Angin Kencang Halangi Operasi Water Bombing Karhutla di Gunung Arjuno Welirang
Kondisi cuaca tersebut menyebabkan helikopter jenis MI-8 akhirnya kembali ke landasan di Lanud TNI AU Abdul Rahman Saleh,
Penulis: Gita Irawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guncangan helikopter karena perubahan kecepatan angin dalam waktu singkat menghalangi operasi pengeboman udara karhutla di kawasan Gunung Arjuno-Welirang pada Senin (21/10/2019).
Kondisi cuaca tersebut menyebabkan helikopter jenis MI-8 akhirnya kembali ke landasan di Lanud TNI AU Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur meski sebelumnya berencana untuk melakukan water bombing di kawasan Maha Pena, Watu Bagong dan Curah Sriti.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo mengatakan berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim angin bertiup dengan kecepatan 25 knot, dimana normal kecepatan angin untuk penerbangan yang aman berada pada 10 knot.
Baca : Janji Jokowi Periode ke-2 Kabar Buruk PNS?Ini Tunjangan dan Jabatan Dipangkas, 430ribu PNS Terdampak
Baca: Ruben Onsu Tak Henti Menangis saat Dipamiti Raffi Ahmad, Suami Nagita Slavina Beri Pesan
Baca: Jokowi Rangkul Prabowo Mirip Kisah Presiden AS Abraham Lincoln yang Menjadikan Saingan sebagai Rekan
"Hingga siang angin masih cukup kencang sehingga operasi pengemboman dihentikan. BPBD akan melanjutkan operasi pengeboman pada Selasa (22/10/2019), pukul 06.00 WIB," kata Agus dalam keterangan resmi BNPB pada Senin (21/10/2019).
Ia menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Arjuno-Welirang ini diinformasikan pertama kali pada Juli 2019 lalu.
Agus menjelaskan, saat itu, lokasi titik api diketahui mendekati puncak di ketinggian sekitar 3.200 m dpl dengan tutupan lahan yang didominasi savana.
Sedangkan medan menuju lokasi sulit dijangkau, tidak terdapat sumber air, dan kondisi angin cukup kencang.
Selain di kawasan ini, BNPB mencatat terjadinya karhutla di kawasan pengunungan di Pulau Jawa.
Menurutnya, data BNPB per 21 Oktober 2019, pukul 16.00 WIB karhutla teridentifikasi di Gunung Ungaran, Cikuray, adn Ringgit.
Sedangkan karhutla yang telah padam yaitu di Gunung Malabar, Merapi dan Andong.
"Sementara itu, 87 titik panas masih terdeteksi di wilayah Jambi, Sumatera Selatan (Sumsel), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Selatan (Kalsel)," kata Agus.
Ia menjelaskan, berdasarkan citra satelit Modis-catalog Lapan dengan tingkat kepercayaan lebih dari 30%, pada 24 jam terakhir mencatat jumlah tertinggi di Kalteng dengan 30 titik, Sumsel 29, Kalsel 23, Kalbar 4 dan Jambi 1.
BNPB mencatat Kategori kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 pada wilayah tersebut antara sedang hingga sangat tidak sehat.
"Kualitas udara di Jambi pada kategori sangat tidak sehat (182), Sumsel tidak sehat (119), Riau sedang (27), Kalsel sedang (20), Kalteng sedang (15) dan Kalbar sedang (13). Data BNPB mencatat 328.722 ha luas lahan terbakar di seluruh wilayah Indonesia dari Januari hingga Agustus 2019," kata Agus.