Proyek KA Cepat Jakarta-Bandung Gusur Gedung SD Tirtayasa, Begini Nasib Siswanya
SD Tirtayasa dihuni oleh siswa dari lima kampung yang lokasinya sangat dekat dengan SD yang digusur itu
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Ratusan murid SD Tirtayasa di Desa Cibiru Hilir, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung selama dua pekan terakhir menggunakan fasilitas antar jemput bus ke sekolah.
Ini dikarenakan bangunan sekolah yang lahannya menggunakan tanah wakaf tergusur proyek kereta api cepat.
Bangunan sekolah belum dirobohkan, namun lingkungan sekitarnya sudah rata dengan tanah.
Para siswa kini menumpang sementara di SD Cibiru 10 dan SD Mekarbiru.
Pemerintah nyari lahan baru untuk SD Tirtayasa.
"Sehari-hari ke SD Cibiru 10 dan Mekarbiru pakai jemputan bus kecil, ada juga yang diantar pakai motor oleh orangtua," ujar Deden (34), seorang orangtua murid di Babakan Sayang, Selasa (23/7).
Ia termasuk yang mengantar anaknya ke SD penampungan sementara.
Anaknya duduk di kelas 2.
Baca: 5 Fakta Mahasiswi Asal Makassar Rekayasa Diculik dan Minta Tebusan Rp 25 Juta untuk Beli iPhone X
Ia tinggal di Kampung Babakan Sayang yang berada dekat dengan Tol Padaleunyi.
"Kalau saya lebih sering ngantar pakai sepeda motor daripada bus antar jemput. Diantar sama istri. Soalnya jaraknya sangat jauh," ujarnya.
Hal senada dikatakan Wulan (30), orangtua murid kelas 1.
Tahun ini, ia baru menyekolahkan anaknya di SD Tirtayasa.
Namun, yang terjadi justru anaknya menumpang belajar di bangunan sekolah lain.
"Sedari awal memang diberitahu bahwa SD Tirtayasa mau digusur. Tapi katanya mau pakai antar jemput pakai bus. Kalau saya, kadang pakai jemputan bus, kadang pakai motor," ujarnya.
SD Tirtayasa dihuni oleh siswa dari lima kampung yang lokasinya sangat dekat dengan SD yang digusur itu.
Alasan antar jemput menggunakan bus karena jarak lima kampung dengan SD tempat penampungan sementara sekitar 3 sampai 4 kilometer.
Itu terlihat dari aplikasi peta di ponsel pintar.
Baca: Guru Ekskul Pramuka Berbuat Senonoh pada 15 Siswanya di Kamar Rumah
"Karena jaraknya jauh, jadi diantar," ujar Wulan, warga Babakan Cimekar.
Untuk siswa kelas 1 sampai kelas 3, mereka sekolah pagi,pulang pukul 10.00.
Sisanya, kelas 4 hingga 6, masuk pukul 10 pulang pukul 15.00.
"Semuanya antar jemput pakai dua bus," ujar Wulan.
Sekitar pukul 10.00, dua bus jemputan tiba di Kampung Babakan Sayang.
Bus yang disewa PT KCIC itu tampak bersih, interiornya mewah, disertai TV dan pendingin.
Anak-anak kegirangan. Saat berhenti, puluhan siswa keluar bus dengan kegirangan.
Bus itu jika diisi orang dewasa, bisa memuat sekitar 10 orang.
Namun, bus saat diisi bocah, bisa muat hingga 20 orang lebih.
Baca: 5 Makanan Khas Jawa yang Sering Diburu Wisatawan di Pasar Gede Solo
Karena jumlah anak yang dijemput sangat banyak, dua bus jemputan tidak cukup untuk mengantar dan menjemput dalam satu kali antar.
Dua bus yang disediakan, setiap pagi, siang dan sore standbye di depan bangunan SD Tirtayasa.
"Saya kebagian antar jemput. Pagi jam 06.00 antar anak-anak sampai dua rit. Lalau jam 10.00 lebih, antar lagi yang sekolah siang. Jam 15.00, jemput anak-anak lagi pulang," ujar Kris (35), sopir bus jemputan.
Bus itu disewa PT KCIC khusus untuk antar jemput siswa SD Tirtayasa yang bangunan sekolahnya tergusur.
Namun, hingga kini, belum ada bangunan sekolah baru untuk mereka.
Untuk sementara, ratusan siswa menumpang di SD Cibiru 10 dan SD Mekarbiru dengan menggunakan tiga ruang kelas
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Murid SD yang Sekolahnya Tergusur Kereta Cepat, Tiap Hari Pakai Bus Kecil ke Sekolah Penampungan