Imbas Meletusnya Gunung Sinabung, Pengendara Motor Terpaksa Menggunakan Masker
Kemarin, gunung Sinabung menghembuskan abu vulkanik beserta material awan panas setinggi 7.000 meter
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Medan Muhammad Nasrul
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Pascaerupsi Gunung Sinabung, Minggu (9/6/2019) kemarin, menyisakan kepulan debu yang cukup tebal di beberapa wilayah.
Kemarin, gunung Sinabung menghembuskan abu vulkanik beserta material awan panas setinggi 7.000 meter.
Salah satu daerah yang terpapar abu vulkanik cukup parah, berada di Desa Naman, Kecamatan Namanteran.
Amatan www.tribun-medan.com, di jalan utama desa yang juga menjadi jalur penghubung antara Kabupaten Karo dengan Kabupaten Langkat itu, terlihat ditutupi sisa abu setebal satu centimeter.
Dengan kondisi ini, tentunya memaksa para pengguna jalan terutama pengendara sepeda motor memakai masker.
Baca: Aktivitas Gunung Sinabung Terus Didominasi Gempa Berfrekuensi Rendah
Pasalnya, abu yang naik saat dilintasi kendaraan tentunya akan mengganggu penglihatan serta pernapasan.
Seorang pengendara yang melintas Bayu, mengaku sangat terganggu dengan kondisi ini. Dirinya mengatakan, akibat dari tebalnya abu yang menutupi jalan membuat mata serta pernapasannya menjadi sakit.
Ia mengatakan, penggunaan masker sedikit memudahkannya saat membawa sepeda motor. Bahkan, dirinya terpaksa menggunakan dua lapis masker untuk menghindari abu yang dapat terhirup.
"Kalau banyak abu gini mata pun sakit, apalagi ke hidung pasti payah napas. Pakai masker gini lumayan lah agak terhalang abunya," ujar Bayu, Senin (10/6/2019).
Pengamat Gunung Api Sinabung Armen Putra, mengatakan akibat dari erupsi ini diketahu ada beberapa daerah yang terkena dampak. Di antaranya Desa Kebayaken, dan daerah lain di arah Timur Sinabung. Bahkan, abu sempat teramati hingga ke kawasan.
Baca: Motor Matik Asal Prancis Ini Disebut Pesaing Baru Yamaha NMAX dan Honda PCX?
Armen mengungkapkan, jika dilihat dari erupsi-erupsi sebelumnya sejak awal bulan mei lalu, letusan kali ini merupakan yang terbesar. Dibuktikan dengan tinggi kolom abu yang mencapai 7.000 meter di atas puncak gunung.
"Ya, memang ini lebih besar dari erupsi-erupsi yang kemarin, letusan mengarah ke Tenggara Timur sejauh 3,5 KM dan Selatan 3 KM," ungkapnya.
Menurut keterangan dari Tim Tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung Estu kriswati, sejak pukul 24.00 WIB malam tadi, aktivitas Sinabung hanya hembusan biasa.
"Kondisinya saat ini sudah mulai reda, dari visual juga terlihat hanya hembusan setinggi 100 sampai 500 meter," ujar Estu, saat ditemui di Pos PGA Sinabung, Jalan Kiras Bangun, Simpangempat, Senin (10/6/2019).
Baca: Pelayat Berdatangan ke Rumah Duka Tempat Ayah Dewi Perssik Disemayamkan
Estu menjelaskan, memang setelah erupsi kemari yang terjadi sekira pukul 16.28 WIB, hingga pukul 24.00 WIB masih terlihat adanya hembusan abu vulkanik.
Namun, menurut data yang dilihat dari alat pendeteksi getaran atau seismograf, mulai malam tadi juga frekuensi kegempaannya terpantau rendah.
"Setelah letusan kemarin sampai pukul 24.00 WIB memang ada hembusan abu secara menerus, kemudian sampai sekarang sudah mulai reda," katanya. (cr4/tribun-medan.com