Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gunung Merapi Erupsi, Ahli Vulkanologi: Sejak 2010 Merapi Sudah Berubah Karakter

Erupsi Gunung Merapi Minggu (17/11/2019), Mbah Rono bersyukur merapi meletus dan mengeluarkan energinya. Katanya, karakter Merapi sudah berubah.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Gunung Merapi Erupsi, Ahli Vulkanologi: Sejak 2010 Merapi Sudah Berubah Karakter
Twitter/@BPPTKG
Gunung Merapi kembali meletus pada Minggu (17/11/2019) siang pukul 10.46 WIB dengan tinggi kolom 1000 meter. 

TRIBUNNEWS.COM - Gunung Merapi kembali erupsi pada Minggu (17/11/2019) pukul 10.46 WIB.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan kolom letusan Gunung Merapi mencapai tinggi sekitar 1.000 meter.

Rupanya, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya gempa di Sleman.

Gempa tersebut terjadi satu hari sebelum erupsi yakni Sabtu (16/11/2019).

Dilansir dari Kompas.com, gempa tersebut tercatat dengan magnitude 2,7.

Gempa berpusat di sekitar Gunung Merapi.

Baca :  BREAKING NEWS - Gunung Merapi Meletus, Tinggi Kolom Asap Capai 1.000 Meter

BERITA TERKAIT

Tercatat, episenter gempa terletak di koordinat 7,63 LS dan 110,47 BT pada jarak 10 km.

Arah selatan dari puncak Merapi di kedalaman 6 kilometer.

Episenter gempa ini sangat dekat dengan puncak Merapi.

Erupsi gunung api mudah dipicu oleh gempa tektonik.

Pada 2001 dan 2006, catatan Gunung Merapi menunjukkan bahwa sebelum terjadi erupsi juga didahului oleh aktivitas gempa tektonik.

“Data lain yang serupa di luar negeri juga menunjukkan bahwa erupsi Gunung Unzen di Jepang dan erupsi Gunung Pinatubo pada 1990 juga dipicu oleh gempa tektonik,” tutur Daryono.

Baca :  PVMBG Terbitkan 5 Rekomendasi untuk Antisipasi Letusan Merapi Hari Ini

Daryono menjelaskan, gempa tektonik dapat meningkatkan stress - strain yang dapat memicu perubahan tekanan gas di kantong magma.

Stress-strain adalah hubungan antara tegangan dan regangan yang ditampilkan material tertentu dikenal sebagai kurva tegangan-regangan material tersebut.

Untuk setiap bahan dan ditemukan dengan mencatat jumlah deformasi pada interval yang berbeda dari berbagai pemuatan. Kurva ini mengungkapkan banyak sifat material

Peningkatkan stress - strain mengakibatkan terjadinya akumulasi gas yang memicu terjadinya erupsi.

Namun, perlu ada kajian empiris untuk membuktikan kaitan ini.

Baca :  Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas Guguran Selama 112 Detik

Pendapat Surono

Ahli Vulkanologi, Surono atau Mbah Rono usai diskusi bertema 'Mitigasi bencana masih menjadi PR' di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1/2019).
Ahli Vulkanologi, Surono atau Mbah Rono usai diskusi bertema 'Mitigasi bencana masih menjadi PR' di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1/2019). (Fransiskus Adhiyuda)

Menurut Ahli Vulkanologi Surono, letusan Gunung Merapi disebabkan kantong magma yang mendekat ke permukaan.

“Aktivitasnya baru mulai terlihat tanggal 15, antara pukul 06.00 dan 24.00. Tiba-tiba ada lonjakan kegempaan di Merapi. Pertama tercatat 19 kali gempa, kemudian melonjak hingga 29 kali,” tuturnya.

Masih dilansir dari Kompas.com, kejadian ini disyukuri Mbah Rono, karena energi besar dari Gunung Merapi dilepaskan dan tidak dipendam.

Mbah Rono mengataka, letusan Minggu (17/11/2019), tidak sebesar letusan yang terjadi 2010.

“Letusannya sebanding dengan tahun 2017, tetapi tidak akan sebesar letusan tahun 2010. Sistemnya masih terbuka akibat letusan 2010 sehingga agak sulit bagi Merapi untuk menyimpan energi,” katanya.

Anggota Dewan Riset Nasional (DRN) Komisi Teknis (Komtek) Lingkungan dan Kebencanaan tersebut juga mengimbau masyarakat agar tidak panik.

Baca : Hari Ini dalam Sejarah, Mbah Maridjan Jadi Korban Letusan Gunung Merapi

Gunung Merapi meletus untuk melepaskan energi agar tidak terjadi penumpukan dan agar erupsi besar seperti pada 2010 tidak terulang.

Ada atau tidaknya erupsi susulan di Gunung Merapi, menurut Mbah Rono, bergantung pada aktivitas magma di dalamnya.

“Jika memang stagnan atau aktivitasnya menurun, berarti erupsi akan berhenti dengan sendirinya. Jika aktif dan di atas rata-rata, kemungkian masih ada letusan,” tuturnya.

Namun, ia menjelaskan bahwa letusan susulan dari Gunung Merapi kemungkinan tidak akan sebesar letusan pertama karena guguran kubahnya sudah cukup banyak.

“Ketika erupsi pertama tadi, guguran kubahnya sedikit meningkat jumlahnya.

Baca : Beredar Video Gunung Merapi Erupsi Keluarkan Awan Panas Selasa Hari Ini, Simak Penjelasan BPPTKG

Arah letusannya ke barat karena anginnya memang ke arah sana. Materialnya bukan yang berat sehingga bisa tertiup angin.

Berbeda dengan awan panas,” paparnya. Menurut Mbah Surono, secara keseluruhan erupsi ini merupakan aktivitas yang baik karena energi terlepaskan dari Gunung Merapi.

Masyarakat tidak perlu panik, tetapi harus tetap waspada dan mengikuti arahan pihak berwajib.

“Jangan membayangkan letusan seperti tahun 2010. Tidak mudah Merapi membuat letusan seperti itu. Sejak 2010 Merapi sudah berubah karakter,” ujarnya.

 Baca :  Masyarakat Diimbau Tenang, Tidak Ada Dampak Berarti dari Letusan Gunung Merapi Hari Ini

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul  "Gunung Merapi Erupsi, Surono: Jangan Bayangkan Letusan seperti Tahun 2010"  dan "Gunung Merapi Erupsi, Adakah Kaitannya dengan Gempa Sleman?"

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (Kompas.com/Sri Anindiati Nursastri/Penulis Sri Anindiati Nursastri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas