Kisah Pasutri di Cianjur Bayar Biaya Persalinan Anak Pertama Pakai Uang Koin Pecahan Rp 1000
Pasangan Yanto (30) dan Riska (27), warga Cianjur, Jawa Barat, dikaruniai anak pertama. Mereka bayar biaya bersalin pakai uang koin pecahan Rp 1000.
Editor: Willem Jonata
![Kisah Pasutri di Cianjur Bayar Biaya Persalinan Anak Pertama Pakai Uang Koin Pecahan Rp 1000](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/riska11111.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Yanto (30) dan Riska (27), pasangan suami istri (pasutri) asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dikaruniai anak pertama.
Yang menarik, mereka membayar biaya persalinan menggunakan uang koin receh pecahan Rp 1000. Totalnya, Rp Rp 500.000.
Uang itu sedianya menambah kekurangan yang harus dibayarkan kepada pihak puskesmas, sebesar Rp 1.450.000.
Riska melahirkan anak pertamanya itu, Jumat (10/1/2020) di Puskesmas Cilaku, Cianjur.
Awalnya, Yanto dan Riska merasa waswas caranya membayar dengan uang receh itu akan ditolak pihak puskesmas.
Baca: Dua Pelajar di Cianjur Dicegat Sekelompok Pelajar, Korban Dihantam Batu dan di Bacok Kepalanya
Baca: Hujan Angin, Jalur Cianjur - Sukabumi Terputus Terhalang 6 Pohon Besar Tumbang Melintang di Jalan
Namun, saat mengetahui alasan pasangan ini, pihak puskesmas justru memberikan apresiasi.
Bagaimana cerita lengkapnya, berikut fakta-faktanya:
1. Menabung uang koin sejak hamil
Kehadiran sang buah hati disambut suka cita Yanto (30) dan Riska (27).
Pasangan suami istri asal Kampung Mekarsari RT 005 RW 002, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Sebab, pasangan ini baru dikarunia anak di usia pernikahan mereka yang sudah berjalan tiga tahun.
![Pasutri Bayar Biaya Lahiran dengan Uang Koin](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pasutri-bayar-biaya-lahiran-dengan-uang-koin.jpg)
Riska melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki, Jumat (10/1/2020), lewat persalinan normal di Puskesmas Cilaku.
"Alhamdulilah akhirnya bisa punya momongan, setelah tiga tahun menikah," kata Riska, kepada Kompas.com, ketika ditemui di rumahnya, Jumat (17/1/2020).
Baca: Tersapu Angin, Pohon Trembesi Tumbang Timpa Mobil Berisi Pasutri
Namun, dengan penghasilan sang suami Rp 900.000 per bulan, Riska harus putar otak agar bisa mendapatkan dana untuk biaya persalinannya.
“Sejak saya hamil itu, mulai menabung di celengan. Setiap hari, kadang seribu, dua ribu, lima ratus, pakai koin sisa-sisa uang belanja," ucap dia.
2. Pasangan kurang mampu
Yanto dan Riska merupakan pasangan suami istri kurang mampu. Sang suami bekerja sebagai pelayan toko plastik dengan penghasilan Rp 900.000 per bulan.
Pasangan ini menempati rumah yang dibagi tiga bagian. Masing-masing petak bagian berukuran tiga meter persegi.
"Satu untuk saya, yang satu untuk adik, dan satunya lagi ditempati ibu yang dijadikan warung," kata Riska.
Dengan kondisi ekonomi seperti itu, Riska harus pintar mengelola keuangan rumah tangga, apalagi sejak ia dinyatakan hamil.
"Sejak hamil itulah mulai menabung untuk biaya persalinan nanti. Nabungnya di celengan," ucap dia.
3. Was-was uang koin ditolak puskesmas
Riska sangat berharap bisa melahirkan di bidan desa. Selain biayanya lebih murah, juga dekat dengan rumah.
Namun, ia harus dirujuk ke puskesmas karena kehabisan tenaga saat proses persalinan. Sepanjang perjalanan, pasangan ini mengaku waswas, karena sebagian uang yang dipersiapkan untuk biaya persalinan dalam bentuk koin.
Mereka khawatir, pihak puskesmas tidak mau menerimanya.
"Niatnya, uang receh itu mau ditukarkan dulu. Tapi, karena waktu itu kondisinya tidak memungkinkan, jadinya langsung saja dibawa ke puskesmas," kata Riska.
Namun, mereka akhirnya lega.
"Uangnya saya masukan ke dalam kantong kresek. Orang puskesmas sempat kaget waktu melihatnya. Tapi alhamdulilah, diterima, katanya sama-sama uang," ujar dia.
4. Pasien pertama membayar dengan uang koin
Kordinator Bidan Puskesmas Cilaku, Dida mengatakan, baru pertama kali ada pasien yang membayar biaya persalinan menggunakan uang koin.
Total biaya yang harus dibayarkan pasien sebesar Rp 1.450.000.
“Pas di cek, sebagian uangnya receh dimasukkan dalam kresek putih. Kami hitung jumlahnya Rp 500.000 lebih sedikit,” ujar Dida, kepada Kompas.com, Jumat (17/1/2020).
![Riska (27) bersama bayinya, yang baru berumur sepekan di rumahnya di Desa Rahong, Cianjur, Jawa Barat, Jumat (17/01/2020). Riska membayar biaya persalinan anak pertamanya itu menggunakan uang koin pecahan Rp1.000.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pasutri-bayar-pakai-koin.jpg)
Sebagai pasangan kurang mampu, Yanto dan Riska sebenarnya bisa mengakses pelayanan kesehatan gratis melalui program Jampersal (Jaminan Persalinan).
“Namun, mereka memilih membayar penuh. Tidak mau disebut pasien miskin, tidak mau gratis,” kata Dida.
5. Uang koin dikembalikan, puskesmas beri apresiasi
Puskesmas Cilaku dibuat kaget setelah mengetahui ada pasien yang membayar dengan uang koin pecahan Rp 1.000 dengan total mencapai Rp 500.000.
"Kami tanya, ternyata mereka dari keluarga kurang mampu. Salutnya kami, mereka tidak mau disebut miskin, tetap ingin bayar penuh," kata kordinator bidan Puskesmas Cilaku, Dida.
Salut dengan kegigihan mereka mengumpulkan uang untuk biaya persalinan, pihak puskesmas memutuskan untuk mengembalikan seluruh uang receh tersebut.
"Kalau uang Rp 200.000 yang kami kasih itu, hanya bentuk kadeudeuh saja," ucap dia.
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 5 Fakta Pasutri Bayar Persalinan Pakai Uang Koin, Menabung 9 Bulan hingga Takut Ditolak Puskesmas
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.