Tiga Pelukis Difabel Indonesia Gelar Pameran di Warung Joglo Bu Rini Salatiga
tiga pelukis difabel yang tergabung dalam Komunitas Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) Indonesia menggelar pameran.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Memperingati Hari Internasional Pelukis Mulut dan Kaki yang jatuh setiap 5 September, tiga pelukis difabel yang tergabung dalam Komunitas Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) Indonesia menggelar pameran.
Pameran itu berlangsung empat hari 5-8 September 2019 di Warung Joglo Bu Rini, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Mereka adalah Sabar Subadri (Kota Salatiga), M Amatullah (Gresik, Jawa Timur), dan M Asroel (Tabanan, Bali).
Pelukis Kaki Salatiga Sabar Subadri mengatakan, kegiatan pameran yang berlangsung selama empat hari itu tidak lain untuk mengenang Arnulf Erich Stegmann, pendiri asosiasi seniman pelukis mulut dan kaki dunia sekaligus peringatan hari internasional pelukis mulut dan kaki.
“Pada 1956 Stegmann mengumpulkan para seniman mulut dan kaki se Eropa."
"Setahun kemudian ia dibantu Herbert Batliner, seorang pengacara asal Jerman membentuk asosiasi berbadan hukum bernama Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) dan cabang di Indonesia berdiri pada 1989," terangnya kepada Tribunjateng.com, Minggu (8/9/2019).
Menurut Sabar Subadri selain memamerkan karya lukisan bersamaan dengan itu karya pelukis anggota AMFPA akan diproduksi ulang penerbit di seluruh dunia dalam berbagai bentuk seperti kartu ucapan, kalender, pembatas buku, kertas kado, dan sebagainya.
Dari penjualan karya itu para anggota memperoleh pendapatan.
Di luar itu kata dia besar harapan eksistensi seniman pelukis mulut dan kaki semakin diakui serta mendapatkan apresiasi.
Baginya kaki juga berfungsi seperti tangan yang digunakan untuk menunjang aktivitas sehari-hari, termasuk melukis.
"Semua pelukis yang menggunakan mulut dan kaki, bersamaan pameran karya untuk menunjukkan eksistensi."
"Khusus untuk Salatiga, ini sangat luar biasa karena bisa menghadirkan pelukis lain dari luar kota tahun ini," ujarnya.
Dia mengatakan sekarang bukan lagi eranya meremehkan pelukis mulut dan kaki.
Meski memiliki keterbatasan, tapi mereka sangat memerhatikan kualitas karyanya.
Hal itu karena karya mereka harus memenuhi standarisasi yang diterapkan AMFPA.
Di Indonesia sendiri, pelukis yang tergabung dalam AMFPA hanya sembilan orang. (M Naiful Haris)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Tiga Pelukis Difabel Indonesia Gelar Pameran di Salatiga, https://jateng.tribunnews.com/2019/09/08/tiga-pelukis-difabel-indonesia-gelar-pameran-di-salatiga?page=2.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.