Pemerintah Dukung dan Apresiasi Pengembangan Ekonomi Sirkular
Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk dapat mengurangi sampah plastik di laut sebanyak 70% pada tahun 2025
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sampah telah menjadi isu serius yang harus dihadapi dunia saat ini, termasuk Indonesia. Bahkan, persoalan sampah turut mengancam ekosistem di laut.
World Economic Forum pada 2016 menyatakan ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudra. Sedangkan sebanyak 8 juta ton sampah plastik mengalir ke laut setiap tahunnya dan membahayakan lebih dari 800 spesies.
Merespon kondisi tersebut, Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk dapat mengurangi sampah plastik di laut sebanyak 70% pada tahun 2025.
Sebagai bentuk upaya mencapai visi tersebut sekaligus mengekplorasi implementasi ekonomi sirkular Kementerian Kelautan dan Perikanan RI melakukan kunjungan ke Recyling Business Unit yang dikembangkan oleh Danone-AQUA dan Pabrik PT Namasindo Plas yang memproduksi PET daur ulang di Bandung, Jawa Barat.
Kunjungan ini bertujuan untuk menyelaraskan perspektif antara para pemangku kepentingan dalam memahami isu pengelolaan sampah plastik dan pentingnya kolaborasi lintas sektoral.
Kasubdit Restorasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sapta Putra Ginting mengapreasiasi pengembangan sistem ekonomi sirkular yang telah dilakukan.
Baca: Pakar Komunikasi Aqua Dwipayana Berbagi Motivasi dengan Jajaran KJRI Jeddah
“Pada dasarnya, pemerintah tidaklah memusuhi plastik, kami mengendalikan timbulnya sampah plastik," katanya.
Menurutnya dengan implementasi ekonomi sirkular yang dilakukan industri semacam ini sampah dapat terjaga untuk tidak terbuang ke lingkungan dan hal ini harus diiringi dengan dukungan masyarakat untuk menggunakan plastik secara bijak dan tidak membuang sampah sembarangan.
Presiden Direktur PT Namasindo Plas, Yanto Widodo mengatakan, untuk meningkatkan implementasi ekonomi sirkular sekaligus mengembangkan industri daur ulang sebagai upaya pengelolaan sampah plastik, diperlukan edukasi kepada konsumen, masyarakat, produsen dan pemangku kepentingan lainnya.
"Ini untuk meningkatkan kesadaran bahwa teknologi daur ulang sudah sangat berkembang dan sesungguhnya sampah plastik dapat digunakan kembali menjadi sumber daya untuk membuat botol baru ataupun produk lain," katanya.
Semakin banyak konsumen memanfaatkannya maka usaha daur ulang juga akan meningkat. Selain edukasi, berbagai regulasi juga harus didorong untuk memanfaatkan produk daur ulang plastik sebagai bentuk kepedulian pada lingkungan.”
Terkait pengembangan ekonomi sirkular yang dilakukan, Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia menjelaskan sejak tahun 1993 kami mempromosikan inisiatif daur ulang pertama melalui program AQUA Peduli.
"Sekarang kami dapat mengumpulkan 12.000 ton plastik setiap tahunnya melalui 6 Recycling Business Unit di berbagai lokasi di Indonesia sambil menciptakan manfaat ekonomi bagi ratusan pemulung dan pendaur ulang," katanya.
Pada tahun 2018 yang lalu Danone-AQUA telah menginisiasi gerakan #BijakBerplastik yang memperkuat komitmen Danone-AQUA untuk mewujudkan Indonesia yang lebih bersih dan mendukung tujuan pemerintah Indonesia untuk mengurangi sampah di lautan.
"Gerakan ini berfokus kepada tiga aspek inti yaitu: pendidikan, inovasi produk, dan pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.