Satu Keluarga Tewas Tertimbun Tanah Longsor di Buleleng, Ditemukan dalam Posisi Berpelukan
Korban meninggal dunia atas nama Ketut Budikaca (33 tahun ), Luh Sentiani (27 tahun), Putu Rikasih (9 tahun), Kadek Sutama
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BULELENG – Bencana tanah longsor di Buleleng kembali menelan korban jiwa satu keluarga, tepatnya di Banjar Sangker, Desa Mengening, Kubutambahan, Buleleng, Bali, Selasa (29/1/2019).
Peristiwa tragis tersebut terjadi pada pukul 05.00 Wita dan menimpa satu keluarga
Dari informasi yang diterima Tribun Bali, awal mula petaka tanah longsor bermula dari hujan lebat secara terus menerus sejak Selasa dini hari .
Nahas, satu keluarga atas nama Ketut Budikaca yang sedang terlelap tidur menjadi korban tanah longsor.
Sementara itu mengutip dari laman resmi BPBD Kabupaten Buleleng, peristiwa bencana longsor menyebabkan satu keluarga tewas tertimpa tanah longsor.
Korban meninggal dunia atas nama Ketut Budikaca (33 tahun ), Luh Sentiani (27 tahun), Putu Rikasih (9 tahun), Kadek Sutama.
Semua korban ditemukan dalam keadaan meninggal.
Merespon bencana longsor tersebut, BPBD Kabupaten Buleleng langsung menurunkan tim TRC menuju lokasi kejadian untuk melakukan evakuasi dan pertolongan.
Sementara itu, dikonfirmasi terpisah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Suadnyana menuturkan, lokasi terjadinya bencana termasuk wilayah yang rawan terjadinya tanah longsor.
Rumah keluarga yang menjadi korban tewas tersebut berada dalam perbukitan rawan longsor.
Jenazah mereka berhasil dievakuasi oleh warga sekitar pada pukul 06.00 wita.
Nyoman Dania (78) selaku ayah korban Ketut Budi Kace menuturkan, hujan deras mengguyur wilayah Banjar Dinas Sangker sekitar pukul 02.00 Wita dinihari.
Ia pun sempat merasa was-was, sebab lokasi kediaman anaknya berada di bawah tebing setinggi kurang lebih delapan meter.
Saat hujan mengguyur, Dania sempat terbangun dari tidurnya.
Ia sempat memantau rumah anaknya yang lokasinya tepat di belakang rumah Dania.
"Saya sempat bangun sekitar jam 03.00 wita, mantau rumah anak saya. Sempat was-was karena posisi rumahnya ada di bawah, rawan kena longsor. Saya lihat anak saya tidak keluar rumah, jadi saya rasa aman-aman saja. Jam 04.00 wita saya tidur. Pas bangun jam 05.00 wita, saya lihat rumah Ketut sudah rata. Sempat saya panggil tapi tidak ada sahutan, firasat saya sudah meninggal. Akhirnya saya minta bantuan ke warga untuk dievakuasi," kata Nyoman Dania saat ditemui di rumah duka.
Berpelukan
Warga yang mengetahui kejadian ini pun bergegas melakukan evakuasi.
Mereka menemukan posisi ke empat jenazah saling berpelukan, berada di atas kasur, tertimpa tanah, dinding batako, pohon jeruk, dan senderan rumah.
"Anak saya (Ketut Budi Kace,red) posisinya memeluk anak perempuannya (Putu Rikasih,red), istrinya ( Luh Sentiani, red) posisinya memeluk anak laki-lakinya (Kadek Sutama,red). Semuanya masih di atas ranjang," ungkap Dania lirih.
Bila tidak ada halangan, ke empat jenazah akan di makamkan, setra Desa Pakraman Mengening, pada Rabu (30/1/2019). (Tribun
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.