PLTA Sungai Kayan 9.000 MW Siap Dibangun Akhir Tahun Ini
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas total 9.000 Megawatt (MW) siap dibangun.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas total 9.000 Megawatt (MW) siap dibangun. PLTA yang berlokasi di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara ini nantinya akan menjadi yang terbesar di Indonesia.
PLTA tersebut dibangun oleh PT Kayan Hydro Energy (KHE) dan PowerChina. Direktur Operasi KHE, Khaerony, menjelaskan bahwa PLTA Sungai Kayan akan dibangun melalui lima tahapan, dengan total lama pengerjaan ditaksir mencapai 25 tahun.
Di bangun di atas lahan seluas 2.600 hektare (ha), PLTA ini akan memiliki lima bendungan dengan lima unit pembangkit. Untuk tahap pertama akan dibangun sebesar 900 MW. Tahap kedua sebesar 1.200 MW, ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW dan tahap kelima sebesar 3.300 MW.
Baca: GadjianKu, Mobile App dari Gadjian untuk Membantu Perusahaan Mempertahankan Karyawan Millenials
Baca: Empat Pria Ini Rudapaksa Teman Wanitanya Setelah Dibuat Mabuk Miras di Apartemen Paragon Tangerang
Baca: Senang Dipanggil Timnas Indonesia, Darije Kalezic Berikan 10 Pemain jika Dibutuhkan
Khaerony menyebut, pihaknya telah melakukan kajian secara komprehensif secara teknis, dan lingkungan. Kajian dilakukan sejak tahun 2009 lalu.
Alhasil, Khaerony pun yakin konstruksi bendungan dan pembangkitan tahap pertama bisa mulai dikerjakan pada akhir tahun 2019 ini.
"Selama ini bukan tidak ada kegiatan di lapangan. Kita sudah prepare kajian dan kesiapan dari hulu sampai hilir, akhir tahun ini kita rencanakan mulai konstruksi," kata Khaerony dalam jumpa media yang digelar Rabu (21/8).
Dengan konstruksi yang sudah dimulai akhir tahun ini, Khaerony mengatakan PLTA Sungai unit 1 ditargetkan sudah bisa beroperasi pada tahun 2025. Sementara itu, unit selanjutnya akan dikerjakan secara bertahap menyesuaikan pembangunan infrastruktur yang diperlukan.
Yang jelas, sambung Khaerony, dalam pembangunan tahap pertama dan kedua ada selisih waktu satu tahun. Sedangkan pengerjaan dari tahap dua ke tahap tiga ada selisih waktu tiga tahun.
"Jadi tahap keduanya dibangun setahun setelah pembangunan tahap pertama dimulai. Kalau tahap dua ke tiga itu sekitar tiga tahun. Ada jarak karena kita juga perlu menyiapkan infrastruktur," tuturnya.
Adapun, untuk pendanaannya, Kherony menyebutkan bahwa PLTA ini membutuhkan investasi sekitar US$ 2,3 juta hingga US$ 2,7 juta per MW. Secara total, biaya investasi PLTA Sungai Kayan ini ditaksir mencapai US$ 2,3 miliar hingga US$ 2,7 miliar.
Khaerony mengklaim pendanaan tersebut sudah disiapkan, yang bersumber dari PowerChina dan Central Asia Capital. "Sumber dana sudah ada, jadi kita sudah siap untuk membangun," ujarnya.
Sementara dari sisi penyaluran listrik, Khaerony bilang bahwa setrum dari PLTA Sungai Kayan akan digunakan untuk melistriki Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning. Selain itu, ia menyebut listrik dari PLTA ini bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di Kalimantan.
"Kami sudah meneken MoU dengan PLN. Jadi kalau jual listrik lewat PLN kami siap, diberi wilayah usaha kami siap. Yang jelas kami akan melistriki kawasan industri," ungkapnya.
Untuk pembagiannya, Khaerony bilang 70% setrum dari PLTA Sungai Kayan dialirkan ke KIPI dan sisanya sebanyak 30% bisa digunakan untuk memperkuat kelistrikan di Kalimantan.
"Saat ini listrik di Kalimantan ada yang impor dari Malaysia. Nantinya setelah PLN ini jadi, nggak impor lagi, malah jadi bisa ekspor listrik," tandasnya.
Berita ini telah tayang di Kontan dengan judul: Terbesar di Indonesia, PLTA Sungai Kayan 9.000 MW mulai konstruksi akhir tahun ini