Deretan Faktor Penyebab Susahnya Penyelamatan Buaya Berkalung Ban di Sungai Palu
Meski dilakukan pemberhentian sementara, tetapi pihaknya tetap melakukan pemantauan terhadap pergerakan buaya berkalung ban tersebut
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Palu Muhakir Thamrin
TRIBUNNEWS.COM, PALU -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Konflik Buaya BKSDA Sulawesi Tengah mengakui tidak mundah menangkap buaya berkalung ban di sungai Palu.
Nah, ini deretan penyebab sulitnya menangkap buaya berkalung ban :
1. Keberadaan masyarakat di bibir sungai
menyebut, masyarakat yang berdiri sampai bibir sungai jadi kendala utama proses penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu.
Kepala Satgas Penanganan Konflik Buaya BKSDA Sulteng Haruna mengatakan, terlalu banyaknya masyarakat yang menonton di kiri dan kanan sungai menjadi hambatan yang tidak bisa dihindari.
Pihaknya juga tidak bisa melarang atau meminta masyarakat untuk tidak terlalu dekat ke bibir sungai.
2. Durasi buaya muncul makin jarang
Masih terkait kehadiran masyarakat itu membuat durasi kemunculan buaya berkalung ban di atas permukaan air jauh lebih sedikit.
"Baru buayanya muncul sedikit saja, sudah luar biasa teriakan, sehingga buaya ini langsung menghilang lagi," jelas Haruna, saat dihubungi Minggu (9/2/2020) sore.
Sehingga, kata Haruna, dengan durasi kemunculan buaya berkalung ban yang singkat itu, petugas yang menggunakan tombak harpun tidak sempat untuk melakukan penombakan.
3. Sungai berada di tengah pemukiman warga
"Ini sebenarnya menjadi kendala utama kita karena Sungai Palu berada di tengah-tengah permukiman masyarakat," tambah Haruna.
Hal itu didukung oleh keberadaan Sungai Palu yang memotong wilayah Kota Palu.
"Sehingga kami dari tim, itu justru menjadi kendala dan hambatan tersendiri dalam penyelamatan buaya berkalung ban," ujarnya.
4. Faktor cuaca dan angin
Selain itu, ada juga faktor cuaca angin dan arus air kencang yang menghambat kerja petugas.
Belum lagi ditambah dengan adanya ombak yang cukup besar di sekitar muara Sungai Palu tempat bersembunyi buaya berkalung ban.
Haruna menjelaskan, pemberhentian upaya pencarian dan penyelamatan itu dilakukan hingga cuaca normal serta buaya yang menjadi target bisa muncul seperti sebelumnya.
"Hari ini, buaya berkalung ban hanya menampakkan kepalanya dan sesekali kembali ke dalam air, sementara yang menampakkan diri untuk berjemur hanya buaya lainnya yang tidak menjadi target." ungkap Haruna.
Kendala tersebut dan sejumlah kendala lainnya, membuat BKSDA Sulteng menghentikan sementara upaya penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu mulai Sabtu (8/2/2020) sore.
Hentikan sementara pencarian
Kata Haruna, dihentikan sementara proses penyelamatan buaya berkalung ban itu dikarenakan masa akhir pekan.
Meski dilakukan pemberhentian sementara, tetapi pihaknya tetap melakukan pemantauan terhadap pergerakan buaya berkalung ban tersebut.
"Kami akan terus melakukan pemantauan baik di siang ataupun di malam hari, serta melakukan survey jumlah buaya yang berada di sungai Palu ini," terangnya.
Untuk strategi penyelamatan buaya berkalung ban itu, pihaknya yakin tetap bisa menangkap buaya berkalung ban itu dengan menggunakan tombak harpun dan jaring.
Libatkan pemerhati buaya
Ahli sekaligus pemerhati buaya asal Negara Australia Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson, akhirnya bergabung dengan tim penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu.
Keduanya bergabung atas surat keputusan Direktur KKH Kementerian LHK kepada Kepala Balai KSDA Sulawesi Tengah Nomor : 8.110/KKH/AJ/KSA2/02/2020 tanggal 10 Februari 2020.
Izin yang diperoleh kedua ahli buaya dari Australia itu diperoleh setelah keduanya melakukan observasi di habitat buaya berkalung ban di Sungai Palu pada Minggu (9/2/2020) lalu.
Setelah melakukan observasi, salah seorang dari mereka yakni Matthew Nicolas Wright berangkat ke Direktorat KKH dan berhasil mengantongi izin.
Selasa (11/2/2020) pagi, ahli buaya itu kembali ke Kota Palu dan langsung melakukan pemantauan buaya berkalung ban di Jembatan Palu II di Jalan I Gusti Ngurah Rai Kota Palu.
Pantauan TribunPalu.com di akun media sosial Matthew Nicolas Wright, Selasa pagi mereka bersama tim BKSDA Sulteng sudah melihat keberadaan berkalung ban itu.
Kepala Satgas Penanganan Satwa Buaya Berkalung Ban Haruna membenarkan kedua warga negara asing itu telah bergabung dengan timnya di bawah komando Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar.
"Kedatangan keduanya untuk membantu proses penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu," jelas Haruna. (TribunPalu.com/Muhakir Tamrin/Haqir Muhakir)
Artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul Warga yang Berdiri hingga Bibir Sungai Palu Jadi Kendala Utama Penyelamatan Buaya Berkalung Ban