Kerja Magang Sebagai Buruh Bangunan di Jepang, Wayan Ada Digaji Rp 15 Juta Per Bulan Semasa Hidup
Wayan Ada berangkat ke Jepang untuk melakukan kerja magang selama 3 tahun sebagai buruh bangunan dengan penghasilan Rp 15 juta per bulan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, KARANGASEM - Dua pemuda Bali yang meninggal di Sungai Warashina Perfektur Shizuoka, Jepang bernama Wayan Ada (21) dan Wayan Ariana (20) merupakan warga Desa Pempatan, Rendang, Karangasem.
Kedua orang tua korban pun langsung syok saat mendengar anak mereka meninggal dunia di negeri orang.
Menurut Kepala Dusun Pempatan, Desa Pempatan, I Gede Endri Susila, orangtua Wayan Ada, merasa sangat terpukul dengan kepergian anaknya.
Mereka menangis, bahkan sempat tak sadarkan diri.
"Saya dapat info dari kerabatnya, orangtua korban terus bengong dan masih syok. Mereka belum terima dengan kabar kepergian anaknya," kata Gede Endri kepada Tribun Bali, Senin (5/8/2019) malam.
Ayah korban, Wayan Parsa, mendapat informasi kematian Wayan Ada dari media sosial.
Baca: BREAKING NEWS: Gorong-gorong Jalan Ambruk, 4 Anak Tewas
Awalnya ia sempat tak percaya.
Parsa baru percaya ketika lembaga yang memberangkatkan anaknya menyampaikan berita duka tersebut.
Dari informasi yang diperoleh, korban Wayan Ada berangkat ke Jepang tahun 2017. Ia sudah sekitar 2,5 tahun berada di Negeri Sakura.
Hal serupa juga diungkapan Kadus Waringin, I Putu Sila.
Dituturkan, orangtua Wayan Ariana hingga sekarang masih menangis, dan sering pingsan setelah mendapat kabar duka kepergian anaknya.
Seperti Wayan Ada, korban Wayan Ariana juga berangkat sejak 2017 ke Jepang. Korban sudah bekerja di Jepang 2,5 tahun, dan 6 bulan lagi balik ke Indonesia.
"Kontrak kerjanya tiga tahun. Setengah tahun lagi rencana balik ke Indonesia. Ternyata sebelum balik malah mendapat musibah. Orangtua Wayan Ariana sering pingsan setelah dengar informasi dari lembaga yang mengantar ke Jepang," ujar Putu Sila, tadi malam.
Baca: Kabur Usai Baku Tembak, Abdul Lahab Diduga Sempat Makan Nanas di Perkebunan untuk Bertahan Hidup
Diketahui, kedua korban merupakan alumni SMK Giri Pandawa, Karangasem.
Menurut mantan guru olahraga mereka, korban termasuk siswa berprestasi dan rajin.
"Saat di sekolah korban rajin dan pandai. Korban bisa menabuh dan sering ikut festival," kata Parsa.
Sementara terkait jenazah kedua korban, masih belum jelas apakah akan dibawa ke Karangasem atau dikremasi di Jepang.
Tapi dari pihak keluarga berharap jenazah bisa dibawa pulang. Pihak keluarga berharap biaya pemulangan jenazah bisa dibantu oleh pemerintah.
Sempat Kirim Uang Untuk Beli Truk
Ayah I Wayan Ada, Wayan Parsa menceritakan sebelumnya ayah dan anak tersebut sempat berbincang via telepon.
Wayan Ada pun cerita ia dan rekannya sempat memasak babi guling di sana.
Saat itu suaranya juga tampak biasa, Wayan Ada bersenda gurau lewat telepon. Diceritakan juga bahwa Wayan Ada sempat membuat babi guling bersama rekannya.
"Dua hari sebelum kejadian saya sempat bermimpi ada dua ambulans datang ke rumah. Tapi itu sebatas mimpi, tidak ada pikiran apa-apa. Dua hari setelah mimpi mendapat informasi dari yayasan jika anak saya meninggal di Jepang," keluh I Wayan Parsa.
Selama ini Wayan Ada adalah tulang punggung keluarga.
Almarhum bercita-cita menjadi guru TK.
Wayan Ada berangkat ke Jepang untuk melakukan kerja magang selama 3 tahun sebagai buruh bangunan dengan penghasilan Rp 15 juta per bulan.
"Sering kirim uang ke keluarga. Terakhir kirim Rp 30 juta untuk beli truk," ungkap Parsa
"Wayan Ada ke Jepang untuk cari uang agar bisa menabung untuk kuliah. Korban ulet sering bantu keluarga. Kita merasa kehilangan sekali," lanjut Parsa saat ditemui di rumahnya sekitar Dusun Desa Pempatan.
Seperti diketahui sebelumnya, kabar duka datang dari Jepang.
Dua warga Bali, Wayan Ada (21) dan Wayan Ariana (20), dilaporkan meninggal dunia setelah tenggelam terbawa arus Sungai Warashina Perfektur Shizuoka, Minggu (4/8/2019) waktu setempat.
"Seseorang kemarin melapor kepada polisi ada dua lelaki meloncat dari batu ketinggian, namun tak muncul lagi di sungai tersebut," ungkap sumber kepolisian kepada koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Jepang, Senin (5/8/2019).
Baca: Misteri Kematian Pasangan Selingkuh Mulai Terkuak, Pelaku Ternyata Masih Kerabat Suami Korban
Sekitar satu setengah jam kemudian dua jasad kedua pria tersebut muncul ke permukaan sungai dan langsung dievakuasi masyarakat setempat serta pihak kepolisian yang berdatangan.
Keduanya dinyatakan meninggal oleh pihak rumah sakit karena tenggelam.
Keduanya dilaporkan sedang bermain bersama temannya di sungai itu.
Namun pihak kepolisian Jepang masih terus mengusut penyebab kematian Wayan Ada dan Wayan Ariana tersebut.
Dari penelusuran Tribun Bali, kemarin, kedua korban diketahui berasal dari Desa Pempatan, Rendang, Kabupaten Karangasem.
Wayan Ada merupakan warga Banjar Pempatan dan Wayan Ariana dari Banjar Waringin. Diduga, keduanya tengah mengikuti magang di Jepang.
Dilaporkan, kejadian berlangsung sekitar pukul 14.20, Minggu (4/8/2019), di sungai yang berada dekat Kota Iwaba.
Mereka bermain di sungai itu bersama 10 teman lainnya yang juga melakukan barbeque.
Baca: Yosakoi Matsuri di Jepang akan Dihadiri 5 Penari dari Indonesia
Seorang penduduk setempat, Kitagawa (63), mengungkapkan sungai tersebut cukup dalam sekitar 3 meter dan cukup membahayakan.
"Oleh karena itu sekolah dasar di dekat lokasi tersebut melarang para muridnya berenang di lokasi bahaya tersebut karena sudah pernah ada korban sebelumnya," terangnya.
"Saat kejadian kemarin ada sekitar 50 orang mengunjungi sungai tersebut bermain-main di sana," tambah Kitagawa.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Jadi Buruh Bangunan di Jepang, Wayan Ada Digaji Rp 15 juta Per Bulan & Kirim Uang Untuk Beli Truk