Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

TERKINI Kerusuhan di Wamena: 21 Orang Tewas, Ribuan Warga Mengungsi hingga Ada Penyusup Bawa Senjata

Kabar terkini dari kerusuhan di Wamena, sebanyak 21 orang tewas dan ribuan warga mengungsi. Dandim Jayawijaya sebut ada penyusup yang bawa senjata.

Penulis: Miftah Salis
Editor: Sri Juliati
zoom-in TERKINI Kerusuhan di Wamena: 21 Orang Tewas, Ribuan Warga Mengungsi hingga Ada Penyusup Bawa Senjata
HO TRIBUNNEWS / Twitter @antilalat
Kabar terkini dari kerusuhan di Wamena, sebanyak 21 orang tewas dan ribuan warga mengungsi. Dandim Jayawijaya sebut ada penyusup yang bawa senjata. 

TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan terjadi di Wamena, Papua pada Senin (23/9/2019) dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pelajar SMA.

Kabar terkini, sebanyak 21 orang tewas dan ribuan warga mengungsi akibat insiden tersebut.

Dandim Jayawijaya juga menyebut ada penyusup yang bawa senjata saat aksi berlangsung.

Kerusuhan pecah akibat adanya kabar hoaks soal dugaan rasisme seorang guru ke siswa SMA Wamena.

Kabar yang berkembang viral di masyarakat tersebut memicu kemarahan para pelajar.

Massa membakar rumah warga, PLN, kantor Bupati Jayawijaya, dan pertokoan milik masyarakat.

Berikut ini kabar terkini terkait kerusuhan di Wamen dirangkum Tribunnews dari Kompas.com.

Berita Rekomendasi

1. Sebanyak 21 orang tewas

Dikabarkan sebelumnya, aksi anarkis tersebut menyebabkan 16 orang warga sipil menjadi korban tewas.

Sementara itu, 65 warga mengalami luka-luka.

"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," kata Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto, Senin (23/9/2019) dikutip dari Kompas.com.

Kabar terkini, dilaporkan terdapat 21 orang tewas dalam kerusuhan tersebut.

Baca: Kabar Papua Terkini : Korban Meninggal Akibat Kerusuhan Wamena Bertambah Jadi 21 Orang

Hal ini disampaikan oleh Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal.

Pihaknya telah menemukan beberapa jenazah yang diduga merupakan korban kerusuhan.

"Pagi ini sudah ditemukan 4 jenazah di antara puing-puing bangunan yang terbakar, jadi total 21 tewas," katanya di Jayapura, Selasa (24/9/2019) dikutip dari Kompas.com.

2. Ribuan warga mengungsi

Kerusuhan yang menyebabkan pembakaran sejumlah objek vital tersebut juga berimbas pada ribuan warga Wamena.

Ribuan warga Wamena memutuskan untuk mengungsi.

Mengutip dari Kompas.com, pengungsi terbanyak berada di Markas Kodim 1702 Jayawijaya.

Setidaknya terdapat 1.500 warga mengungsi di titik tersebut.

"Saat ini ada 1.500 orang. Kondisi pengungsi sehat, mereka mengamankan diri," kata Komandam Kodim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto.

Selain di Markas Kodim, warga juga mengungsi di kantor Polres Jayawijaya serta satu rumah anggota polisi.

3. Akses internet dibatasi

Pasca kerusuhan tersebut, Kominfo memutuskan untuk melakukan pembatasan layanan internet di Wamena.

Pembatasan akan dicabut setelah situasi kondusif.

Menurut Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu, pembatasan dilakukan untuk pemulihan kemanan serta ketertiban.

"Untuk mempercepat proses pemulihan situasi keamanan dan ketertiban di wilayah Kabupaten Wamena setelah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum dan instansi terkait, pemerintah memutuskan untuk melakukan pembatasan sementara layanan data telekomunikasi pukul 12.30 WIB hingga suasana kondusif," katanya, Senin (23/9/2019) dikutip dari Kompas.com.

Langkah ini juga diambil untuk mengantisipasi adanya berita hoaks serta provokasi di masyarakat.

Massa pengunjuk rasa bakar kantor Bupati Jayawijaya di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) pagi.
Massa pengunjuk rasa bakar kantor Bupati Jayawijaya di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) pagi. (HO/Tribunnews.com)

4. Ada penyusup bawa senjata

Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Chandra Diyanto mengatakan, ada penyusup yang bawa senjata dalam kerusuhan di Wamena.

Pihaknya menemukan seseorang yang membawa senjata larasa pendek.

Oknum tersebut langsung dikejar oleh petugas namun berhasil melarikan diri.

“Saat kami melihat adanya seorang warga membawa senjata api, kami langsung mengejarnya. Sayangnya, dia berhasil kabur dan kita hentikan pengejaran lantaran demo sudah anarkis dan chaos di daerah Jalan Hom-hom,” katanya, dikutip dari Kompas.com.

Beberapa saat kemudian, pihak TNI dan kelompok separatis terlibat kontak senjata, yang lokasinya tak jauh dari ditemukannya seseorang yang membawa senjata api sebelumnya.

Menurut Chandra Diyanto, dalam kontak senjata tersebut, kelompok separatis menggunakan senjata laras panjang dan laras pendek.

Chandra juga menambahkan, tak ada korban jiwa dalam kontak senjata tersebut.

Baca: Universitas Trisakti Akan Beri Gelar Putra Revormasi Pada Jokowi, Presiden Mahasiswa Tegas Menolak!

Aksi anarkistis yang dilakukan pelajar SMA tersebut diduga kuat disusupi oleh Kelompok Komite Nasional Papua Barat (KNPB).

Dikatakan Chandra, aksi di Wamena memang murni dilakukan oleh pelajar SMA namun ada pihak yang menyusupi.

“Demo di Wamena memang murni dilakukan para pelajar SMA. Tapi aksi pembakaran sepertinya sudah terencana. Dan bisa saya katakan itu dilakukan kelompok KNPB,” ungkap Dandim, Senin (23/9/2019) tengah malam waktu Papua, dikutip dari Kompas.com.

Untuk diketahui, aksi demo anarkis dilakukan oleh pelajar SMA lantaran adanya berita viral soal rasisme yang dilakukan oleh seorang guru.

Namun, pihak Kodim Jayawijaya telah memastikan, kabar tersebut adalah hoaks.

Aksi demo awalnya direncanakan berlangsung pada 26-27 September 2019.

Unjuk rasa yang awalnya terjadi di SMA PGRI tersebut kemudian merembet dan pecah di jalan.

Pelajar SMA secara spontan mengajak seluruh pelajar Kota Wamena untuk turun ke jalan.

Aksi anarkis bermula saat pelajar SMA PGRI mengajak pelajar SMA Yapis, tapi tak diindahkan.

Pelajar SMA PGRI lalu melakukan perusakan ke SMA Yapis.

Peristiwa tersebut memicu para pelajar beraksi hingga memaksa sekolah lain untuk turun.

“Ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut turun ke jalan. Jadi aksi ini murni dilakukan para pelajar."

"Namun aksi pembakaran ini sudah terencana dilakukan pihak ketiga, dimana hal ini kelompok KNPB,” kata Chandra.

(Tribunnews.com/Miftah, Kompas.com/Dhias Suwandi, John Roy Purba, Christoforus Ristianto)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas