Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jauh dari Kebakaran di Gunung Lawu, Warung Pecel Tertinggi di Tanah Jawa 'Mbok Yem' Tetap Beroperasi

Sempat terjadi kebakaran di Hutan Gunung Lawu, Jumat (15/11/2019), warung pecel legendaris di puncak Gunung Lawu bernama 'Mbok Yem' masih berjualan.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
zoom-in Jauh dari Kebakaran di Gunung Lawu, Warung Pecel Tertinggi di Tanah Jawa 'Mbok Yem' Tetap Beroperasi
Kompas.com/ Anggara
Warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu tampak depan 

TRIBUNNEWS.COM - Kebakaran terjadi di Hutan Gunung Lawu sisi timur, tepatnya di Perbatasan Desa Sukowidi dengan area milik Perhutani pada Jumat (15/11/2019).

Diduga kebakaran terjadi di hutan produksi wilayah petak 57 RPH Bedagung Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Gunung Lawu sekira pukul 09.30 WIB.

Kebakaran tersebut berhasil dipadamkan pada Sabtu (16/11/2019) sore sekira pukul 16.00 WIB.

Nama warung pecel 'Mbok Yem' tentu tidak asing lagi bagi para pendaki di Gunung Lawu.

Meski di hutan Gunung Lawu terjadi kebakaran, warung pecel Mbok Yem yang berada di Puncak Gunung Lawu tetap beroperasi.

Baca: Kronologi Pemadaman Hutan Terbakar di Gunung Lawu, Penyebabnya Faktor Kelalaian Manusia

Baca: Hutan di Gunung Lawu Terbakar, 53 Pendaki Turun dalam Kondisi Aman, Begini Pengakuannya

Hal tersebut diungkapkan oleh Humas Basarnas Pos Surakarta, Yohan Tri Anggoro.

"Masih beroperasi kok, kuliner pecel tertinggi di Tanah Jawa," ujarnya kepada Tribunnews.com pada Minggu (17/11/2019).

Berita Rekomendasi

Menurutnya posisi warung pecel Mbok Yem dan titik api kebakaran sangat jauh.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala BPBD Magetan, Ari Budi Santosa kepada Tribunnews.com di hari yang sama.

"Kita bukan di wilayah Mbok Yem, Ini (titik api kebakaran) Gunung Lawu berada di wilayah utara, berbatasan dengan Ngawi," ujarnya melalui pesan singkat WhatsApp.

Warung pecel Mbok Yem berada di puncak Gunung Lawu dan menjadi warung legendaris karena dinobatkan sebagai warung tertinggi di Tanah Jawa.

Ketinggian warungnya mencapai 3.150 mdpl atau hanya selisih 115 mdpl dari puncak Gunung Lawu.

"Selama saya masih kuat untuk bekerja disini, saya akan tetap bekerja," ucap Mbok Yem dalam Bahasa Jawa yang dilansir Kompas.com.

Mbok Yem mengaku memang sudah berniat mencari nafkah di Gunung Lawu, meski bukan hal yang mudah untuk tinggal di puncak gunung.

Pasalnya, selain meyimpan mitos mistis, Gunung Lawu juga memiliki cuaca yang ekstrem.

Penutupan jalur Cemoro Sewu yang menjadi salah satu jalur ke puncak Gunung Lawu. TribunSolo.com/Agil Tri
Penutupan jalur Cemoro Sewu yang menjadi salah satu jalur ke puncak Gunung Lawu. TribunSolo.com/Agil Tri (TribunSolo.com/Agil Tri)

Bisa dipastikan Mbok Yem sudah bersahabat dengan angin kencang selama bertahun-tahun saat berjualan.

Bahkan pada malam hari suhu udara di puncak bisa mencapai minus 5 derajat.

Untuk menempuh warung makan Mbok Yem ini, diperlukan waktu pendakian sekira 6 sampai 7 jam via Candhi Cetho, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Bukan hal yang mudah untuk mencapai warung Mbok Yem mengingat curamnya lajur pendakian.

Untuk itu, hanya mereka yang punya stamina tinggi untuk bisa mencapainya.

Mbok Yem mengaku dirinya tidak sendirian saat berjualan di Gunung Lawu.

Ketika melayani pendaki yang membeli makanan di warungnya, Mbok Yem dibantu oleh dua orang kerabat yang semuanya lelaki.

"Untuk stok dagangan saya juga dibantu orang lain. Jadi, ada orang yang antar barang ke sini tiga kali dalam seminggu," ungkapnya kepada Kompas.com.

Mbok Yem mengaku hanya sekali dalam setahun turun gunung untuk pulang kampung, tepatnya ketika musim lebaran tiba.

"Yah, sekali setahun aja pulangnya. Waktu lebaran," paparnya, sembari menyiapkan makanan untuk para pendaki.

Baca: 438 Tim Gabungan Dikerahkan Padamkan Kobaran Api di Gunung Lawu

Dalam sehari, Mbok Yem bisa melayani 200 hingga 300 orang pendaki.

Mbok Yem juga menuturkan ada dua waktu dimana warungnya dipadati pembeli, yakni saat 17 Agustus dan bulan Suro.

Makanan yang dijual di warung Mbok Yem ini terbilang cukup murah, hanya berkisar Rp 10.000 saja.

Ada hal unik lain, bagi para pendaki yang malas mendirikan tenda untuk bermalam di Gunung Lawu.

Ternyata Warung makan Mbok Yem juga bisa menjadi tempat tidur alternatif para pendaki.

Pecel masakan Mbok Yem adalah menu paling favorit dan fenomenal menurut para pendaki.

Tak jarang, banyak pendaki yang menaklukan Gunung Lawu hanya untuk mencicipi pecel masakan Mbok Yem.

"Saya sudah tiga kali ke Lawu. Yah, kangen pecel Mbok yem," ucap Iin Pendaki asal Yogyakarta.

Mbok Yem yang terkenal dengan sebutan 'Legenda Gunung Lawu' ini juga menyediakan makanan.

Seperti soto, gorengan, mi instan dan berbagai minuman untuk para pendaki.

Untuk menyediakan makanan bagi pendaki, Mbok Yem masih menggunakan kompor tungku dengan bahan bakar kayu.

Pasokan listrik pun ia dapatkan dari tenaga genset.

Dari hasil berjualan ini, Mbok Yem juga bisa membeli sebuah rumah yang berlokasi di Magetan, kampung halamannya.

(Tribunnews.com/Maliana) (Kompas.com/Ariska Puspita Anggraini)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas