Nasir Abbas Menilai Perempuan yang Terlibat Tindakan Terorisme Ingin Dilibatkan dan Mulai Berani
Mantan pimpinan Jamaah Islamiyah Nasir Abbas menilai perempuan mau dilibatkan dan berani, jika melihat penangkapan istri pelaku bom bunuh diri Medan.
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Mantan pimpinan Jamaah Islamiyah Nasir Abbas menilai peran perempuan dalam jaringan radikal dan teroris tidak bisa lagi dianggap sebelah mata.
Dengan ditangkapnya perempuan berinisal DA, istri pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, ternyata perempuan juga berperan dalam tindakan radikalisme.
Menurut Nasir Abbas, dari penangkapan istri pelaku bom bunuh diri ini, terlihat bahwa perempuan mempunyai peran, dan sekarang perempuan sudah terlihat mulai berani.
"Seperti menunjukkan bahwa wanita yang berperan, wanita yang berperan dan memengaruhi, dan wanita yang kita lihat sudah mulai menjadi berani," ujarnya, Kamis (14/11/2019) dalam siaran wawancara KOMPASTV.
Nasir Abbas juga mengatakan, tidak menutup kemungkinan jika perempuan yang terlibat dalam tindakan terorisme ini ingin melibatkan dirinya.
"Jangan-jangan wanita yang mau melibatkan diri, dia dilibatkan, namun dia mau melibatkan diri," tambahnya.
Nasir Abbas kemudian menyangkutkan keterlibatan perempuan dalam kasus tersebut dengan kejadian ledakan bom bunuh diri di Surabaya pada Mei 2019 lalu.
Perempuan yang terlibat tersebut dinilai telah memiliki dorongan yang keliru karena melibatkan orang lain.
"Kita sudah lihat yang di Surabaya, sampai dia tega membawa anaknya berlari bersama, itu ibu macam apa itu, sehingga tega untuk membunuh anaknya, itu karena dorongan yang keliru," ungkapnya.
Nasir mengatakan, saat ini ibu-ibu sudah banyak yang terkena paparan paham radikalisme dan terorisme.
"Sekarang sudah terkena, sudah terpapar pada ibu-ibu, kita nggak tahu sudah berapa banyak ibu-ibu yang terkena ini," katanya.
Ia juga berharap untuk memberi perncerahan pada perempuan, khususnya istri dari mantan narapidana atau narapidana pelaku terorisme.
Diharapkan seusai diberi pencerahan bahwa paham radikalisme itu salah, mereka yang belum terpapar paham ini bisa dicegah.
"Oleh karena itu, sekarang bukan hanya pada mantan napi, bukan hanya pada narapidana yang diberi pencerahan, tapi juga pada ibu-ibu, istri-istri yang berpotensi mengembangkan paham tersebut," lanjutnya.