Isu Dinasti Politik bagi Gibran di Pilkada Solo 2020, Median: 55% Pemilih Tidak Percaya, 45% Percaya
Rico Marbun memberikan pendapat mengenai isu dinasti politik dalam majunya Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Solo 2020.
Penulis: Nuryanti
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif lembaga survei Median, Rico Marbun memberikan pendapat mengenai isu dinasti politik dalam majunya Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Solo 2020.
Putra sulung Jokowi diketahui telah sah menjadi Bakal Calon Wali Kota Solo.
Majunya Gibran tersebut turut mendapat dugaan adanya dinasti politik dalam keluarga Presiden Jokowi.
Sehingga, Rico Marbun menyebut isu dinasti politik ini juga turut mempengaruhi hasil survei Gibran dalam Pilkada Solo 2020.
Isu dinasti politik tersebut, menurut Rico menjadi isu yang penting.
"Ini ada isu penting juga menurut saya, adalah isu dinasti politik ya," ujar Rico Marbun di Studio Menara Kompas, Selasa (17/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Dari penuturan Rico, ada 55 persen pemilih Solo yang tidak percaya dengan isu dinasti politik tersebut.
Sehingga, 55 persen orang tersebut menyambut baik dari majunya Gibran dalam pencalonan Wali Kota Solo.
"Isu dinasti politik ini, memang ada 55 persen orang menyatakan majunya Gibran ini baik, tidak ada hubungannya dengan dinasti politik," katanya.
Namun, Rico menyebut ada sebagian pemilih Solo yang jumlahnya besar, yang tidak menyambut baik terhadap pencalonan Gibran itu.
Ada 45 persen menurut Rico yang percaya dengan adanya isu dinasti politik.
"Tapi jangan lupa juga, ada size cukup besar yang menyatakan bahwa majunya Gibran itu kurang begitu baik, dan itu dinasti politik, itu angkanya 45 persen," jelasnya.
Selain itu, Rico menjelaskan, para pemilih muda Solo tidak percaya dengan adanya dinasti politik tersebut.
Sedangkan, pemilih dewasa percaya dengan isu dinasti politik keluarga Jokowi itu.
"Yang menarik, terjadi pembelahan usia, jadi pemilih muda memang menganggap bahwa itu bukanlah dinasti politik," kata dia.
"Tetapi pemilih yang lebih dewasa di atas 40 tahun, menganggap itu adalah dinasti politik," jelas Rico.
"Itu menurut saya hal kedua yang dihadapi Gibran," lanjutnya.
Rico Marbun juga menjelaskan sisi positif dan negatif dari pengaruh Presiden Jokowi dalam majunya Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Solo 2020.
Rico Marbun menyebut pengaruh Jokowi sebagai orang terdekat Gibran seperti dua sisi mata uang.
"Posisi Pak Jokowi itu jelas berpengaruh ya, tapi ini seperti dua sisi dari mata koin," ujar Rico Marbun.
"Jadi ini bisa berpengaruh positif, bisa juga berpengaruh negatif," jelasnya.
Rico menyebut, Jokowi mempunya pengaruh positif bagi putranya karena rekam jejaknya yang berhasil.
Jokowi diketahui sebelum menjadi Presiden, sudah menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta.
Sehingga menurut Rico Marbun, rekam jejak Jokowi itu akan berpengaruh baik pada putranya, karena warga Solo menyambutnya dengan senang.
"Pengaruh positifnya adalah, orang happy selama ini di kota Solo, dengan rekam jejak Pak Jokowi baik di Kota Solo maupun di level nasional," ujarnya.
Sementara untuk sisi negatifnya, Rico menyebut elektabilitas Gibran akan menurun dalam Pilkada Solo, apabila kinerja Jokowi sebagai presiden sedang buruk.
Sehingga, menurutnya, Gibran tak perlu menggunakan rekam jejak Jokowi secara berlebihan.
"Sisi negatifnya, apabila terjadi kapitalisasi terlalu berlebihan terhadap track record-nya Pak Jokowi, tentunya akan berpengaruh pada elektabilitas Gibran," jelasnya.
Direktur Eksekutif Median ini pun berharap, Gibran akan bisa lepas dari nama besar Presiden Jokowi.
"Sehingga, Gibran di sini harus berusaha lepas dari bayang-bayang keberhasilan Pak Jokowi sebagai presiden," ungkap Rico.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut langkah Gibran terjun dalam dunia politik itu adalah sebuah kompetisi.
Sebuah kompetisi yang menurutnya bisa kalah ataupun menang.
"Itu kan sebuah kompetisi, kompetisi bisa menang bisa kalah," ujar jokowi, dikutip dari YouTube Kompas TV, Kamis (12/12/2019).
Sehingga, Jokowi menilai rakyat yang berhak untuk menentukan pemenang dari kompetisi Pilkada itu.
"Terserah rakyat yang memiliki hak pilih, siapapun punya hak pilih dan dipilih," jelas Jokowi.
"Kalau rakyat nggak memilih, ya gimana?," tanyanya.
Menurut Jokowi, majunya Gibran mengikuti pencalonan Wali Kota Solo adalah kompetisi, bukan sebuah penunjukan.
"Ini kompetisi, bukan penunjukan, beda, tolong dibedakan," ungkap Jokowi.
(Tribunnews.com/Nuryanti)