Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Makelar Ancam Keberlangsungan Industri Batik di Pekalongan

Berbagai permasalahan mengenai batik di Kota Pekalongan hingga kini belum tertangani.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Makelar Ancam Keberlangsungan Industri Batik di Pekalongan
KOMPAS images/VITALIS YOGI TRISNA
Warga berburu pakaian bermotif batik di Pusat Grosir Batik Setono Pekalongan, Jawa Tengah, Minggu (4/8/2013). Pasar yang terletak tiga kilometer sebelah timur Kota Pekalongan ini merupakan tempat penjualan batik terbesar di Pekalongan. KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA 

TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Berbagai permasalahan mengenai batik di Kota Pekalongan hingga kini belum tertangani.

Selain minimnya kesejahteraan pekerja batik dan mahalnya bahan baku, adanya makelar menambah ruwetnya industri batik.

Fenomena tersebut diakui Shodiqin, Ketua Serikat Batik Pasirsari Kota Pekalongan, membuat batik tidak bisa berkembang.

“Pekerja batik mingguan sekarang dimainkan oleh makelar, dan mereka mendapat kendali dari para juragan untuk memegang upah pekerja,” jelasnya, Rabu (9/10/2019).

Dilanjutkan Shodiqin, di Kelurahan Pasirsari hanya 30 persen pekerja yang langsung berhubungan dengan pemilik industri batik.

“Sisanya lewat makelar, para mekelar biasanya mencari orang yang butuh kerja dan mau dibayar murah,” ucapnya.

Baca: Dikunjungi 85 Ribu Orang, Pekan Batik Pekalongan Bukukan Transaksi Rp 7,4 Miliar


Fenomena itu diterangkan Shodiqin sudah berlangsung lima tahun terakhir.

Berita Rekomendasi

“Hal itu jelas merugikan pekerja batik mingguan, karena sebagian upah mereka dipotong oleh para makelar,” tuturnya.

Menurut Shodiqin, potongan dati makelar bisa mencapai 25 hingga 50 persen dari upah yang diberikan oleh pemilik industri batik rumahan.

Baca: Penonton Berteriak Ketika Pesawat Aerobatik The Jupiters Bermanuver Pura-pura Jatuh

“Kalau dibiarkan seperti ini, pekerja batik yang menjadi ujung tombak industri batik tidak akan mau bekerja lagi,” paparnya.

Ia menambahkan, di wilayah Pasirsari 15 tahun lalu 95 persen warganya menjadi pekerja batik.

“Itu baru di Pasirsari belum ditempat lainya, namun kini bisa dilihat paking hanya tinggal puluhan yang mau menjadi pekerja batik.

Kalau mau batik tetap lestari harus ada dorongan dari semua pihak untuk kesejahteraan pekerja batik, dan hal itu wajib dilakukan,” tambahnya. (bud)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Shodiqin Sebut Makelar Ancam Keberlangsungan Industri Batik di Pekalongan, https://jateng.tribunnews.com/2019/10/09/shodiqin-sebut-makelar-ancam-keberlangsungan-industri-batik-di-pekalongan.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas