Virus Leptospirosis Mulai Menyerang Wilayah DIY
Virus Leptospirosis mulai menyerang wilayah DIY. Dinas Kesehatan Sleman telah mengeluarkan imbauan agar warganya waspada terhadap penyakit ini.
Editor: Dewi Agustina
Sementara, untuk tahun 2019 belum ada laporan data masuk mengenai penyakit tersebut.
"Pada tahun 2018 dilaporkan ada 186 kasus," jelasnya kepada Tribun Jogja, Kamis (17/1/2019).
Adapun untuk wilayah yang paling rawan penyebaran penyakit ini adalah Bantul dengan angka kasus mencapai 87, Sleman dengan angka kasus mencapai 33, Kulonprogo dengan angka kasus mencapai 26, Kota Yogyakarta dengan angka kasus mencapai 24, dan Gunungkidul dengan angka kasus mencapai 16.
"Paling rawan dan banyak penderitanya adalah daerah Bantul dan paling rendah di kawasan Gunungkidul," jelasnya.
Di 2019 ini, untuk wilayah Kota Yogyakarta juga belum ditemukan kasus leptospirosis.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu mengatakan pada pertengahan Januari 2019, belum ada laporan mengenai kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta.
"Belum ada laporan lagi. Sekarang ada mondok, diduga lepto, belum keluar hasilnya masih di Sardjito. Tapi karena belum ada kepastian, jadi belum ada (kasus lepto)," kata dia kepada Tribun Jogja, Kamis (17/1/2019).
Ia menuturkan, diagnosa untuk mengetahui seseorang terjangkit leptospirosis atau tidak membutuhkan waktu yang tak sebentar.
Terlebih ketika yang bersangkutan telah mengonsumsi antibiotik, diagnosa leptospirosis bisa menjadi negatif.
"Tes lepto bisa negatif karena sudah diberikan antibiotik," ucapnya.
Ia menyebutkan, pada tahun 2018 lalu terdapat 13 kasus leptospirosis.
Dari kasus tersebut, 3 di antaranya meninggal dunia.
"Jadi yang menyebabkan meninggal bukan hanya terlambat ke rumah sakit. Tapi juga banyak faktor. Misalkan ada penyakit lain, daya tahan tubuh yang menurun, dan sebagainya," bebernya.
Kencing Tikus
Ia pun mewanti-wanti warga yang merasa beraktivitas dan terpapar kencing tikus untuk mewaspadai gejala leptospirosis.