Saat Praja IPDN Disambut Haru Keluarga,Praja Asal Timur Indonesia Ini Malah Disambut Calon Mertua
Masa pendidikannya selama empat tahun sejak 2015 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) berakhir tahun ini.
Editor: Hendra Gunawan
![Saat Praja IPDN Disambut Haru Keluarga,Praja Asal Timur Indonesia Ini Malah Disambut Calon Mertua](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pamong-praja-muda-asal-kabupaten-kepulauan-tanimbar-eusebius-lolonlun-21.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM,BANDUNG-Pamong Praja Muda asal Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Eusebius Lolonlun (21) wajar berbangga hati.
Masa pendidikannya selama empat tahun sejak 2015 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) berakhir tahun ini.
Ebi panggilan akrabnya, satu dari 744 praja IPDN yang dilantik untuk jadi pamong praja muda oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Selasa (6/8).
Saat praja lain dijemput oleh bapak dan ibunya disertai pelukan hangat orangtua, Ebi malah dijenguk oleh calon mertuanya, Peter Kutmas dan calon istrinya, Agatha.
"Orangtua saya sudah tidak ada sejak usia saya tiga tahun. Selama ini saya dirawat Oma (nenek) saya. Saya dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku," ujar Ebi saat berbincang dengan Tribun di Kampus IPDN Jatinangor.
Baca: Jumharyono Bunuh Istri dan Anaknya Karena Kecewa Ditolak Berhubungan Badan
Baca: Konser Westlife dan Nostalgia Jakarta, Penonton Pun Enggan Berpisah
Baca: 7 Orang Paling Kuat dan Berpengaruh di Lingkaran Jokowi, Berikut Profil Mereka
Baca: Peringatan Dini BMKG Gelombang Tinggi Capai 4 Meter di Selat Sunda Bagian Selatan hari Ini
Di hari bahagia mengakhiri pendidikan, di saat para praja berpeluk hari dengan orang tuanya, Ebi merindukan neneknya yang tidak datang. Usia neneknya 70 tahun.
"Oma sudah tidak bisa bepergian jauh. Saya rindu sama dia. Dia yang membesarkan saya, membiayai sekolah saya dari SD hingga SMA dan membiayai kepergian saya ke IPDN pada 2015," ujarnya.
Ia mendaftar ke IPDN lewat online. Tes dia jalani di kampung halamannya. Hingga akhirnya, dia dinyatakan lolos.
Kakeknya, pensiunan guru, sudah meninggal. Keseharian bersama neneknya ia lalui selama usianya dan berpisah pada 2015.
"Saya bersyukur Oma masih ada saat saya lulus IPDN. Cuma sayangnya dia tidak bisa hadir. Yang hadir ini calon mertua saya," kata Ebi.
Setelah lulus SMA, ia sempat berniat kuliah di Ambon atau Makassar. Namun, ekonomi yang terbatas mengurungkan niatnya untuk kuliah.
Hingga akhirnya ia bekerja di sebuah pusat perbelanjaan selama dua bulan. Selama dua bulan itu, ia mendaftar ke IPDN.
"Setelah dua bulan itu, saya terima gaji. Dan ternyata saya dinyatakan lolos dan harus ke Bandung untuk penentuan akhir (pantukhir).