Satu Orang Suspect Anthraks di Gunungkidul Meninggal Dunia
Satu dari dua belas orang suspect anthraks di Gunungkidul meninggal dunia pada Minggu (31/12/2019).
Editor: Sugiyarto
Lanjutnya saat ini Dinkes Gunungkidul telah mengambil sampel darah pada 41 orang yang dikirim ke laboratorium untuk diuji.
"Sampel darah dikirim ke Bogor. Memang perlu ketelitian untuk melakukan uji sampel darah ini," katanya.
Dewi menuturkan, saat ditemukan suspect anthraks pihaknya melakukan pemantauan selama 2 kali 60 hari untuk memastikan tidak ada keluhan dari masyarakat.
"Cara penanganan kami memang seolah-olah sudah positif anthraks. Selain mengirim sampel darah kami juga memberikan antibiotik kepada 540 orang di Dusun Ngrejek Kulon dan Ngrejek Wetan," katanya.
Ia mengatakan, jika ada seseorang yang terkena anthraks masih bisa disembuhkan yaitu dengan pemberian antibiotik.
"Antibiotik diminum bisa digunakan kepada yang terkena di bagian kulit dan juga yang sudah masuk kedalam tubuh. Antibiotik tersebut sudah tersedia di Puskesmas-puskesmas Gunungkidul dan harganya murah," katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Bambang Wisnu Broto menuturkan di Desa Gombang dilaporkan ada kejadian hewan ternak mati mendadak. Hewan ternak tersebut berjenis Sapi dan Kambing. Jumlah hewan ternak yang mati mendadak sebanyak 6 Kambing dan 3 Sapi.
"Kami sudah ambil langkah-langkah pencegahan dan pengendalian, seperti kami memberikan desinfektan di tempat-tempat kejadian hewan ternak mati. Langkah kedua kami sudah melakukan antibiotik dengan penyuntikan, lalu yang ketiga kita sudah lakukan koordinasi dengan One Health Gunungkidul," paparnya.
Untuk menanggulangi menyebarnya Anthraks pihaknya menerjunkan sebanyak 50 personel yang terdiri dari dokter, paramedis, dan inseminator.
"Desinfektan berupa formalin diberikan sebanyak 50 liter, pemberian desinfektan difokuskan di Gombang," ucapnya.
Saat disinggung adakah keterkaitan kasus hewan mendadak dengan kasus anthraks di Bejiharjo pihaknya belum mengetahui secara pasti.
"Hingga saat ini kami masih melakukan pemantauan di Bejiharjo, hewan ternak kan juga bisa dari luar Gunungkidul," imbuhnya.
Lanjut Bambang saat ini hewan yang mati mendadak masih berstatus suspect karena hingga saat ini hasil laboratorium belum keluar.
"Kami juga mengambil sampel tanah di beberapa tempat total ada sebanyak 50 sampel tanah yang kami kirim seperti sampel tanah seperti Semanu, Nglipar, Karangmojo," katanya.
Bambang menegaskan, saat ini surat edaran bupati sudah keluar yang berisi larangan mengkonsumsi daging dari hewan yang mati mendadak atau sekarat karena terkena penyakit.