Pala di Abdya Terancam Punah, Ini Pemicunya
Hama penggerek batang dan jamur akar busuk membuat tanaman pala mati secara mendadak.
Editor: Eko Sutriyanto
Azwar mengatakan, data tentang luas areal tanaman pala yang mati seluas 716 ha akibat serangan hama masih bersifat sementara.
Sebab, dari hasil amatan lapangan tanaman pala yang mati diyakini melebihi data tersebut.
“Dari 2.697 ha tanaman pala, diperkirakan 50 persen (1.348 ha) diantaranya telah mati akibat serangan hama,” kata Azwar.
Tanaman pala yang mati terkena serangan hama terjadi di delapan kecamatan, dari Babahrot sampai Lembah Sabil, kecuali Kecamatan Susoh karena tidak memiliki tanaman pala.
Serangan hama terparah di Kecamatan Jeumpa, terutama kawasan pegunungan Gampong Alue Seulaseh, Alue Sungai Pinang, Jeumpa Barat, Kuta Jeumpa, dan Cot Manee.
Di Kecamatan Setia, hama sangat ganas tersebut menyerang tanaman pala di kawasan Gunoeng Jirat merupapakan kawawasan perkebunan pala petani dari tiga gampong/desa setempat.
Hama yang membuat tanaman pala mati mendadak itu juga menyerang tanaman pala milik petani Kecamatan Blangpidie, Tangan-Tangan, Manggeng dan Lembah Sabil.
Kabid Perkebunan, Azwar menambahkan, hama penggerek batang dan jamur akar tersebut mulai terjadi sejak belasan tahun lalu, tapi hingga sekarang belum ditemukan obat pembasmi yang ampuh.
Selain tenaga ahli dari Dinas Perkebunan Provinsi Aceh, Tim IPB Bogor juga sudah turun ke lapangan untuk melakukan pengendalian hama sangat mematikan itu, namun belum menunjukkan hasil memuaskan.
Hama penggerek batang dan jamur akar busuk membuat tanaman pala mati secara mendadak.
Hama yang sangat sulit dikendalikan itu membuat tanaman pala mengalami layu daun dan segera berubah menjadi kuning, tidak lama kemudian mati sehingga tanaman pala yang semula tampak hijau dalam waktu singkat hanya tinggal ranting.
Hama ini bukan saja menyerang tanaman pala tua atau telah berumur puluhan tahun, melainkan tanaman pala muda atau tanaman yang diremajakan.
“Peristiwa ini merupakan pukulan berat bagi petani yang mengandalkan pendapatan sehari-hari dari produksi pala. Terlebih lagi, ketika produksi menurun drastis, harga pala di tingkat petani juga menurun,” kata Zainal Abidin, warga Kecamatan Setia kepada Serambinews.com beberapa waktu lalu.
Dikatakan, petani mendesak Pemkab Abdya dalam hal ini Distanpan segera mencari solusi menangani serangan hama sangat meresahkan tersebut seperti menyalurkan bibit pala yang tahan hama kepada petani untuk merehabilitasi tanaman yang telah punah.
"Atau bisa juga mengganti tanaman pala yang telah mati dengan tanaman jenis lain, seperti tanaman kopi," katanya.