Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasca Tragedi Susur Sungai, 13 Siswa SMPN 1 Turi Masih Butuh Pendamping Psikologis

Perilaku yang dialami 13 siswa ini ada yang masih mengalami sulit tidur, mimpi buruk, dan susah makan untuk memenuhi kebutuhan harian.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pasca Tragedi Susur Sungai, 13 Siswa SMPN 1 Turi Masih Butuh Pendamping Psikologis
TRIBUNJOGJA.COM/Santo Ari
Deklarasi Move On SMPN 1 Turi 

TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Kata 'Move On' populer di kalangan milenial saat ini, yang berarti melupakan kejadian masa lalu dan memulai sesuatu yang baru.

Kata inilah yang digelorakan di SMPN 1 Turi yang dikemas dalam sebuah deklarasi bangkit 'Move on' pada Senin (2/3/2020).

Deklarasi ini dipimpin langsung oleh Bupati Sleman Sri Purnomo.

"Move on kan artinya bangkit, jalan terus, kita harus segera melupakan kejadian pada tanggal 21 Februari lalu," ujar Sri Purnomo.

Ia mengakui dampak dari kejadian kecelakaan Sungai Sempor tidak ringan, di mana para siswa masih trauma dan memerlukan penanganan dan pendampingan psikologis.

"Dengan move on segera hilang ingatan dari trauma itu, sehingga mereka terus songsong masa depan yang penuh dengan semangat, penuh ceria dan bisa belajar dengan bagus," imbuhnya.

Namun demikian, Bupati menjelaskan bahwa trauma healing masih terus dilakukan ke beberapa siswa.

Berita Rekomendasi

Pendampingan tersebut dilakukan sampai mereka kembali seperti semula sebelum kejadian.

Sementara itu, Oneng Nawaningrum, koordinator tim pendampingan psikologis memaparkan dari hasil pendampingan hingga Sabtu 29 Februari kemarin, masih ada 3,4 persen atau 13 siswa dari jumlah total 378 siswa SMPN 1 Turi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Baca: Virus Corona Dikonfirmasi Masuk Indonesia, Wakil Ketua DPR RI: Bagusnya Menteri PMK Mengambil Alih

Baca: Dua WNI Positif Corona, Menkes Terawan Langsung Sambangi RSPI

Pendampingan psikologis ini bisa dilakukan dengan home visit atau di sekolah.

"Jadi sementara kita kerja sama dengan BK akan tetap mendampingi siswa setiap hari. Akan ada 2-3 psikolog yang berjaga di ruang BK," tuturnya.

Ia mengungkapkan dari 13 anak, ada yang masih rawat inap dan tidak masuk sekolah sampai hari Sabtu kemarin.

Sehingga selama ini pihaknya tidak bisa memantau secara detil perkembangan anak tersebut.

Sementara perilaku yang dialami 13 siswa ini ada yang masih mengalami sulit tidur, mimpi buruk, dan susah makan untuk memenuhi kebutuhan harian.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas