Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Tas Roro Kenes Buatan Warga Semarang yang Disejajarkan Louis Vuitton & Bottega Saat di Rusia

Tas Roro Kenes buatan warga Semarang ditahan otoritas Bandara Demodova Rusia.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Tas Roro Kenes Buatan Warga Semarang yang Disejajarkan Louis Vuitton & Bottega Saat di Rusia
ISTIMEWA
Tas Roro Kenes buatan warga Semarang ditahan otoritas Bandara Demodova Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Tas Roro Kenes buatan warga Semarang ditahan otoritas Bandara Demodova Rusia.

Pemilik Tas Roro Kenes, Syanaz Nadya Winanto Putri mengatakan penahanan 10 tas miliknya lantaran kualitas tas Roro Kenes dianggap terlalu bagus.

"Karena alasan tas produk saya terlalu bagus bahkan disamakan dengan buatan merk terkenal, saya harus merelakan 10 tas saya ditahan di Bandara Demodova," katanya, melalui siaran tertulis, Senin (5/8/2019).

Syanaz datang ke Rusia bersama pelaku usaha lainnya difasilitasi Pemprov Jawa Tengah untuk mengikuti pameran Festival Indonesia Moskow, di Taman Krasnaya Presnya, Moskow, Rusia. Syanaz dan rombongan tiba di Rusia, Rabu (1/8/2019)

Tak hanya Syanaz, ada pelaku usaha lain yang juga membawa tas berbahan kulit sapi.

"Banyak pelaku usaha lainnya yang juga membawa tas dari kulit tapi, cuma milik saya yang tidak bisa keluar, karena kejadian di bandara itu," bebernya di hadapan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo yang mengunjungi acara itu, menjelang penutupan pameran, Minggu (4/8).

Kepada Ganjar, Syanaz bercerita dirinya sempat diinterogasi empat jam.

Berita Rekomendasi

Ada 15 petugas imigrasi Rusia, yang memeriksa dirinya beserta tas yang dibawanya melalui kargo.

"Selesai pemeriksaan, petugas berkesimpulan bahwa tas saya ini kualitasnya sangat bagus bahkan dianggap barang premium, dengan harga lebih tinggi dari yang didaftarkan, yakni, harganya ratusan juta serta, terbuat dari kulit eksotis kualitas premium sekelas Louis Vuitton atau Bottega," katanya.

Syanaz pun kaget, padahal produk yang ia bawa berbahan kulit sapi lokal.

Sebagian malah berbahan karung goni dengan variasi tenun lurik.

Padahal, harga ekspor hanya Rp150 ribu untuk tas goni dan Rp 1 juta untuk tas kulit.

"Bahkan saya sempat dapat bantuan dari petugas dari KBRI pun tidak mempan. Hingga festival dibuka secara resmi pada 2 Agustus, tas-tas saya tak juga bisa keluar dari bandara. Untungnya masih ada beberapa tas yang saya bawa lewat bagasi. Dan tas harian saya sendiri, akhirnya ikut dipamerkan agar terkesan agak banyak," ujarnya kecewa.

Namun menurut Ganjar, Syanaz tak perlu bersedih karena gagal pameran dengan maksimal. Justru harus bangga, karena tasnya secara tidak langsung telah diakui berkualitas internasional.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas