Kapolresta Balikpapan Nangis Saat Jenguk 6 Bocah yang Ditinggal Mati Kedua Orang Tuannya Bersamaan
Tangis Kapolres Balikpapan dan Kisah Pilu 6 Bocah Yatim Piatu yang Orang Tuanya Meninggal di Hari yang Sama
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Nasib sangat memilukan dialami enam bocah di kawasan RT 20 Kelurahan Sepinggan Raya, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Mereka, Ali Mardani siswa kelas tiga SD, Alika Mardani siswa kelas satu SD, Alifa Alfira Mardani (6), Aldo Lilah Mardani (4), Dira Naura Mardani (2) dan Safayanti Bulan Mardani yang berusia satu bulan enam hari.
Siti Haryanti (27) ibu dari keenam bocah tiba-tiba meninggal dunia sekitar pukul 10.00 Wita.
Dia ditemukan berbaring di lantai tak bernyawa oleh suaminya, Yaya Handani (33) di rumah mertua, tak jauh dari rumah orangtua Siti.
Pada sore harinya, sekitar pukul 17.00 Wita, giliran Yaya Handani yang meninggal dunia.
Yaya ditemukan tak bernyawa berbaring di rumah orangtua Siti.
Sebelum meninggal, Yaya sempat mengeluh sakit dada saat melihat istrinya meninggal dunia.
Di hari itu, Yaya dan Siti akhirnya meninggalkan enam anak yang masih bocah.
Kini enam anak yatim piatu ini tinggal bersama nenek Waode Rusdiana (53) dan kakek Mustofa (53), orangtua Siti.
Kisah ini tersebar luas di jagat maya beserta foto-foto enam bocah.
Dukungan dan simpati membanjiri laman komentar para akun-akun Facebook yang mengunggah kisah enam bocah ini, Senin (26/2/2020).
Berikut sederet fakta tentang kisah pilu 6 bocah yang ditinggal wafat oleh kedua orang tuanya sebagaimana dilansir TribunAmbon.com dari berbagai sumber.
1. Respon Wali Kota Balikpapan
Dari media sosial, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi akhirnya memberi respon dan mengunjungi kediaman enam bocah ini, Selasa (26/2/2020).
Melalui akun resmi, Rizal memberikan informasi seputar enam anak tersebut di laman Facebooknya.
Rizal mengatakan sejak kematian kedua orang tua enam bocah, pekerja sosial masyarakat Sepinggan Raya telah menawarkan untuk pengasuhan enam anak tersebut di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) atau panti maupun adopsi melalui Dinas Sosial, Kota Balikpapan.
"Tetapi nenek dan keluarga tidak bersedia," tulis Rizal seperti dikutip dari Kompas.com.
Selanjutnya, Rizal meminta Dinas Sosial, Kelurahan Sepinggan Raya, Puskesmas Sepinggan Baru dan pekerja sosial masyarakat Kota Balikpapan memverifikasi lapangan ke enam bocah malang tersebut, Selasa (25/2/2020).
Hasilnya, dari enam anak yatim piatu tersebut, empat anak belum memiliki akta kelahiran dan belum terdaftar dalam kartu keluarga orangtua.
Sementara, dua anak lainnya sudah masuk kartu keluarga orangtua.
Kemudian, ada empat anak belum memiliki BPJS karena belum terdaftar nomor induk kependudukan (NIK). Sedangkan 2 anak sudah memiliki BPJS.
"Selanjutnya untuk kepengurusan akta dan kartu keluarga pihak kelurahan akan bekerjasama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk pengurusan," tulis Rizal.
Sementara, untuk kepengurusan kepesertaan BPJS PBI akan dibantu Dinas Sosial, begitu pula dengan proses pengasuhan sementara melalui LKSA maupun upaya adopsi apabila difasilitasi oleh nenek dan kakek beserta seluruh keluarga enam bocah tersebut.
Tak hanya itu, lanjut Rizal, Waode Rusdiana dan Mustofa juga masuk peserta Program Keluarga Harapan (PKH) dan penerima Bantuan Penerima Non Tunai (BPNT) dari Kementerian Sosial.
Rizal saat dihubungi melalui sambungan telepon belum merespon.
Begitu pula dengan pesan singkat.
Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kota Balikpapan Purnomo mengatakan hampir semua sudah ditangani pemerintah kota sebagaimana disampaikan Wali Kota Balikpapan lewat media sosial.
"Itu langkah-langkah kita seperti yang disampaikan Pak Wali di media sosial," kata Purnomo saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/2/2020).
Soal urusan BPJS PBI dan lainnya sedang diuruskan. Hanya saja, enam anak tersebut tak bisa dimasukkan ke panti anak.
"Neneknya enggak bolehin," ungkap Purnomo.
Purnomo juga mengimbau kepada relawan yang mengumpulkan sumbangan untuk enam anak ini sebaiknya mengurus perizinan terdahulu baru mengumpulkan donasi.
2. Air Mata Kapolresta Balikpapan Tak Bisa Ditahan
Jenguk 6 bocah yatim piatu, Kapolresta Balikpapan dan istri tak kuasa menahan air mata.
Sebagai aparat penegak hukum pada instansi kepolisian tentu saja yang muncul di benak masyarakat adalah berperawakan tegas dan juga berwibawa.
Terlebih lagi pada tubuh kepolisian ditunjuk memegang jabatan penting sebagai komandan resor atau Kapolres.
Namun ternyata di balik ketegasannya tersebut ada rasa keprihatinan dan dedikasi serta empati yang tinggi terhadap sesama.
Seperti yang terlihat pada Kapolresta Balikpapan Kombes Pol Turmudi.
Kapolres yang dikenal tegas dan berwibawa ini akhirnya luluh bahkan terlihat tak kuasa membendung air mata saat menjenguk enam bocah yatim piatu di wilayah kecamatan Balikpapan Selatan pada Selasa (25/2).
Perwira polisi berpangkat melati tiga di pundaknya itu datang bersama istrinya Tina Turmudi dan rombongannya menggunakan mobil.
Sesampainya di rumah kakek para Bocah tersebut yang berada di RT 20, Kelurahan Sepinggan Raya Kecamatan Balikpapan Selatan.
Kombes Pol Turmudi langsung menyapa kakek nenek dan para bocah yatim piatu itu.
Bahkan ia beserta istrinya sempat menggendong anak paling bungsu dan masih balita berusia 1 bulan 7 hari.
Selain memberikan santunan, Kombes Pol Turmudi juga memberikan pencerahan serta dukungan moril dan semangat kepada para bocah dan kakek neneknya itu agar tetap tegar dalam melewati cobaan.
Dirinya menegaskan pihaknya akan mengkawal segala persoalan administrasi hingga persoalan keperluan para bocah tersebut hingga tuntas termasuk Jaminan Kesehatan Nasional hingga perhatian dari Pemerintah terkait.
Sesekali Kapolres dan istrinya mengusap air mata yang terus mengalir di pipi.
Ia dan Istrinya duduk berhadapan beralaskan karpet seadanya sambil menggendong para bocah yatim piatu tersebut.
Sementara Ibu Kapolresta Balikpapan Tina Turmudi juga telihat air matanya terus mengalir sambil memeluk salah satu bocah nomor 5.
Sedangkan bocah nomor 1, 2, 3, dan 4 terus berada di dekat sang nenek.
Saat dijegat para awak media menuju mobilnya sesuai menjenguk para bocah yatim piatu itu, Kapolreta Balikpapan Kombes Pol Turmudi tak banyak memberikan keterangan.
Bahkan dirinya langsung pergi meninggalkan para wartawan untuk menyembunyikan rasa kesedihannya usai melihat kondisi para bocah yatim piatu itu.
"Kita datang memberikan dukungan moril sosial kemanusiaan, turut prihatin empati...," katanya singkat seraya menundukkan wajahnya sambil berjalan dengan cepat lalu masuk ke dalam mobilnya.
Sementara itu, rombongan pihak kepolisian lainnya serta instansi Pemerintah maupun masyarakat biasa juga terlihat terus berdatangan, sambil membawa bingkisan sembako dan lainnya untuk kebutuhan para bocah bernasib malang tersebut.
3. Sang nenek ceritakan kronologi meninggalnya kedua orangtua keenam bocah
Masyarakat yang tinggal di Kota Balikpapan tengah dibuat haru dengan kisah enam bocah yang ditinggal wafat kedua orangtuanya secara hampir bersamaan.
Kini keenamnya dirawat oleh kakek dan nenek mereka bernama Mustafa (53) dan Wa Ode Rusdiana (52).
Keduanya merupakan warga RT 20, kelurahan Sepinggan Raya Kecamatan Balikpapan Selatan.
Rusdiana menceritakan kedua orangtua keenam bocah ini meninggal dunia pada Minggu (23/2/2020) kemarin lantaran terserang hipertensi (tekanan darah tinggi).
Ia mengatakan almarhumah merupakan putrinya bernama Siti Haryanti.
Ketika itu Siti sebelumnya sebelumnya melahirkan anak ke enam buah cintanya bersama sang suami.
Namun setelah beberapa hari kemudian, almarhumah Siti kerap kali mengalami ketidakstabilan tensi darah saat dilakukan pemeriksaan di rumah sakit.
Hal itulah menjadi awal kondisi Siti yang terus menurun dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia Minggu sekira pukul 10:00 Wita.
"Sebelumnya anak saya itu kan tensinya naik waktu periksa di puskesmas mulai dari situ sudah tidak normal."
"Anak saya itu meninggalnya hari Minggu kemarin," kata Rusdiana dikutip dari TribunKaltim.co, Selasa (25/2/2020).
Dengan wajah yang tampak sedih dan air mata terus menetes, Siti melanjutkan ceritanya.
Pasca meninggal putrinya itu, beberapa jam kemudian suami Siti juga mengalami hipertensi.
Melihat kondisi suami Siti yang semakin drop, keluarga memutuskan melarikannya ke rumah sakit.
Namun belum sempat mendapatkan pertolongan medis, suami Siti mengembuskan nafas terakhirnya di tengah-tengah perjalanan.
"Tidak lama kemudian setelah anak saya meninggal itu, suaminya juga langsung naik tensi dan dilarikan ke rumah sakit."
"Dan tidak lama langsung muncul kabar kalau dia sudah meninggal juga sementara anak saya ini masih dimandikan di rumah," tutur Rusdiana.
Kisah enam bocah ditinggal wafat kedua orangtuanya ini sempat beredar di sejumlah platform media sosial seperti Facebook dan Instagram.
Satu akun yang turut membagikan kejadian ini adalah akun Facebook Yuni Rusmini.
Dalam postingannya Yuni Rusmini menyematkan foto enam pocah yatim piatu yang tampak masih kecil.
Sedangkan umur mereka beragam dari paling besar masih duduk di bangku kelas 6 SD dan yang terkecil berumur 1 bulan.
Postingan bertanggal Selasa (25/2/2020) ini telah mendapat ratusan respon beragam dari warganet.
Dilaporkan oleh TribunKaltim.co, semenjak kisah keenam bocah ramai diperbicangkan, masyarakat sekitar khususnya yang tinggal Kota Balikpapan tergerak untuk memberikan bantuan.
Seorang warga, Arda mengaku sengaja datang ke rumah duka untuk memberikan dukungan moril dan bantuan.
"Kita datang memberikan dukungan, juga memberikan sedikit santunan. Karena siapa sih yang tidak terharu melihat kondisi seperti ini," ungkap Arda.
"Dengan kondisi yang masih balita tersebutlah membuat hati siapa saja akan terharu," lanjutnya.
(TribunAmbon.com/Sinatrya)(Tribunkaltim.co/Zainul) (Kompas.com/Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton)