Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ribuan Ikan Mati Mendadak di Sungai Kapuas, Petani Keramba Merugi Hingga Rp 30 Juta

Ribuan ikan di keramba tepian Sungai Kapuas mati mendadak. Hal ini diduga akibat perubahan kadar air sungai yang mendadak.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Ribuan Ikan Mati Mendadak di Sungai Kapuas, Petani Keramba Merugi Hingga Rp 30 Juta
Tribun Pontianak/Destriadi Yunas Jumasani
Sejumlah ikan keramba milik petambak di tepian Sungai Landak, Gang Amal, Jalan Selat Panjang, Kalimantan Barat mati, Rabu (9/10/2019) siang. Kejadian ini sudah terjadi dalam tiga hari terakhir sehingga membuat kerugian bagi petambak mencapai Rp 30 juta. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI 

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Ribuan ikan di keramba tepian Sungai Kapuas mati mendadak. Hal ini diduga akibat perubahan kadar air sungai yang mendadak, membuat ikan di keramba tidak bisa bertahan.

"Perubahan kadar air ini selalu menjadi momok bagi kami petani keramba. Akibat perubahan air ini ribuan ikan tangkaran tambak pada mati semua," tutur seorang petani keramba wilayah Pontianak Timur, Ahmad, Minggu (13/10/2019).

Petani keramba lainnya, Mustafa mengaku malah telah merugi hingga Rp 30 juta dalam dua hari akibat perubahan air ini.

Pemilik tambak ikan di aliran Sungai Landak di wilayah Kecamatan Pontianak Utara tersebut menduga satu di antar faktor kematian puluhan ribu ikannya itu akibat dampak karhutla beberapa waktu lalu.

Di mana asap, serta lumpur di lokasi karhutla yang mengalir diguyur hujan mencemari sungai dan membuat ikan-ikannya mati.

Baca: Rumah Dinas di Sidoarjo Disterilisasi, Peltu YNS Masih Dampingi Istrinya Diperiksa Polisi

Mustafa mengungkapkan kejadian serupa juga pernah terjadi empat tahun lalu, di mana ikan ikannya mati mendadak tanpa adanya tanda-tanda apapun.

Hanya saja, air sungai di kala surut yang berwarna hitam pekat bercampur lumpur lah yang menurutnya penyebab kematian ikan.

Berita Rekomendasi

"Di setiap ikan yang mati, pada bagian insangnya selalu terdapat lumpur warna cokelat kehitaman. Kita menduga ikan sulit bernapas dan kemudian mati," ujarnya.

Akibat kematian puluhan ribu ikannya ini, ia pun terpaksa memanen ikan-ikan lebih awal untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Sejumlah ikan keramba milik petambak di tepian Sungai Landak, Gang Amal, Jalan Selat Panjang, Kalimantan Barat mati, Rabu (9/10/2019) siang. Kejadian ini sudah terjadi dalam tiga hari terakhir sehingga membuat kerugian bagi petambak mencapai Rp 30 juta.
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Sejumlah ikan keramba milik petambak di tepian Sungai Landak, Gang Amal, Jalan Selat Panjang, Kalimantan Barat mati, Rabu (9/10/2019) siang. Kejadian ini sudah terjadi dalam tiga hari terakhir sehingga membuat kerugian bagi petambak mencapai Rp 30 juta. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI (Tribun Pontianak/Destriadi Yunas Jumasani)

Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Pontianak, Bintoro menjelaskan, kematian ribuan ikan keramba tersebut diduga kuat akibat perubahan air Sungai Kapuas dan Sungai Landak.

Menurut data yang dihimpun pihaknya, lebih dari lima ton ikan petani keramba yang mati akibat perubahan kadar air tersebut.

Keramba masyarakat tersebar di tiga kecamatan yaitu, Pontianak Utara, Pontianak Timur, dan Pontianak Barat.

"Setelah kita data, lebih dari lima ton ikan milik petani keramba mati. Ada sebagian yang tidak bisa dijual sama sekali karena masih bibit ukuran 5-8 Cm," ucap Bintoro.

Baca: La Nyalla Mattalitti Bongkar Fakta Baru Dibalik Penusukan Wiranto, Singgung Soal Rekayasa & Kondisi

Menurutnya, kematian ikan ini ada tiga tahap, pertama bibit yang ukuran 5-8 Cm dan tidak bisa diselamatkan sama sekali oleh petani keramba.

"Mati total dengan jumlah 1,2 ton itu kan masih bibit ini tidak bisa diselamatkan. Ini bibit yang baru ditaburkan sekitar satu bulan dan tidak bisa dikonsumsi," ucap Bintoro.

Selanjutnya tahap kedua ikan yang mati ukuran empat ons, namun masih bisa diselamatkan dengan menjual harga murah.

"Jumlahnya mencapai dua ton lebih dengan harga Rp 16-18 ribu per kilo dijual para petani keramba," jelas Bintoro.

Warga memungut ikan yang mati dan terdampar di Pantai Cemara Sewu, Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (12/10/2019).
Warga memungut ikan yang mati dan terdampar di Pantai Cemara Sewu, Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (12/10/2019). (KOMPAS.COM/TANGKAPAN LAYAR FACEBOOK PAIJO KBM)

Sedangkan ukuran di atas enam ons sudah kebal dan dapat diselamatkan. Harga jualnya juga masih stabil dengan harga di atas Rp 25 ribu per kilogram.

"Total semua dari jumlah yang mati, mencapai 5 ton dari tiga kecamatan. Sedangkan yang tidak dijual sama sekali berjulah 1,2 ton karena masih kecil," ungkapnya.

Banyaknya ikan di keramba petani mati, menurut Bintoro lantaran adanya perubahan air akibat asimilasi air laut dengan air Sungai Kapuas dan Landak.

Baca: NAS, Jaringan Teroris yang Menikahkan Abu Rara-Fitri Dijemput Densus 88 di Lampung

Hal itu terjadinya setelah kemarau sekitar 1,5 bulan dimana tidak ada hujan bahkan terjadi interupsi air laut.

"Ini yang menjadikan asimilasi air Kapuas maupun Landak sehingga setelah musim hujan datang sungai itu terjadi kejernihan yang luar biasa. Dengan kejadian itu, membuat kehidupan di sungai yang ada mengalami perubahan drastis. Kemudian PH air hanya 4,6-5,2. Sehingga tidak layak untuk kehidipan ikan air tawar," tambah Bintoro.

Adanya penurunan PH dan terjadinya perubahan air ini banyak ikan di keramba petani mati.

Langkah ke depannya, Bintoro akan menyampaikan laporan pada Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono untuk memberikan bantuan pada petani.

Sejumlah ikan mati di aliran Kali Bekasi yang menyurut di kawasan Margahayu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/10/2019). Musim kemarau berkepanjangan menyebabkan debit air Kali Bekasi menurun dan hampir mengering di beberapa titik. Menurunnya debit air juga mengakibatkan banyak ikan ditemukan mati dan rawan tercemar limbah karena Kali Bekasi merupakan sumber air baku utama bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot. Tribunnews/Jeprima
Sejumlah ikan mati di aliran Kali Bekasi yang menyurut di kawasan Margahayu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/10/2019). Musim kemarau berkepanjangan menyebabkan debit air Kali Bekasi menurun dan hampir mengering di beberapa titik. Menurunnya debit air juga mengakibatkan banyak ikan ditemukan mati dan rawan tercemar limbah karena Kali Bekasi merupakan sumber air baku utama bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Pemerintah Kota Pontianak sendiri mengadakan pemijahan ikan nila dan pihaknya akan berikan subsidi harga bibit.

Subsidi tersebut bisa Rp 100 hingga Rp 150 per ekor ikan dengan ukuran 4-6 cm. Sehingga petani hanya membayar Rp 150 atau Rp 200 per ekor.

"Ini solusi yang diberikan oleh Pemkot Pontianak untuk membantu para petani keramba. Jumlah petani di Pontianak Utara 12, Barat ada enam dan Pontianak Timur ada 15 petani," ucap Bintoro.

Setelah dilakukan pendataan, memang tidak semua ikan di keremba petani yang mati. Ia bersyukur karena tidak menimbulkan banyak kerugian bagi semua petani keramba.

"Memang tidak semua terkena dampak dan mati dan hari ini kondisi air Kapuas dan Landak sudah normal," ujarnya.

Baca: Sosok Djeni, Janda Cantik dari Bogor yang Beraksi Seorang Diri Gelapkan 62 Mobil Rental

Gas Amoniak

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menegaskan memang dengan adanya perubahan kondisi air Kapuas dan Landak sepekan lalu membuat ikan para petani keramba mati.

"Kemarin memang sempat berubah air Sungai Kapuas itu menjadi sangat bening dan mungkin gas amoniaknya meningkat," ucap Edi Rusdi Kamtono.

Ia mengaku belum mendapatkan laporan dari Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan terkaait masalah ini dan berapa banyak ikan dari para petani keramba yang mati akibat adanya perubahan air tersebut.

Tahun-tahun sebelumnya, Pemkot Pontianak ditegaskannya memang ada bantuan bibit ikan bagi masyarakat. Namun untuk tahun ini, ia menunggu laporan dari pihak Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan.

Tampak warga menemukan ikan mati di permukaan air sungai dan daratan tepi sungai, beberapa desa di Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka. 
Tampak warga menemukan ikan mati di permukaan air sungai dan daratan tepi sungai, beberapa desa di Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka.  (st/ Ismir R)

Kondisi d imana air Sungai Kapuas dan Landak mengalami perubahan disebut Edi Kamtono biasanya terjadi saat pergantian musim.

"Inilah kondisi alam Sungai Kapuas dan Landak sewaktu-waktu berubah. Jadi ini adalah pengaruh alam dan biasanya terjadi di pergantian musim dari kemarau ke hujan," tegasnya.

Budidaya ikan dengan menggunakan keramba memang menjadi solusi bagi para kelompok masyarakat untuk bisnis ikan. Keramba-keramba berjejer di Sungai Kapuas mapun Sungai Landak.

Kejadian ini dimana ikan mengalami kematian ini terjadi secara mendadak, akibat perubahan pada kondisi air. Edi menegaskan akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk upaya berikutnya. (ver/oni)

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Ribuan Ikan Mati Mendadak di Sungai Kapuas, Petani Temukan Hal Tak Biasa Pada Insang Ikan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas