Mayat Balita Tanpa Kepala, Guru PAUD Dihantui Penyesalan Meski Bukan Pembunuhnya
Penemuan mayat balita tanpa kepala Yusuf Gazali (4) di Samarinda, Kalimantan Timur, masih jadi misteri. Penyebab kematiannya belum keketahui.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Penemuan mayat balita tanpa kepala Yusuf Gazali (4) di Samarinda, Kalimantan Timur, masih jadi misteri.
Sampai kini penyebab kematian Yusuf Gazali belum jelas.
Namun, polisi sudah menetapkan dua tersangka, yakni dua pengasuh PAUD Jannatul Athfaal, Tri Supramayanti (52) dan Marlina (26).
Meski bukan sebagai pembunuh saat Yusuf menghilang, Tri dan Marlina bertugas menjaga anak-anak PAUD.
Dua guru ini dianggap bertanggung jawab atas tewasnya Yusuf Gazali setelah hilang dari PAUD Jannatul Athfaal.
Sepekan setelah hilang, Yusuf Gazali ditemukan dalam keadaan tanpa kepala di anak sungai Jalan Pangeran Antasari.
Setelah memastikan jenazah itu adalah Yusuf Gazali lewat tes DNA, polisi menjemput kedua perempuan ini pada Selasa (21/1/2020) malam.
Baca: 2 Guru PAUD Jadi Tersangka Kasus Mayat Balita Tanpa Kepala, Ayah Korban: Kami Tak Terlalu Senang
Baca: Balita Tewas tanpa Kepala, Orang Tua Tak Percaya Penyebab Tewasnya karena Tercebur ke Selokan
Baca: Dititipkan di PAUD, Balita 4 Tahun Hilang, Tubuhnya Ditemukan di Parit Tanpa Kepala
Baca: Pengakuan Tersangka Tewasnya Balita yang Ditemukan Tak Utuh di Parit, 5 Menit Ditinggal ke Toilet
Polisi menetapkan mereka sebagai tersangka setelah menerima hasil tes DNA dari Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri).
Tri Supramayanti dan Marlina tampak lesu saat digiring perlahan masuk ke ruang penyidik Reskrim Polsek Samarinda Ulu tanpa kata-kata.
Keringat kecil menetes dari wajah keduanya. Mereka pasrah.
Keduanya mengaku tak tahu ke mana Yusuf Gazali pergi saat hilang dari ruang kelas PAUD di Jalan Wahab Syahranie, Jumat (22/1/2020).
"Kami tidak sangka berujung begini. Kami pasrah," kata Marlina di ruang penyidik.
Ditinggal ke Toilet
Pengasuh Yusuf Gazali mengungkap detik-detik hilangnya balita itu. Pengakuan Marlina, dirinya sedang ke toilet saat Yusuf Gazali hilang.
Di ruang kelas ada tujuh anak yang dijaga rekannya.
"Waktu saya tinggal ke toilet itu tidak sampai 5 menit begitu pulang sudah Yusuf sudah tidak ada," kata Marlina.
Sementara, Tri Supramayanti yang menjaga ketujuh anak tersebut, mengatakan Yusuf luput dari pengawasannya.
Dia tak mengetahui jejak Yusuf, karena sibuk membujuk anak lain yang rewel.
"Tujuh anak itu Yusuf yang paling tua. Yang lain, ada yang bayi, ada juga yang usia 2 tahunan. Yusuf kemungkinan keluar lewat pintu," kata Tri.
Sejak itu semua guru yang ada di PAUD itu tak tahu ke mana Yusuf pergi.
Mengaku Lalai
Tri Supramayanti sudah menjadi pengasuh di PAUD itu selama dua tahun empat bulan.
Sementara, Marlina sudah 10 tahun, sejak usianya 16 tahun.
Baca: Kelanjutan Kasus Meninggalnya Balita Tanpa Kepala, 2 Pengasuh Paud Ditetapkan Sebagai Tersangka
Kejadian ini yang pertama bagi keduanya ini selama menjalani profesi pengasuh anak.
"Saat kejadian itu memang kami dua yang piket," kata Yanti.
Yanti menyesali perbuatannya karena lalai menjaga Yusuf. Begitu juga Marlina.
"Kami lalai karenakan waktu itu kami piket," jelasnya.
Kini keduanya siap mengikuti proses hukum dan akan didampingi pengacara, juga dukungan dari guru-guru lain di PAUD.
Kanit Reskrim Polsek Samarinda Ulu, Ipda Muhammad Ridwan mengatakan keduanya dikenakan pasal 359 KHUP tentang kelalaian yang mengakibatkan nyawa orang meninggal.
Ancaman hukumannya di atas lima tahun penjara.
Baca: Ingat Kasus Balita Samarinda Jasad Ditemukan Tak Utuh? Penyebab Tewas Terkuak, 2 Pengasuh Tersangka
"Sejauh yang kami simpulkan Yusuf meninggal karena tercebur ke parit.Tidak ada tindak pidana. Jadi kami menyimpulkan ada kelalaian dari pihak PAUD," ungkap Ridwan.
Kedua tersangka, kata Ridwan akan diperiksa lebih lanjut selama 24 jam untuk memutuskan apakah dilakukan penahanan atau tidak.
PAUD Yusuf Ditutup
DPRD Samarinda dukung keputusan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menutup PAUD tempat almarhum Yusuf sekolah.
Keputusan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ( Dinas Dikbud ) Kota Samarinda menutup PAUD Jannatul Atfal-tempat sekolah M Yusuf didukung anggota DPRD Samarinda.
Komisi IV DPRD Kota Samarinda mengapresiasi keputusan Dinas Dikbud menutup PAUD tersebut.
Menurut anggota dewan, langkah pemerintah sudah tepat.
"Kalau menurut saya tindakan Disdik sudah tepat. Karena ini untuk mengantisipasi dan memberi pelajaran buat PAUD lainnya ataupun tempat penitipan anak," ujar Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti kepada wartawan saat dikonfirmasi.
Politisi Demokrat ini menilai tiap PAUD wajib mengikuti standar keamanan dalam tata kelola sekolah dengan benar.
Dari kasus M Yusuf, ada dugaan pintu terbuka dan gerak gerik almarhum tak terpantau pihak sekolah.
Artinya, keamanan sekolah tak terjamin.
"Seharusnya ada satpam dan CCTV kan supaya keamanan terjaga," ujar Sri Puji Astuti.
Ia menambahkan dari kasus Yusuf juga menjadi bahan evaluasi yang penting bagi Pemkot Samarinda, khususnya Disdikbud.
Aturan perlindungan anak sudah mengatur jelas mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Namun, implementasi di lapangan masih minim.
"Jadi ini sebenarnya tamparan keras buat kita bersama, kalau memberikan izin PAUD itu harus jelas SOP-nya seperti apa.
Dan regulasi yang dibuat oleh Dinas Pendidikan, walaupun kita memang membutuhkan PAUD ya," kata Sri Puji Astuti.
Ia berujar bakal memanggil Disdikbud untuk memperbaiki pemberian izin kepada PAUD di Samarinda.
Penegasan regulasi harus dijalankan sesuai ketentutan yang berlaku.
"Jadi nanti, pembinaan dari Disdik seperti apa, kita minta dari Dewan Pendidikan (tindakannya) seperti apa. Karena kita menginginkan kota ini, Kota yang layak anak," pungkas Sri Puji Astuti. (TribunJakarta/TribunKaltim/Kompas.com)
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kasus Yusuf Gazali Balita Tewas Tanpa Kepala, 2 Guru PAUD Pasrah Jadi Tersangka: Kami Gak Nyangka