setempat. Tidak hanya polisi, pemerintahan dan masyarakat turut aktif.
"Kita ada tim patroli cyber tersendiri. Mulai dari FB, Twitter, atau WeChat. Memang, saat ini karena perhelatan politik, jadi kita patroli terkait ujaran kebencian, hoaks, atau black campaign. Tapi tetap, soal pidum atau kejahatan cyber tentu kita awasi," bebernya, Minggu (13/1/2019).
Tarif Rp 600 Ribu
Sementara H, pada wawancara beberapa waktu lalu dengan Tribun memaparkan, telah menjalankan bisnis esek-esek tersebut kurang lebih dua tahun.
Dirinya mengaku mendapatkan keuntungan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per orang.
Tarif satu wanita yang ia tawarkan ke lelaki hidung belang sebesar Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu.
Ia juga mengaku sudah memiliki enam anak didik yang sering ia tawarkan kepada para pelanggan.
"Kalau yang saya tawarkan ke pelanggan sudah pernah dipakai sama dia, ya saya cari lain dengan minta sama kawan. Nanti kawan kasih stoknya. Ya macam-macam. Ada yang minta pelajar ada juga mahasiswa," katanya.
Baca: Satu Lagi Artis Terjerat Narkoba, Polda Metro Jaya Amankan Satu Personil Duo Molek
H juga membeberkan, pelanggan yang kerap menggunakan jasanya mulai dari remaja hingga pejabat pemerintah daerah.
Ketika ditanyakan siapa pejabat yang kerap meminta jasanya, ia hanya menyebut dua nama kabupaten di Lampung. "Pejabat ada, tapi dari luar," terangnya.
Pengakuan serupa juga disampaikan LR. Ia bertugas sebagai pencari wanita yang mau diajak esek-esek.
Tak jarang, bahkan dirinya juga kerap turun langsung untuk memuaskan nafsu para hidung belang.
"Kan mereka butuh, saya cuma bantu. Mereka butuh pemuas, saya butuh uang," kata dia.
Lolos Jerat Hukum
Satreskrim Polres Kota Metro mengaku tidak bisa menjerat penikmat jasa maupun perempuan yang menjajakkan tubuhnya kepada pria-pria bandot.
"Memang perangkat hukumnya belum ada. Jadi kita lepaskan. Cuma pembinaan saja. Kecuali, salah satu pihak dilaporkan keluarga. Itu bisa kena perzinahan. Termasuk PSK juga tidak bisa kita jerat. Nah, sekarang ini kan upaya hukum untuk itu kan sedang dibahas. Kita tunggu saja," jelasnya.
Sementara untuk mucikari, bisa dijerat dengan Undang-undang perdagangan manusia serta undang-undang pornografi.
Sehingga selama ini, aparat hanya bisa memberi hukuman kepada mucikari.
Komentar MUI
Majelis Ulama Islam (MUI) Kota Metro sepakat para pelaku praktik asusila ditindak tegas. Sehingga menjadi efek jera bagi masyarakat di Bumi Sai Wawai agar tidak melakukan hal serupa.
Sekretaris MUI Kota Metro Nasriyanto Effendi menilai, pemberantasan praktik maksiat tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Namun harus bersama-sama. Mulai dari pencegahan hingga penindakan secara hukum.
"Kalau kita lihat kasus kemarin kan, mereka dari luar Metro. Artinya, kemungkinan kos di sini. Nah, Satpol PP dapat melakukan razia terhadap hotel dan rumah kos secara kontinu. Juga menyosialisasikan Perda Penyakit Masyarakat," ungkapnya.
Ia menambahkan, jika disosialisasikan terjadi praktik prostitus, maka harus diberikan surat peringatan tertulis sampai teguran keras seperti pencabutan izin usaha.
Libatkan Anak di Bawah Umur
Selain di Metro, prostitusi online juga sempat terungkap di wilayah Lampung Timur awal 2019 ini.
Praktik prostitusi ini juga melibatkan kalangan pelajar.
Ironisnya, praktik maksiat tersebut dijalankan ibu dan anak di Raman Utara, Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Kepada aparat, tersangka PI (36) dan BA (21) mengaku telah menjalankan perdagangan anak di bawah umur selama kurang lebih tiga bulan dengan keuntungan 30 persen dari tarif yang disepakati.
Keduanya telah menjual kesucian Senja (16), Jingga (16), dan Rona (15), bukan nama sebenarnya, kepada pria-pria hidung belang dengan tarif bervariasi, Rp 500 ribu hingga Rp 900 ribu.
Kapolres Lampung Timur, Ajun Komisaris Besar Taufan Dirgantoro mengatakan, kedua tersangka (mucikari) diduga melakukan perdagangan dan mempekerjakan tiga perempuan di bawah umur.
Mereka masih berstatus pelajar, untuk dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan imbalan uang.
Profesi yang dijalani para tersangka sudah berlangsung sejak Desember 2018.
Adapun modus yang digunakan dengan cara menawarkan kepada pria-pria bandot melalui jalur komunikasi telepon.
Setelah sepakat, muncikari akan memberikan nomor telepon ABG kepada calon klien mesumnya.
"Mereka sendiri membuat grup pesan aplikasi WhatsApp dengan ABG. Baru diberi nomor kalau deal. Dari hasil penyelidikan kita, korban ada tiga. Masih pelajar semua. Kita juga amankan sejumlah barang bukti," ungkapnya.
Taufan menambahkan, tersangka ibu dan anak akan dijerat dengan UU Nomor 21/2017 terkait Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan UU Nomor 35/2014 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.
Faktor Ekonomi
Sementara Akademisi Unila, Diah Utaminingsih mengatakan, ada banyak faktor seseorang memilih terjun ke dunia prostitusi online.
Mulai dari faktor ekonomi hingga keinginan memiliki gaya hidup berkecukupan tanpa mau bekerja keras.
Terjun ke prostitusi online dinilai bisa mendatangkan keuntungan besar dengan cara instan.
Di sisi lain, kemudahan teknologi informasi dan media sosial yang ada, mempermudah langkah mereka untuk terjun ke bisnis esek-esek ini.
Untuk mencegah dan memberantas praktik prostusi online bukan hal yang mudah.
Sebab, praktik prostitusi ini seperti hukum dagang, ada demand and supply.
Sepanjang ada permintaan, di situ ada penawaraan. Bahkan berapapun mahal tarifnya, jika ada permintaan maka itu akan ada.
Maka dari itu, semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, tokoh agama, keluarga, pihak berwajib, hingga pihak sekolah, harus sama-sama punya komitmen mencegah praktik prostitusi, bukan hanya prostitusi online tapi semua praktik.
Pihak keluarga harus menanamkan nilai agama dan moral di lingkungan keluarga.
Keluarga punya peran penting menjadikan anak-anaknya menjadi generasi kuat, mampu membentengi diri agar tidak terjerumus dalam hal-hal negatif.
Kemudian dunia pendidikan atau pihak sekolah bisa berperan dengan melakukan sosialisasi dan pengawasaan terhadap anak didiknya.
Selanjutnya peran pemerintah dan kepolisan untuk bisa melakukan upaya preventif dan penindakan yang sesuai aturan bukan hanya pada efek jera tapi bagaimana hukuman itu bisa menyadarkaan mereka. (dra/rri)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Polisi Ungkap Prostitusi Online di Kota Metro, 2 Muncikari Sediakan Mahasiswi Bertarif Rp 600 Ribu!