Mahasiswa Unsika Sempat Buat Puisi Sebelum Meninggal di Goa Lele, Dosen Sastra: Cukup Menggetarkan
Pekan lalu, Alief juga tak absen dari sebuah diskusi sastra pun dengan sikap kritisnya itu. Ia juga dikenal rajin.
Editor: Asytari Fauziah
TRIBUNNEWS.COM - "Malaikat bertopeng telah tiba, diantara deras sungai di mana Tuhan melepaskan tangannya.
Hanya mereka yang hancur diikat ketakutan, akankah yakin semua berakhir. Kini aku telah lahir, bunga mekar yang indah."
Begitu penggalan puisi berjudul "Bunga" karya Alief Rindu Arrafa, Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Singaperbangsa Karawang (Mapalaska) yang wafat akibat terjebak di Goa Lele, Kampung Tanah Bereum, Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang.
"Ada diksi yang cukup menggetarkan, apalagi dengan kejadian ini," ujar Sahlan Mujtaba, Dosen Teori Sastra, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) ditemui Kompas.com di area Gedung Forensik RSUD Karawang, Senin (23/12/2019).
• Balita Menangis Kencang Peluk Jenazah Ibu yang Mendadak Meninggal, Ini Pesan Terakhir Almarhumah
Sahlan mengaku mendapat kiriman puisi Alief dari dosen lain. Pada bagian bawah puisi Alief yang tersebar, tertulis 11-11-18 ll Gn. Burangrang Purwakarta.
Sembari berkaca-kaca, Sahlan mengenang Alief. Baginya ia adalah mahasiswa yang kritis dan produktif. Alief tak ragu bertanya.
"Dia selalu duduk paling depan," ujar Sahlan.
Pekan lalu, Alief juga tak absen dari sebuah diskusi sastra pun dengan sikap kritisnya itu. Ia juga dikenal rajin.
"Ia (Alief) selalu banyak bertanya, mengkritisi. Itu bagi saya cukup jarang ya bagi mahasiswa sekarang," katanya.
Sahlan juga mengaku kerap melempar candaan terhadap mahasiswa asal Kabupaten Bogor itu.