Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BMKG: Laut Maluku Kawasan Seisme Aktif, Sejak 1979 Tercatat 8 Kali Gempa di Atas 7 SR

Gempa Malut dan Sulut disebabkan karena laut Maluku disebabkan karena laut Maluku merupakan kawasan seisme yang aktif

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in BMKG: Laut Maluku Kawasan Seisme Aktif, Sejak 1979 Tercatat 8 Kali Gempa di Atas 7 SR
tangkap layar
Gempa M 7,1 di Laut Maluku Utara, Kamis (14/11/2019) malam. 

TRIBUNNEWS.COM - Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, menjelaskan jika gempa yang terjadi di Maluku hingga Sulawesi Utara disebabkan karena Laut Maluku merupakan kawasan seisme yang aktif.

"Laut Maluku itu adalah kawasan seisme aktif ya," jelas Daryono dalam tayangan yang diunggah YouTube tvOneNews, Jumat (15/11/2019).

Di Laut Maluku ada sumber gempa yang disebut sebagai penunjaman ganda (double subduction).

"Karena disitu ada sumber gempa yang disebut sebagai penunjaman ganda (double subduction) itu disebabkan karena ada dorongan dari timur dari Pasifik kemudian dari barat dorongan dari Eurasia," terang Daryono.

BMKG Daryono
Kabid Mitigasi Bencana dan Tsunami BMKG Daryono menejelaskan penyebab terjadinya gempa di Maluku Utara dan Sulawesi Utara (Tangkap Layar Kanal YouTube KompasTV).

Kemudian lempeng Laut Maluku terjepit dan disitu terbangun daya kompresi atau gaya tegangan yang sangat kuat dan terus terakumulasi sehingga di kawasan ini sangat aktif gempa.

BMKG mencatat sejak tahun 1979 sudah terjadi sebanyak 8 kali gempa dengan magnitude di atas 7 SR.

"Kita mencatat sejak tahun 1979 itu sudah terjadi sebanyak 8 kali gempa dengan magnitude di atas 7 SR," terang Daryono.

Berita Rekomendasi

Menurut Daryono, pada 7 Juni 2019 lalu juga terjadi gempa dengan magtitude 7.0 SR di Laut Maluku.

"Tahun ini saja, kemarin pada tanggal 7 Juni 2019 juga terjadi gempa 7 SR di situ," ujarnya.

Kemudian pada 24 November 2014 lalu, juga terjadi gempa dengan magmitude 7.3 SR dan berpotensi tsunami.

"Pada tahun 2014, tepat tanggal 24 November yang lalu juga terjadi gempa magnitude 7.3 SR dan berpotensi tsunami," ungkapnya.

Sehingga menurut Daryono gempa yang terjadi pada Kamis (14/11/2019) malam merupakan bagian dari rentetan gempa-gempa besar dan signifikan yang pernah terjadi di kawasan tersebut.

"Jadi semalam itu adalah gempa yang merupakan bagian dari rentetan gempa-gempa besar dan signifikan yang pernah terjadi di kawasan tersebut," terangnya.

Selain kawasan seisme aktif, laut Maluku juga berisiko tinggi terjadi tsunami.

"Dan kalau kita mencatat, kawasan ini sejarahnya memang banyak sekali terjadi tsunami, pada tahun 1800-an saja terjadi 4 kali tsunami di situ," jelasnya

"Dan catatannya masih banyak tetapi belum terkompilasi dengan baik," imbuhnya.

Daryono menambahkan, Kawasan Maluku adalah kawasan yang membutuhkan antisipasi yang lebih besar karena merupakan kawasan sesime aktif dan juga kompleks sehingga masyarakat di sana benar-benar disiapkan dalam menghadapi kejadian gempa dan tsunami untuk tujuan mengurangi resiko sekecil mungkin dari dampak yang terjadi.

Pasca Gempa 7.1 SR Guncang Sulut dan Malut, hingga Pagi Ini Gempa Susulan Tercatat 75 Kali

Gempa berkekuatan magnitude 7.1 SR mengguncang Sulawesi Utara (Sulut) dan Maluku Utara Kamis (14/11/2019), pukul 23:17:41 WIB.

Pasca gempa, BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami berstatus waspada yang kemudian resmi diakhiri pada pukul 01.45 WIB.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menuturkan hingga Jumat (15/11/2019) pagi, gempa susulan masih terjadi, tercatat sudah 75 kali.

"Gempa susulan masih terjadi ya sampai pagi ini, sudah tercatat sebanyak 75 kali," terang Rahmat Triyono dalam tayangan Sapa Indonesia Pagi Kompas Tv, Jumat (15/11/2019).

"Dari 75 kali gempa susulan yang terjadi 6 kali dirasakan dan ada 11 kali yang magnitude-nya di atas 5 SR," terang Rahmat Triyono.

info gempa susulan (tangkap layar dari laman bmkg.go.id)
info gempa susulan (tangkap layar dari laman bmkg.go.id) (bmkg.go.id)

Sementara itu, Kasi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Winangun, Edward Menko menuturkan jika pihaknya belum memperoleh informasi kerusakan infrastruktur signifikan dari gempa yang terjadi di Sulawesi utara.

Edward menjelaskan jika gempa dirasakan cukup kuat oleh masyarakat di Sulawesi Utara.

"Berdasarkan komunikasi dengan pihak terkait dan juga laporan dari masyarakat memang gempa dirasakan cukup kuat sehingga banyak masyarakat yang terbangun dan bahkan ada sebagian yang panik, berlarian keluar ruangan," tutur Edward dalam tayangan yang diunggah YouTube Kompas Tv, Jumat (15/11/2019).

Edward menjelaskan, dari gempa yang terjadi di Maluku Utara yang terasa hingga Sulawesi Utara status peringatan dini tsunaminya adalah waspada.

"Informasi dari BMKG bahwa status ancaman peringatan dini tsunami yang dikeluarkan akibat gempa yang terakhir tadi adalah status waspada," jelas Edward.

Artinya jika terjadi tsunami perkiraan ketinggian maksimum hanya setengah meter atau 50 sentimeter.

Sehingga masyarakat tidak perlu melakukan evakuasi, arahannya adalah untuk tidak mendekati bibir pantai atau muara sungai.

"Perkiraan ketinggian maksimum jika terjadi tsunami adalah setengah meter jadi masyarakat tidak perlu melakukan evakuasi, arahannya adalah menjauh dari bibir pantai atau dari muara sungai," tutur Edward.

Edward menambahkan, meski ketinggian maksimum jika terjadi tsunami hanya setengah meter, namun hantaman gelombang cukup tinggi.

"Meski ketinggian maksimum jika terjadi tsunami setengah meter tetapi hantaman gelombang itu kecepatannya lumayan tinggi jadi arahannya tidak berdiri di tepi pantai atau di muara sungai," ungkap Edward.

Edward juga menghimbau bagi masyarakat yang sudah melakukan evakuasi ke dataran tinggi sudah bisa kembali ke rumah mereka masing-masing.

Peringatan Dini Tsunami BMKG

Edward menuturkan jika terjadi gempa, BMKG akan memberikan informasi dan arahan kepada masyarakat.

Jika ada gempa yang berpotensi tsunami BMKG akan mengeluarkan 3 tingkatan status yakni waspada, perkiraan ketinggian maksimum setengah meter. Siaga ketinggian mencapai 3 meter. Awas lebih dari 3 meter.

(Tribunnews/Nanda Lusiana Saputri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas