Kisah Kakek Suhendri yang Tolak Rp 10 Miliar, Jaga Hutan Buatannya Demi Oksigen untuk Warga
Kisah Kakek Suhendri (78) tahun asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, ini patut diacungi jempol, dan bisa menjadi inspirasi.
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNSOLO.COM - Kisah Kakek Suhendri (78) tahun asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, ini patut diacungi jempol, dan bisa menjadi inspirasi.
Kakek Suhendri telah berjuang keras menjaga dan melestarikan hutan buatannya di tengah Kota Tenggarong, demi menjaga lingkungan serta menyediakan oksigen untuk masyarakat Kota Tenggarong.
Dilansir dari Kompas.com, kerja kerasnya tersebut telah dirintisnya sejak 1986, tentunya sudah melalui cobaan yang tidakklah mudah untuk dilalui.
"Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini," kata Suhendri.
Baca: Titiek Puspa Ulang Tahun, Berikut 5 Fakta Penyanyi Diva Legendaris Ini
Salah satu pengalaman yang tak pernah dia lupakan adalah saat menolak menolak tawaran senilai Rp 10 miliar untuk lahan 1,5 hektar miliknya itu.
“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” kata Suhendri, Kamis (31/10/2019) lalu.
Suhendri menjelaskan, niat dirinya untuk menjaga lingkungan dengan menanam pohon di tengah kota sudah tertanam dalam hati.
Baca: BMKG: Beberapa Wilayah di Sumatera dan Kalimantan Berpotensi Hujan Lebat Besok Sabtu 2 November 2019
Godaan para investor yang menawar membeli lahan seluas 1.5 hektar untuk dijadikan perumahan, pun tak mempan baginya.
“Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak," ungkap Suhendri saat berbincang di kediamannya, Kompas.com, Kamis (31/10/2019).
Awal mula perjuangan Suhendri
Kakek dua anak ini menceritakan, saat pertama kali menginjak tanah Kalimantan Timur pertama kali pada 1971, dia bekerja sebagai pekerja proyek membangun asrama milik perusahaan kayu.
Saat itu juga sedang marak-maraknya bisnis kayu. Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.
"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia.
Lalu, Suhendri melanjutkan, pada tahun 1979, dirinya membeli lahan seluas 1,5 hektar. Saat itu ia beli dengan harga Rp 100.000.
Baca: Intip 7 Potret Awkarin Bantu Padamkan Api Karhutla di Kalimantan, Susuri Hutan Hingga Tulis Sindiran
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.