10 Tahun Menjadi Wali Kota, Risma Ingat Pernah 'Diturunkan' dan Ditolong Tokoh di Ibu Kota
Daripada tak melakukan apapun, Risma berpikir untuk terjun langsung ke lapangan untuk melihat sumber dan penyebab banjir.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama hampir 10 tahun memimpin Kota Surabaya, ternyata pengalaman yang paling terngiang di benak Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini adalah dua tahun awal kepemimpinannya.
Risma, begitu ia disapa, mengingat pernah 'diturunkan' dari jabatannya oleh Ketua DPRD Surabaya kala itu Whisnu Wardhana dengan hak angket. Itu terjadi pada 31 Januari 2011, dimana Risma belum genap setahun menjabat.
Bahkan enam dari tujuh fraksi di DPRD Surabaya termasuk PDIP yang mengusungnya saat itu, menyetujui untuk memberhentikan Risma.
Baca : Kabar Buruk Anies Baswedan, Perbuatannya Soal TGUPP Ini Dinilai Langgar Hukum, Terancam Kena Sanksi
Alasan pemberhentian tersebut karena Risma mengeluarkan Peraturan Wali Kota Surabaya (Perwali) Nomor 56 tahun 2010 tentang perhitungan nilai sewa reklame dan Perwali Nomor 57 tahun 2010 tentang perhitungan nilai sewa reklame terbatas di kawasan khusus kota Surabaya.
"(Yang paling terngiang, - red) Saya pernah diturunkan. Melekat sekali di saya, 'kok bisa diturunkan'. Ya nggak tahu, pokoknya saya pernah merasa diturunkan," ujar Risma, saat berkunjung ke kantor Tribun Network, di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2019).
Baca: Tri Rismaharini Pernah Ditawari Jatah Menteri dari PDI Perjuangan
Baca: Tri Rismaharini Borong Buku di Gudang Gramedia Untuk Perpustakaan di Surabaya
Baca: Walikota Surabaya Tri Rismaharani Dapat Kejutan Ulang Tahun dari Grup Kompas Gramedia
Perempuan pertama yang terpilih sebagai wali kota Surabaya sepanjang sejarah tersebut bercerita dua tahun tak bisa menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Di periode pertama memimpin Surabaya, Risma menegaskan hanya bisa bekerja efektif selama tiga tahun. Karena dua tahun dirinya tak bisa bekerja.
"Dua tahun saya nggak bisa jalankan APBD di periode yang sebelumnya (2010-2015, karena kalau dilihat total itu saya kerja (hanya) 3 tahun. Dua tahun saya nggak bisa ngapa-ngapain," kata dia.
Namun, Risma bersyukur justru bisa menyelesaikan masalah banjir di Surabaya karena tak bisa menjalankan APBD di dua tahun awal kepemimpinannya.
Daripada tak melakukan apapun, Risma berpikir untuk terjun langsung ke lapangan untuk melihat sumber dan penyebab banjir.
"Kalau nggak gitu (masalah APBD) mungkin saya nggak bisa menyelesaikan banjir di Surabaya. Karena saya nggak bisa ngapa-ngapain akhirnya saya ke lapangan dan saya melihat sumber banjir itu apa, penyebabnya bagaimana. Sehingga saya bisa menyelesaikan satu per satu masalah banjir di Surabaya," ungkapnya.
Menurut ketua DPP PDIP bidang pendidikan dan kebudayaan tersebut, dirinya bisa kembali bangkit tak lepas dari campur tangan Tuhan melalui tokoh-tokoh di Ibukota Jakarta.
Perempuan kelahiran Kediri itu menilai ada banyak tokoh yang berperan membantu dirinya untuk bangkit. Dua diantaranya adalah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Bisa bangkit pastinya ya tangan-tangan Tuhan melalui tokoh-tokoh di Jakarta sih. Mungkin itu yang bisa, tapi Tuhan juga memang mengatur. Ada banyak (tokoh yang membantu), ya Bu Mega, ya Pak SBY, banyaklah. Saya nggak bisa sebut satu-satu," tandasnya.