Membatik Jadi Pilihan Mbah Kalimah Mengisi Hari Tuanya yang Kini Berusia 91 Tahun
Di tengah pekarangan yang dipenuhi pepohonan, seorang nenek terlihat asyik memegangi canting sembari menginang.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Di tengah pekarangan yang dipenuhi pepohonan, seorang nenek terlihat asyik memegangi canting sembari menginang.
Meski telah renta, tangannya masih lincah menggoreskan canting di kain primis membuat motif batik bernama jamuran.
Canting ia celupkan dalam malam yang panas, kemudian tanggannya menggoreskan kain perlahan dengan sedikit gemetar.
Ia tinggal di RT 02 RW 02 Kelurahan Kalinyamatwetan, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.
Baca: Tindak Lanjuti Arahan Presiden, MenLHK Kontrol Persemaian Penghijauan
Kalimah mengatakan, ia membatik sejak 66 tahun yang lalu, tepatnya sejak berusia 25 tahun.
Meski tidak seperti ketika muda, Kalimah senang mengisi hari- hari tuanya dengan membatik.
"Orang seperti saya timbang tidur jadi penyakit, mending membatik dapat capek.
Itu pun saya lakukan di sela- sela membersihkan rumah, mencuci pakian, dan mencuci piring," kata Kalimah kepada tribunjateng.com, Kamis (28/11/2019).
Kalimah mengatakan, ada lima motif batik tulis yang bisa dibuatnya.
Baca: Kembangkan Design Motif Batik, Tim Pengabdian Masyarakat UNS Solo Lakukan Pendampingan di Ngawi
Yaitu motif batik jamuran, batik galaran, batik gribigan, batik beras mawur, dan batik cempaka putih.
Menurut Kalamah, biasanya pesanan datang dari orang- orang yang hendak menikah dan sunat.
Ia sendiri hanya melayani dua jenis pesanan, batik dalam bentuk tapih dan sarung.
"Harga satu batik Rp 350 ribu. Tapi khusus tapih dengan motif batik cempaka putih harganya Rp 400 ribu," ungkapnya.
Menurut Kalamah, hasil karyanya sebagai pengrajin batik tulis tegalan tidak menjamin selalu ada.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.