Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menilik Karya Naif Perupa Muda UNS di Bentara Budaya Solo dalam Pameran 'Orak-Arik'

Simak karya naif perupa muda UNS di Bentara Buda Solo dalam pameran bertajuk 'Orak-Arik'

Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Menilik Karya Naif Perupa Muda UNS di Bentara Budaya Solo dalam Pameran 'Orak-Arik'
Dionisius Krisnambudi
Karya visual perupa muda UNS dalam Pameran 'Orak-Arik' 

TRIBUNNEWS.COM - Para perupa muda UNS menampilkan karya naif dengan karya-karya visual disuguhkan berbeda untuk penikmat seni.

Chairul Imam selaku penggerak Happines House (HH) menuturkan, ide 'Orak-Arik' muncul ketika mereka kebingungan menentukan tema pameran, namun memiliki kecenderungan yang sama dalam karya visual yang dihasilkan.

Pria yang kerap disapa Irul tersebut menjelaskan, karya-karya visual yang dihasilkan dengan bentuk sederhana, perubahan bentuk (distorsi) dan dikembangkan (stilasi).

Terlepas dari itu semua, karya dalam pameran 'Orak-Arik' diciptakan dengan sepenuh hati, full colour dan tetap memiliki cerita dibalik itu semua.

 

Seperti diberitakan, karya visual tersebut ditampilkan dalam Pameran 'Orak-Arik' yang sedang berlangsung hingga Senin (29/4/2019).

Pameran ini diinisiasi oleh perupa muda dari mahasiswa Seni Rupa Murni, FSRD, UNS yang tergabung dalam komunitas Happines House (HH).

Selain itu, pameran ini diselenggarakan untuk menjembatani karya-karya naif yang telah diciptakan agar dapat diterima di masyarakat umum, khususnya Kota Surakarta dan Sekitarnya.

"Ingin mengenalkan gaya kami, karakter kami, agar masyarakat paham dengan aliran (seni rupa-red) yang kita jalani," ucap Irul saat ditemui pada pembukaan pameran, Rabu (24/4/2019) malam.

Hasil karya perupa muda UNS dalam Pameran 'Orak-Arik
Hasil karya perupa muda UNS dalam Pameran 'Orak-Arik (Dionisius Krisnambudi)
Berita Rekomendasi

Menilik Karya Naif dari Perupa Muda mahasiswa UNS

Puluhan karya dengan genre naif ini diikuti oleh delapan perupa muda mahasiswa Seni Rupa Murni, FSRD, UNS antar angkatan.

Mereka di antaranya, Amri Faqihudin, Andri Wijaya K, Agusu, Chairul Imam, Dionisius Krisnambudi, Hario Gembel, Hermawan Prastya, dan Lahir Setya B.

Berangkat dari latar belakang yang berbeda, delapan perupa muda ini ingin menunjukkan suasana baru yang menyenangkan dan fress dalam karya mereka.

Seperti Hermawan, karya naif yang ia sajikan berangkat dari lingkup dirinya sendiri dan keluarga.

Memiliki keterbatasan biaya bukanlah suatu hambatan bagi dirinya untuk berproses kreatif.

"Kendalanya mungkin dari finansial. Tapi saya mengatasinya dengan menerima orderan seperti, bikin vektor," ucap Hermawan.

Pria asal Boyolali yang aktif dalam kegiatan Seni Rupa ini berharap karyanya dapat dinikmati dan dikenal masyarakat luas.

Baca: Pameran Orak-Arik di Bentara Budaya Solo, Imajinasi Liar Perupa Muda dari UNS

Tak jauh beda dengan Hermawan, Andri Wijaya dan Lahir Setyabudi juga mengangkat konsep karya dari keluarga.

Andri Wijaya mengangkat konsep dalam karyanya yang terinspirasi dari lingkungan keluarga, terutama bapak.

Berkecimpung dalam usaha tekstil dan melihat sisa kain yang tidak digunakan, membuat Andri ingin mengeksplor kain ke dalam proses penciptaan karyanya.

"Sesuatu yang remeh temeh dapat menghasilkan sesuatu," ungkapnya.

Sedangkan Lahir terinspirasi dari sosok ibuknya.

Dalam penjelasan Lahir, ibu merupakan wanita yang paling dekat dan paling berpengaruh dalam hidupnya.

Ia mengungkapkan rasa terima kasih kepada ibunya melalui sebuah karya visual yang ditransformasikan ke sebidang kanvas.

Karya-karya perupa muda UNS dalam Pameran 'Orak-Arik'
Karya-karya perupa muda UNS dalam Pameran 'Orak-Arik' (Dionisius Krisnambudi)

Sementara perupa muda lainnya, Amri Faqihudin, mengungkapkan konsep karyanya timbul dari hasil pengamatan di sekitarnya dan apa yang dirasakan dalam dirinya sendiri.

"Ya, saya berangkat dari lingkungan sekitar, ungkapan keluh kesah diri sendiri, dan tentang cinta," ungkapnya.

Beda halnya dengan yang telah dijelaskan, Dionisius menciptakan karya berdasarkan intuisi perasaan.

Semua digerakkan secara spontinitas berdasarkan perasaan saat itu. Hal tersebut tergambar dalam karyanya yang cenderung menggunakan warna-warna cerah yang dapat mengalihkan pandangan.

Terlepas dari itu semua, pria kelahiran Padang ini tetap mementikan estetika dari sebuah karya seni rupa.

"Pengerjaannya ya mengalir dengan perasaan, secara estetika, nyaman dilihat,dan enjoy ketika membuat karya," tuturnya.

Dalam pameran ini, Narsen Afatara selaku pengantar Pameran Orak-Arik berpesan agar anak didiknya dapat tampil atau melebarkan sayap sejauh-jauhnya.

"Karya kalian adalah translasi dagelan panggung lokal yang jenuh menjadi dagelanpanggung dunia yang lebih fantastis dengan aplikasi teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data tentang kehidupan hanya dengan bahasa garis dan warna.

Pameran Orak-Arik masih dapat disaksikan hingga Senin, 29 April 2019, pada pukul 09.30-21.30 WIB di Bentara Budaya Solo.

Pada Jumat (26/4/2019)pukul 19.00 WIB akan berlangsung wokshop yang bertajuk Wacana Seni Rupa Kontemporer dengan pembicara Narsen Afatara dan Bonyong Munni Ardhi.

(Tribunnews.com/Sina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas