Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cuma karena Beda Pilihan Kades, Pernikahan Anak Janda Diboikot, Sepi Tanpa Tamu, Tetangga Tak Datang

Gara-gara beda pilihan saat Pilkades, hajatan pernikahan anak janda di Sragen diboikot, kosong tanpa tamu, tetangga tak mau hadir.

Editor: Fitriana Andriyani
zoom-in Cuma karena Beda Pilihan Kades, Pernikahan Anak Janda Diboikot, Sepi Tanpa Tamu, Tetangga Tak Datang
Instagram
Gara-gara beda pilihan saat Pilkades, hajatan pernikahan anak janda di Sragen diboikot, kosong tanpa tamu, tetangga tak mau hadir. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang janda asal Desa Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Suhartini (50) harus menahan pilu dan malu.

Rasa malu itu ia tanggung lantaran hajatan pernikahan anak bungsunya, Dwi Sri Suwarni dengan Eko Jatmiko diboikot warga.

Alasannya, Tini sapaan akrabnya, dituduh beda pilihan saat Pilkades yang diselenggarakan 5 September 2019 lalu.

Akibat boikot hajatan di kampung yang biasanya ramai, menjadi kosong tanpa tamu.

Padahal ratusan kursi, meja, tenda hingga dekorasi pelaminan sudah dipasang dengan maksimal hingga makanan kenduri yang diberikan warga justru ada yang menolak mentah-mentah.

Dana Nasabah BNI Ambon Rp 124 Miliar Dibobol, Tersangka Dikenal Suka Hadiahi Mobil Teman yang Ultah

Dua Nenek Tunanetra Kakak-beradik Tinggal Bersama hingga Usia Hampir Seabad, Tak Punya Anak/Suami

"Ibu bukan kader, bukan timses, tidak mencolok, kawan sana kawan sini, ia saja hanya buruh tani biasa dan ibu rumah tangga," tutur putri sulung Tini, Siti Aminah (27) kepada TribunSolo.com di RT 13 Dukuh Jetak, Desa Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen, Kamis (17/10/2019).

"Kalau gak kerja, ibu cuma bantu jaga warung kakaknya, bungkusi atau apa," imbuhnya membeberkan.

Suhartini (paling kiri) ditemani putri sulungnya, Siti Aminah (paling kanan) memberikan tanggapan soal boikot yang menimpa acara pernikahan Dwi Sri Suwarni dengan Eko Jatmiko di RT 13 Dukuh Jetak, Desa Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen, Kamis (17/10/2019). (TribunSolo.com/Adi Surya)
Berita Rekomendasi

Siti sapaan akrabnya menceritakan, kejadian pemboikotan itu sudah tampak sejak malam klumpukan ulem atau pembuatan undangan pada selasa atau seminggu yang lalu.

"Sebelum klumpukan ulem, sekitar hari rabu, ibu itu datang ke Pak RT biasalah silaturahmi mau minta tolong untuk membantu ngurus hajatan," kata Siti.

"Namun, Pak RT kemudian mengalihkan ke wakil karangtaruna," imbuhnya membeberkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas