Alat Bukti Kasus Bullying Siswa SMP di Malang Ditemukan, Wali Kota Akan Beri Hukuman Pihak Sekolah
Kasus perundungan siswa SMP di Malang, MS (13), kini telah dinaikkan statusnya dari penyelidikan menjadi tahap penyidikan.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kasus perundungan siswa SMP di Malang, MS (13), kini telah dinaikkan statusnya dari penyelidikan menjadi tahap penyidikan.
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata mengatakan, pihaknya juga telah menemukan dua alat bukti dari kasus perundungan tersebut.
"Untuk perkembangan saat ini, kita telah menaikkan statusnya dari penyelidikan menjadi tahap penyidikan. Kita sudah menemukan dua alat bukti terkait kasus ini," ujar Leonardus, dikutip dari TribunJatim.com, Rabu (5/2/2020).
Selain memeriksa tujuh teman korban, polisi juga telah memeriksa pihak sekolah sebagai saksi.
"Saat ini kita sudah memeriksa sebanyak 15 saksi baik dari pihak sekolah, terduga pelaku, dan pihak keluarga korban."
"Pada hari ini (Rabu), kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru BK kita ambil keterangannya," jelas dia.
Baca: Update Kasus Bocah SMP di Malang Dibully, Jari Diamputasi & Trauma Berat, Pelaku Diduga Ada 7 Orang!
Menurutnya, dua barang bukti tersebut yang menjadikan penyidik meningkatkan tahap proses hukum.
Buti tersebut diperoleh dari hasil visum dan pemeriksaan saksi.
"Bukti yang paling riil adalah hasil visum dan keterangan para saksi yang saling menguatkan satu dengan yang lain," katanya.
"Dari alat bukti itu, penyidik menaikkan status kasusnya dari penyelidikan menjadi penyidikan," imbuh Leonardus.
Saat ini, pihaknya masih terus menggali peran para terduga pelaku perundungan.
"Saat ini masih mencari peran dari tujuh terduga pelaku perundungan. Kita cari siapa yang memiliki peran paling penting dalam melakukan aksi perundungan itu," ujarnya.
"Nantinya terduga yang memiliki peran paling penting akan menjadi tersangka," jelas Kapolresta.
Wali Kota Malang Akan Hukum Pihak Sekolah
Mengutip Suryamalang.com, Wali Kota Malang, Sutiaji menegaskan, dirinya akan memberi hukuman kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan para guru di sekolah korban perundungan.
Ia mengatakan, pihak sekolah adalah penanggung jawab dari peristiwa yang menarik perhatian masyarakat ini.
"Pada minggu ini harus ada hukuman bagi semuanya baik untuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru yang ada di sekolah tersebut. Karena ini merupakan bentuk keteledoran dari lembaga pendidikan."
"Apalagi kejadian dan waktu diketahuinya cukup panjang dan hal itu sangat amat sangat disayangkan sekali," kata Sutiaji di Rumah Sakit Lavalette, Rabu (5/2/2020).
Diketahui, Wali Kota Malang dan Kapolresta Malang Kota menjenguk korban perundungan di Rumah Sakit Lavalette, Rabu.
Sutiaji mengungkapkan, pihaknya datang untuk menjenguk sekaligus melihat kondisi korban pascaoperasi amputasi jari tengah.
"Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan penyesalan atas kejadian ini. Mengapa kejadian ini dapat terjadi di sebuah lembaga pendidikan," kata Sutiaji.
Jari Korban Diamputasi
MS harus menjalani operasi amputasi jari tengah tangan kanannya di Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang, Selasa (4/2/2020).
Setelah menjalani operasi amputasi, keadaan MS sudah menjadi lebih baik.
Paman MS, Taufik mengatakan, dokter akan memantau keadaan MS selama enam bulan ke depan.
“Dia baru keluar dari ruang operasi sekitar pukul 21.30 WIB. Saat ini keadaan fisik pascaoperasi sudah lebih baik.”
“Sekarang dia menjalani masa pemulihan pasca operasi. Keadaannya akan dipantau dokter selama 6 bulan,” ujar Taufik, dikutip dari Suryamalang.com, Rabu (5/2/2020).
Taufik mengatakan, dokter hanya mengamputasi sebagian jari tengah pada tangan kanan MS.
“Hanya separuh bagian yang diamputasi, yaitu bagian kuku sampai lipatan jari bagian bawah,” ungkap dia.
MS harus menjalani operasi amputasi jari tengah karena jaringannya sudah mati.
“Kalau tidak segera dilaksanakan, dikhawatirkan jaringan yang mati tersebut akan semakin menjalar,” jelas Taufik.
Keluarga korban saat ini tengah fokus melakukan pendampingan dan pemulihan psikis dari MS.
“Kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan psikolog dan pendampingan untuk trauma healing MS,” imbuh Taufik.
Korban Alami Trauma Psikis
Taufik mengatakan, saat ini MS mengalami trauma saat dikunjungi.
Menurutnya, saat ini korban tak mau dikunjungi oleh banyak orang dulu.
“Apalagi ketika dikunjungi orang banyak atau orang yang tidak dikenal.”
“Karena trauma ini, sebenarnya dia tidak mau dikunjungi siapapun,” ujarnya, dikutip dari Suryamalang.com, Rabu (5/2/2020).
Taufik menyebut, MS termasuk anak yang pendiam dan aktif mengikuti kegiatan organisasi di sekolahnya.
“Dia baik sekali dan pendiam. Dia juga aktif di berbagai organisasi sekolah, seperti pramuka, paskibraka, badan dakwah Islam, dan juga ketua kelas,” ungkap dia.
Baca: POPULER: Kronologi Siswa SMPN 16 Malang Jadi Korban Bully hingga Dirawat, Jari Tengahnya Diamputasi
Taufik mewakili keluarga MS berterima kasih atas semua dukungan yang diberikan.
“Kami tidak menyangka kasus ini akan menjadi kasus nasional. Kami hanya bisa mengucapkan banyak rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung kami,” katanya.
Sehingga, ia berharap kasus yang menimpa MS ini tak lagi terjadi pada orang lain.
“Jadikan kasus ini sebagai pelajaran berharga untuk semua pihak, dan jangan sampai terulang kembali.”
“Cukup dia saja yang mengalami perundungan,” jelas Taufik.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Suryamalang.com/Sarah Elnyora/TribunJatim.com/Kukuh Kurniawan)