Dua Bulan Setelah Digigit Anjing Negeng Meregang Nyawa
Seorang warga asal Dusun Kedui, Desa Tembuku, Kecamatan Tembuku, Bangli, I Nengah Negeng menjadi korban anjing rabies.
Editor: Hendra Gunawan
Pihak RSUD Bangli segera mengkonsultasikan ke spesialis saraf.
Kata Nengah Nadi, berdasarkan hasil komunikasi yang dilakukan oleh dokter spesialis saraf, diketahui Negeng memiliki riwayat gigitan anjing dan tidak mendapatkan penanganan sesuai standar.
Malam harinya, sekitar pukul 20.00 Wita, muncul gejala gelisah.
Seperti hypersensitif, hydrofobia, aerofobia, fotofobia (takut pada cahaya), hypersalivasi (keluar air liur berlebihan).
Ia pun harus dirawat pada ruang isolasi di Ruang Mawar RSUD Bangli oleh spesialis saraf dengan memberikan tatalaksana medis sesuai dengan standar medis untuk menenangkan pasien.
“Kami dari Dinas Kesehatan Kabupaten bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi juga sudah melakukan kunjungan ke RSUD Bangli untuk melihat langsung kondisi pasien pada keesokan harinya (28/2). Saat itu kondisi pasien sudah relatif tenang karena upaya medis yang dilakukan. Meski sesekali pasien masih terlihat gelisah, susah minum, tidak mau mengenakan O2 karena aerofobia, serta beberapa gejala lainnya,” ujar Nadi.
Peradangan Otak Akibat Virus
Meski segala upaya telah dilakukan, takdir justru berkata lain. Pukul 22.00 Wita, kondisi Negeng mulai tak stabil dengan kesadaran yang terus menurun.
Pihak medis langsung melakukan upaya penanganan. Namun pukul 23.55 Wita pasien dinyatakan meninggal dunia.
“Diagnosa mengalami peradangan otak akibat virus rabies. Jenazah telah dikuburkan pada Jumat (1/3),” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, I Nengah Nadi.
Baca: Jokowi Minta Siswa SMA Taruna Nusantara Berani Berantas Hoaks
Usai diketahui kejadian tersebut, pihaknya telah mengupayakan penanggulan penyebaran virus rabies.
Bersama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Bangli, mereka melakukan penelusuran ke Dusun Kedui dan penanggulangan di lapangan serta tatalaksana kasus yang kontak erat dengan pasien bersangkutan.
“Kami juga melakukan sweeping dan tatalaksana terhadap kasus gigitan lain pada periode yang sama."
"Selain itu kami berupaya melakukan pencegahan kasus rabies secara berkesinambungan ke berbagai pemangku kepentingan seperti sekolah, aparat Banjar/Desa, serta tokoh masyarakat, agar tidak terjadi kasus yang berulang mengingat wilayah Tembuku dan sekitarnya yang merupakan wilayah dengan Zona Merah Rabies,” tandasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Anjing Rabies Renggut Nyawa Warga Tembuku, Nengah Negeng Keluhkan Gejala Ini 2 Bulan Usai Kejadian