Termakan Isu Kiamat, Warga Ponorogo Jual Tanah dan Rumahnya Rp 20 Juta, Bupati Geleng-geleng Kepala
Akibat menyebarnya isu kiamat tersebut, warga Desa Watu Bonang pun nekat menjual rumah dan hewan ternaknya.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Kabar empat tahun lagi akan terjadi kiamat menyebar di kalangan warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo membuat Bupati Ipong Muchlissoni geleng-geleng kepala.
Akibat menyebarnya isu kiamat tersebut, warga Desa Watu Bonang pun nekat menjual rumah dan hewan ternaknya.
Bahkan, harga rumah dan tanah yang dijual terbilang murah, yakni sebesar Rp 20 juta. Ada juga warga yang mempercayai isu kiamat itu menjual kandang dan sapi ternak sebesar Rp 8 juta.
Sekadar diketahui, Desa Watu Bonang di Ponorogo termasuk daerah tandus dan miskin. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sana bermatapencaharian sebagai petani dengan mengandalkan air tadah hujan.
Akibat isu kiamat, sebanyak 52 warga Desa Watu Bonang secara serentak pindah ke Malang.
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni membenarkan ada warganya yang pindah secara bersama-sama lantaran termakan isu kiamat.
"Ya betul, kejadiannya sekitar sebulan yang lalu. Kami sudah berusaha mencegah, memberikan pembinaan, agar supaya itu tidak dilakukan tetapi mereka sudah terlanjut yakin dan jatuh cinta jadi ya susah," beber Ipong, Rabu (13/3/2019) siang.
"Mereka yakin dunia ini akan kiamat dan kalau ikut kiai dari Kasembon Malang itu, nanti seperti kisah Nabi Nuh, mereka tidak ikut kiamat," kata Ipong.
Merebaknya isu kiamat di kalangan warga menjadi viral di media sosial Facebook setelah diunggah netizen bernama Rizky Ahmad Ridho, di grup Facebook Info Cegatan Wilayah Ponorogo (ICWP) pada Senin (11/3/2019) sekitar pukul 10.14 WIB.
"#kepoinfo seng omahe watu bonang enek ora jarene lemah' pdo.di dol.gek pindah neg malang kae kronologine pie.. Seng 2 krngu" jarene kenek doktrin seng kiamat disek dwe daerah kno gek jarene neh kui gae jaket MUSA AS..kui aliran opo lurrr.samarku mbat brawek neg daerah" lio..Ngnu wae..mergo rdok nyamari babakan ngne kie wedi ko mbat di gae edan lak io.jembuk," tulis Rizki di Grup ICWP.
Arti dalam bahas Indonesia, berart :
#kepoinfo yang rumahnya di Watu Bonang ada apa tidak. Katanya tanah semua dijual terus pindah ke Malang itu gimana kronologinya. Dengar-dengar katanya kena doktrin yang kiamat pertama daerah situ dan katanya ada yang pakai jaket MUSA AS. Itu aliran apa, khawatirku merembet ke daerah lain. Gitu aja. Soalnya agak membahayakan bab seperti ini takutnya malah membuat orang gila.
Unggahan tersebut mendapat lebih dari 1.400 komentar dan 1.000 like dari netizen.
Seorang netizen bernama Muhtar Tatung, membenarkan kabar tersebut.
Muhtar mengatakan, di desanya terdapat keluarga yang tiba-tiba menjual mobil, motor, sapi lantaran percaya empat tahun lagi akan tiba kiamat.
Orang tua bersama anak dan istrinya diajak ke Malang untuk beribadah.
"Gonku enek mas mobile montore sapine didol jare 4thun engkas rep kiamat.wong tuane sak anak bjone diajak neng malang.jare rep ngibadah tohok," tulis Muhtar.
Sementara pemilik akun Che Chipruetz Philhaophipholhepher mengatakan rumah warga yang pindah ke Malang, menjual rumah dan hewan peliharaan dengan harga murag.
"Lemah sak omah gur diD0l 20 juta Lurrr,,, Gek kandang sak sapine gur 8 juta,,,,,.(Tanah dan rumah cuma dijual seharga Rp 20 juta, kandang dan sapinya cuma Rp 8 juta)," tulis Che Chipruetz.
Bupati Ponorogo prihatin
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni geleng-geleng kepala dan prihatin karena masih ada warganya yang percaya dengan hal-hal yang tidak masuk akal.
"Prihatin, masih ada yang percaya hal-hal begitu. Jelas itu nggak masuk akal. Sesungguhnya kita sudah melakukan pembinaan sekaligus memberikan pemahaman. Tapi ya sulit, mereka terlanjur percaya dan meyakini," kata Ipong.
Ipong mengatakan, agar isu kiamat ini tidak semakin meluas pihaknya akan segera berkoordinasi dengan MUI dan ormas keagamaan untuk melakukan pembinaan.
"Ya kita terus mengadakan pembinaan pada masyarakat yang belum kena pengaruh ini. Nanti akan berkoordinasi dgn MUI dan ormas keagamaan untuk turun melakukan pembinaan," katanya.
Dia menambahkan, menurutnya agar isu tersebut tidak semakin berkembang di Jawa Timur, menurutnya perlu dilakukan upaya yang serius dari ormas keagamaan, MUI, Pemprov Jatim, Pemkab Malang untuk menangani pusat ajaran tersebut di Kasembon, Malang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.