Senyum Bahagia Slamet Lihat Para Relawan Membangun Rumahnya yang Bolong-bolong
Slamet hidup sebatang kara. Kedua orangtuanya telah meninggal dunia. Ia kini tinggal di sebuah rumah sederhana di wilayah Ngebel RT 08, Bantul
Editor: Sugiyarto
Ketua komunitas ISP Ahmadi atau biasa disapa Geong mengatakan dirinya dan sejumlah relawan tergugah untuk membantu memperbaiki rumah Slamet karena melihat kondisi tempat tinggal yang kurang layak. Apalagi Slamet hidup sendiri.
"Kami terketuk untuk membantu," tuturnya.
Menurut Geong, rumah Slamet kondisinya memprihatinkan. Di sejumlah bagian dinding bahkan sudah bolong-bolong. "Hari ini kita bangun. Pak Slamet kami buatkan rumah semi permanen," terangnya.
Rumah semi permanen yang sedang dibangun untuk Slamet berdinding batako satu meter dan disambung bagian atas menggunakan papan GRC.
Lantainya plester dan dibangunkan juga kamar mandi. Biaya untuk membangun tidak membuka donasi melainkan bantuan sukarela dari anggota masing-masing komunitas.
"Komunitas dan kelompok relawan membangun bagian rumahnya. Untuk sumur ada yayasan dari Magelang dan MCK dapat bantuan dari kelompoknya pak Dukuh," ujar Geong.
Bahagia
Slamet tersenyum. Ia tak sanggup menyembunyikan rasa bahagianya ketika puluhan relawan kerja bakti membangun rumahnya. Ia mengaku terharu dan senang.
"Alhamdulillah, senang, tak terduga," katanya lirih.
Ia mengaku tidak memiliki tempat tinggal lain selain rumah tumpangan di pekarangan Pak Juman. Sejak kecil ia sudah tinggal di pekarangan itu karena mengikuti orang tuannya.
"Saya tinggal di sini karena tidak tau, mau tinggal dimana lagi. Dari dulu orang tua tinggal di sini. Saya tinggal ngikutin orang tua," tuturnya.
Setiap hari dia bekerja tak menentu. Apa saja mau dilakukan. Jika sedang beruntung Slamet dapat orderan sebagai buruh bangunan.
Upahnya lumayan untuk kebutuhan. Namun jika tak ada tetangga yang memberi pekerjan ia tak berpenghasilan sama sekali.(tribunjogja)