Ungkapan Ayah Pesilat Cilik yang Tewas Ditendang Perutnya
Bekas perlengkapan saat prosesi pemakaman remaja itu masih terlihat, di antaranya tenda untuk memayungi tamu di rumah duka.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN - Duka masih menyelimuti kediaman MA (13), pesilat cilik Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang tewas karena tendangan di perut saat uji kekuatan dalam berlatih di Gemolong, Sragen, tidak akan mengajukan tuntutan.
Bekas perlengkapan saat prosesi pemakaman remaja itu masih terlihat, di antaranya tenda untuk memayungi tamu di rumah duka.
Namun keluarga telah mengikhlaskan kepergian MA (13) yang telah pergi selama-lamanya setelah mengikuti latihan rutin silat itu.
Ayah MA, Mustofa (60) menuturkan keluarga akan menyerahkan proses hukum kepada pihak kepolisian.
Baca: Penjelasan Ketua PSHT Sragen Terkait Tendangan di Perut Yang Tewaskan Pesilat Ciliknya
Baca: Diduga Perutnya Ditendang Senior Pesilat Cilik Ini Tewas
"Tidak mau menuntut apa-apa, kami serahkan semua kepada pihak kepolisian, tidak mau campur tangan," tutur Mustofa kepada TribunSolo.com di rumah duka di Gemolong, Sragen, Selasa (26/11/2019).
"Kelanjutannya nanti seperti apa, kami serahkan ke pihak kepolisian," imbuhnya menekankan.
Mustofa mengatakan, kejadian malang yang menimpa putra bungsunya itu mungkin sudah digariskan Allah.
Oleh karenanya, keluarga sudah mengikhlaskan kepergian MA yang masih duduk di bangku MTS.
"Jika nasibnya hanya sampai itu, karna kegiatan semacam itu, ya, nasibnya hanya sampai di situ," kata Mustofa.
Mustofa menyampaikan, ia tidak akan menyalahkan siapapun atas meninggalnya MA.
"Tidak menyalahkan siapa-siapa, Allah sudah menggariskannya," ujar Mustofa.
"Tidak mau menyalahkan latihan sana-sini, kalau sudah waktunya pergi (meninggal) berarti nasibnya cuma sampai di situ," tandasnya.
Latihan Rutin
Sebelumnya, pesilat cilik berinisial MA (13) asal Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Sragen tewas saat mengikuti latihan rutin perguruan pencak silat Persatuan Setia Hati Terate (PSHT).
Kematian MA yang merupakan siswa MTS di Sragen itu diduga karena mendapatkan latihan fisik dan tendangan dari seniornya, berinisial FAS (16) asal Dusun Donoyudan, Kalijambe, Sragen.
Peristiwa nahas itu terjadi saat korban latihan di Dukuh Ngrendeng, RT 22, Desa Kaloran, Kecamatan Gemolong.
Informasi yang diterima TribunSolo.com, saat itu korban mengikuti latihan uji kekuatan perut.
Plt Kasubag Humas Polres Sragen, AKP Harno mewakili Kapolres Sragen, AKBP Yimmy Kurniawan membenarkan kejadian itu.
“Betul, ada kejadian itu,” ucap AKP Harno kepada TribunSolo.com, Senin (25/11/2019).
Harno mengungkapkan kejadian malang itu terjadi saat PSHT melakukan latihan di Dukuh Ngerendeng RT 22, Dusun Kaloran, Kecamatan Gemolong, Sragen pada Minggu (24/11/2019) sekitar pukul 23.00 WIB.
“Sudah kita amankan, sudah kita mintai keterangan,” ungkap Harno.
“Memang benar yang bersangkutan nendang (menendang) di bagian perut,” imbuhnya membeberkan.
Adapun senior yang diduga menendang tersebut lanjut mantan Kasatreskrim Polres Sragen itu, telah meringkuk di Mapolres Sragen.
“Sudah kita amankan di kantor untuk kita lakukan proses penyelidikan,” ujar Harno. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Ayah dari Pesilat Cilik PSHT yang Tewas saat Latihan di Gemolong Sragen Ikhlas, Ini Ungkapan Hatinya