Tekanan Darah Tinggi Jadi Salah Satu Indikator Kehamilan Berisiko Tinggi
Hipertensi dalam kehamilan bisa saja ringan, namun jika tidak segera ditangani secara tepat bisa mengakibatkan masalah serius bahkan mengancam nyawa
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA - Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu indikator kehamilan berisiko tinggi.
"Oleh karena itu, kondisi ini wajib diwaspadai oleh seluruh ibu hamil," kata dr. Tia Indriana,SpOG dari Siloam Hospital Purwakarta saat seminar ilmiah bagi para bidan di Purwakarta akhir pekan lalu.
Hipertensi dalam kehamilan bisa saja ringan, namun jika tidak segera ditangani secara tepat bisa mengakibatkan masalah serius bahkan mengancam nyawa baik ibu maupun janin yang dikandungnya.
"Bisa menimbulkan dampak negatif seperti pertumbuhan janin yang terhambat, kelahiran prematur, sampai dapat mengakibatkan bayi meninggal dalam kandungan.
Selain Tia, hadir dr. Tia Indriana,SpOG, dr. Anggia F. Riziamuti, Sp.A, M. Kes , dan dr. Gracia Merryane R.G.R., SpOG. Acara ini juga dihadiri oleh Hj. Yeyen selaku ketua IBI wilayah Purwakarta.
dr Anggia menambahkan, saat dilahirkan bayi akan segera memasuki masa transisi untuk mampu bernapas sendiri.
Sayangnya, tidak semua bayi bisa beradaptasi dengan baik.
Baca: Tiga Artis Ini Pernah Bermasalah dengan Ketuban, Ibu Hamil Wajib Persiapkan Ini Agar Aman
"Jika bayi mengalami kondisi tersebut, maka resusitasi bayi baru lahir perlu dilakukan untuk membantu pernapasannya, hingga bayi mampu bernapas sendiri, katanya dipaparkan lebih lanjut," katanya.
Umumnya saat bayi baru dilahirkan dokter dan tim medis akan mengeringkan tubuh bayi dan menyelimutinya, menjaga suhu agar tetap hangat dan menempatkan bayi pada posisi yang benar.
"Kemudian berikan aliran oksigen kepada bayi baru lahir, sambil dilakukan observasi atau pemantauan pada bayi yang baru lahir", paparnya.
Sementara dr. Gracia memberikan penjelasan kepada peserta perihal infertilitas (kemandulan) pada wanita, bahwa Infertilitas adalah kegagalan untuk hamil setelah sekitar satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
Kondisi ini dapat mempengaruhi sekitar 15% pasangan pada usia reproduksi.
Kemandulan dapat disebabkan oleh masalah pada suami atau istri, atau kombinasi faktor-faktor yang dapat mengganggu kehamilan.
Di sesi tanya jawab bidan Annisa dari ciwangi menanyakan, apakah ada cara lain untuk pasangan infertilitas selain yang saya tahu yaitu dengan obat kesuburan dan bayi tabung.
dr. Gracia menjelaskan bahwa selain dua cara tadi bisa dilakukan juga dengan cara inseminasi buatan, yaitu dengan cara menyuntikan sperma langsung ke rahim dengan bantuan kateter.
Baca: Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat
Tingkat keberhasilan inseminasi buatan lebih tinggi daripada metode lain.
"Prosedurnya sangat sederhana dan cocok untuk orang dengan kondisi sperma berkualitas rendah atau untuk wanita yang menghasilkan antibodi terhadap sperma," katanya.
Dalam seminar yang diikuti 120 bidan yang berasal dari Karawang, Subang, dan Garut ini, Yeyen mengemukakan harapannya bahwa kegiatan ini dapat memberikan pengalaman kepada para bidan.
"Bisa juga untuk meminimalisir tingkat kematian ibu dan bayi dan bisa melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan aturan sehingga kualitas bidan dapat diperbaiki," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.