BKSDA Aceh Sebut Harimau yang Berkeliaran di Kota Subulussalam dalam Kondisi Cidera
Selain satu yang ditangkap dengan perangkap, BKSDA melaporkan masih ada kawanan harimau berkeliaran
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Khalidin
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengkonfirmasi data harimau yang berhasil tertangkap dalam operasi penyelematan (rescue) di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
Hal itu disampaikan dalam siaran pers yang dikirim Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto alias Egi kepada Serambinews.com, Sabtu (7/3/2020).
Berdasarkan siaran pers BKSDA, harimau yang diselamatkan berjenis kelamin betina.
Selain satu yang ditangkap dengan perangkap, BKSDA melaporkan masih ada kawanan harimau berkeliaran.
Jumlah harimau berkeliaran selama ini terdeteksi tiga individu atau tiga ekor.
Ini diperoleh BKSDA atas hasil rekaman kamera trap di lokasi konflik harimau dengan manusia beberapa waktu terakhir.
Dikatakan, konflik antara manusia dan harimau telah terjadi sejak pertengahan bulan Februari 2020 sampai dengan Maret 2020 di Desa Singgersing dan Darul Makmur Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam.
Sebagai upaya penanganan konflik tersebut, Balai KSDA Aceh bersama mitra dan Muspika Sultan Daulat melakukan berbagai upaya antara lain patroli, pemasangan camera trap di lokasi konflik, serta sekaligus mendatangkan pawang.
Baca: 2 Ekor Harimau Sumatera Intai Penjaga Alat Berat Kebun Sawit di Pelalawan
Baca: Siswi SMP yang Bunuh Bocah 6 Tahun Curhat Soal Ayah, KPAI Curiga Pelaku Jadi Pelampiasan
Baca: Ingin Berhijab Sejak SMA, Aurel Hermansyah Ngaku Masih Belajar dan Minta Doa
Agus Arianto menjelaskan berdasarkan pengecekan camera trap terdeteksi ada 3 (tiga) harimau yang terdiri dari 1 induk dan 2 pra-dewasa yang salah satunya cidera pada bagian kaki depan (cacat/buntung) akibat diduga terkena jerat.
Nah, karena cidera, harimau terkait cenderung mencari mangsa yang mudah diburu terutama ternak warga.
Selain itu, lokasi konflik harimau tersebut terisolir di pemukiman dan perkebunan masyarakat.
Bahwa pertimbangan ini menjadi dasar untuk menyelamatkan harimau yang cidera dan melakukan tindakan penyelamatan (rescue) untuk ditranslokasi ke habitat yang lebih baik.
Selanjutnya, dalam melakukan rescue tersebut telah dipasang kandang jebak pada tanggal 26 Februari 2020. “Dan 6 Maret 2020, salah satu individu harimau tersebut di atas berhasil ditangkap.
Dari hasil pengecekan, individu harimau berjenis kelamin betina dalam kondisi sehat dan berada di dalam kandang jebak,” papar BKSDA
Agus Arianto menambahkan, saat ini tim dokter hewan yang terdiri dari tim medis satwa BKSDA Aceh didampingi dokter hewan dari FKL dan PKSL FKH Unsyiah akan melakukan penanganan medis termasuk screening kesehatan untuk persiapan kelayakan translokasi.
Sampai saat ini, harimau yang masih di dalam kandang jebak, dilakukan penjagaan oleh Balai KSDA Aceh bersama para pihak antara lain Tim WCS IP, Kepolisian, dan Koramil sambil menunggu proses evakuasi.
Baca: Ingin Berhijab Sejak SMA, Aurel Hermansyah Ngaku Masih Belajar dan Minta Doa
Baca: BMKG: Prakiraan Cuaca 33 Kota Besok, Minggu 8 Maret 2020, Hujan Petir di Surabaya & Pangkal Pinang
Baca: Pertemuannya dengan Raffi Ahmad Heboh, Yuni Shara Heran & Bandingkan dengan Mantan Raffi yang Lain
Selanjutnya, setelah proses evakuasi harimau tersebut, sambil mengupayakan penyelamatan (rescue) terhadap dua harimau lainnya, BKSDA dan mitra akan tetap memantau dan memonitor pergerakan harimau tersebut.
Terakhir, Agus Arianto menyampaikan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu jenis hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa liar yang Dilindungi. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, beresiko tinggi untuk punah di alam liar.
BKSDA Aceh berharap dukungan semua pihak dalam rangka upaya penyelamatan/rescue terhadap satwa harimau tersebut serta menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk tidak melakukan pemasangan jerat yang dapat berdampak terhadap keselamatan satwa liar yang juga dapat memicu terjadinya konflik antara manusia dan harimau.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto mengajak masyarakat Kota Subulussalam dan sekitarnya untuk tidak memasang jerat, guna melindungi satwa liar seperti Harimau Sumatera.
“Kami perlu imbau warga jangan memasang jerat karena berdasarkan laporan salah satu kawanan harimau yang selama ini berkeliaran di Subulussalam terluka akibat jerat,” kata Agus Arianto kepada Serambinews.com, Jumat (6/3/2020).
Menurut Agus Arianto berdasarkan deteksi tim BKSDA mendapat informasi adanya salah satu harimau yang terjerat sehingga menyebabkan luka.
Hal ini pula dinilai menjadi pemicu mengapa harimau tersebut berkeliaran di sekitar permukiman penduduk.Adapun harimau yang mengalami lukas jerat belum tertangkap dan diperkirakan anaknya.
Nah, akibat kondisi luka di kaki menyebabkan ruang gerak harimau terbatas. Jadi, kata Agus Arianto, naluri sebagai ibu maka induk harimau harus memenuhi kebutuhan makan sang anak. Karenanya, harimau ini harus mencari mangsa yang dekat dan mudah karena kondisi ruang gerak terbatas akibat bekas jerat. Harimau yang terluka akibat jerat, tambah Agus Arianto akan kesusahan mencari mangsa di tengah hutan. Dampaknya, sang harimau mengancam masuk perkampungan/pertanian warga.
Upaya jerat ini sendiri menuru Agus Arianto dapat memicu kepunahan satwa terkait. Lantaran itu, Agus berkali-kali mengimbau wraga agar tidak menganggu satwa liar di sana seperti harimau sebab dapat memicu konflik. Selain itu, dengan memasang jerat di hutan akan mengancam jumlah populasi Harimau Sumatera yang merupakan satwa yang dilindungi dan hanya ada di Sumatera.
Sementara jumlah kawanan harimau yang berkeliaran berdasarkan deteksi BKSDA mencapai tiga ekor.
Ini dari hasil rekaman kamera trap yang dipasang tim BKSDA beberapa waktu lalu.
Menurut Agus Arianto tertangkap setidaknya ada tiga ekor harimau sumatera di kawasan desa Singgersing.
Karena itu pula, Agus yang akrab disapa Egi meminta warga tidak mendekat ke lokasi penangkapan harimau.
Dikatakan, pascasalah satu harimau masuk perangkap BKSDA bakal memicu kemarahan kawanannya.
Untuk itu pula BKSDA akan terus melakukan rescue atau penyelamatan dengan cara menangkap kawanan harimau lainnya. Ini dalam rangka menyelamatkan satwa dilindungi itu dari ancaman kematian serta demi keamanan manusia.
”Itu berdasarkan pemantauan tim kita terdeteksi jumlah harima ada tiga ekor, dan sekarang yang tertangkap baru satu maka ada kawanannya masih lepas. Ini kan beresiko maka masyarakat jangn ada mendekat ke lokasi nanti berbahaya, karena selain mengancam jiwa sendiri juga bisa memicu satwa menjadi stress,” pungka Egi
Balai Konservesi Sumber Daya Alam (BKSDA) telah menangkap salah satu kawanan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang selama ini berkeliaran di permukiman penduduk Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Kamis (5/3/2/2020) malam. Terkait dengan penangkapan itu, Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto yang dikonfirmasi Serambinews.com via telepon selulernya, Jumat (6/3/2020) meminta dukungan masyarakat agar proses tersebut segera tertangani.
Menurut Agus Arianto, dukungan warga tersebut adalah dalam bentuk tidak berbondong-bondong ke lokasi perangkap harimau. Hal ini kata Agus Arianto penting selain agar satwa yang telah ditangkap tidak menjadi stress juga demi keselamatan. Sebab, sejauh ini masih ada kawanan harimau lainnya yang berkeliaran dan belum tertangkap. Sehingga jika warga mendekat dikuatirkan dapat beresiko terhadap keselamatan.
Ditambahkan, proses penangkapan yang dilakukan BKSDA sendiri memperhatikan sisi-sisi keselamatan satwa terkait. BKSDA mengupayakan rescue atau penyelamatan sang harimau ini setelah berhasil ditangkap.
Sebab, jika terjadi kepanikan atau stress dapat berakibat fatal bagi satwa tersebut.
Selain itu warga juga diimbau untuk tidak melakukan perjalanan ke lokasi zona harimau berkeliaran demi keselamatan.
”Jadi kita minta dukungan warga dan semua pihak. Jangan sampai satwa ini justru stress karena melihat tontonan manusia. Sebab dia kan masih liar. Jadi kita imbau warga jangan datang ke lokasi,” ujar Agus
Lebih jauh dikatakan, upaya penangkapan atau rescue akan terus berlangsung sebab jika tidak akan membahayakan manusia.
Ini karena masih ada kawanan harimau yang berkeliaran di sekitar Desa Singgersing.
Agus memastikan jumlah harimau tersebut berdasarkan deteksi timnya mencapai tiga ekor. Sementara total jumlah individu yang ada di wilayah Subulussalam belum diupdate.
Seperti diketahui, salah satu kawanan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang berhasil ditangkap dengan perangkap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Kamis (5/3/2/2020) malam akan segera ditranslokasi. Hal itu disampaikan Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto yang dikonfirmasi Serambinews.com via telepon selulernya, Jumat (6/3/2020).
Menurut Agus Arianto, rencananya harimau yang tertangkap akan ditranslokasi ke habitat yang layak untuk harimau tersebut. Namun ini menunggu hasil pengecekan tim medis yang telah diterjunkan BKSDA Aceh ke Subulussalam. menyatakan telah menerjunkan tim medis dari Banda Aceh ke Subulussalam dalam rangka mengecek kesehatan harimau di Desa Singgersing. Tim medis terdiri tiga orang ini juga akan mengecek secara detail harimau tersebut termasuk jenis kelamin dan ukuran serta usianya.
Tim medis akan mengecek kesehatan dan kelayakan harimau untuk ditranslokasi ke habitat alaminya. Operasi ini juga merupakan upaya penyelematan kawanan harimau yang selama ini berkeliaran di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat. Pascapenangkapan tersebut BKSDA juga akan menangkap kawanan harimau lainnya yang masih lepas dan berkeliaran. Ini bertujuan menyelamatkan harimau serta pengamanan masyarakat.”Harimau kita selamatkan tapi keamanan warga juga paling utama. Makanya ini adalah operasi penyelamatan harimau dan manusia,” ujar Agus Arianto
Untuk proses penangkapan pun menurut Agus lebih efektif dengan menggunakan perangkap. Setelahnya baru nantinya dibius. Sebab jika langsung mengambil tindakan bius beresiko dan BKSDA juga memiliki SOP. Untuk translokasi sendiri diupayakan ke kawasan konservasi yang ada di sekitar Kota Subulussalam. Kemungkinan, kata Agus yang akrab dipanggil Egi, harimau ini akan ditranslokasi ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Berita sebelumnya, salah satu kawanan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang selama ini berkeliaran dan memangsa ternak warga di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Kamis (5/3/2/2020) malam berhasil ditangkap. Harimau sumatera ini berhasil ditangkap tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) usai terjebak dalam perangkap baja yang dipasang dengan umpan kambing.
Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto yang dikonfirmasi Serambinews.com via telepon selulernya membenarkan tertangkapnya salah satu kawanan harimau sumatera yang selama ini berkeliaran di permukiman penduduk. Harimau diperkirakan masuk dalam perangkap yang dipasang tim BKSDA sekitar pukul 22.00 WIB malam tadi. “Iya, memang ada satu yang sudah tertangkap, sekitar pukul 22.00 WIB lah lebih kurangnya,” kata Agus Arianto
BKSDA kata Agus Arianto, sejauh ini belum dapat memberikan data detail soal harimau yang ditangkap lantaran belum adanya pengecekan tim medis. Sebab ada ahli yang berkompeten terkait masalah harimau ini termasuk soal kesehatan dan lainnya. Terkait dengan ini, Agus Arianto yang akrab disapa Egi menyatakan telah menerjunkan tim medis dari Banda Aceh ke Subulussalam dalam rangka mengecek kesehatan harimau di Desa Singgersing.
Tim medis terdiri tiga orang ini juga akan mengecek secara detail harimau tersebut termasuk jenis kelamin dan ukuran serta usianya. Nantinya, kata Egi BKSDA akan menindaklanjuti apapun hasil rekomendasi tim medis.”Jadi kami belum dapat pastikan apakah yang tertangkap ini harimau jantan atau betina. Nanti setelah dicek tim medis baru diketahui secara detail termasuk usia dan ukuran atau lainnya,” terang Egi
Seperti berita sebelumnya, Penangkapan kawanan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang selamai ini berkeliaran di permukiman penduduk serta areal perkebunan di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam mulai membuahkan hasil. Satu ekor harimau sumatera yang selama ini meresahkan masyarakat dikabarkan masuk perangkap yang dipasang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Kamis (5/3/2020) malam.
Kabar tertangkapnya harimau sumatera di Desa Singgersing diperoleh Serambinews.com dari sejumlah warga.
Kabar ini juga beredar di media sosial (Medsos) seperti whatsapp.
Wartawan menghubungi warga bernama Jarkasih Pinem, Ketua Badan Permusyawaratan Gampong (BPG) Desa Singgersing. Menurut Jarkasih, harimau itu masuk perangkap sekitar pukul 22.00 WIB tadi malam.
Namun baru diketahui sejumlah warga pagi ini. Jarkasih turut melampirkan foto seekor harimau yang kabarny hasil tangkapan perangkap BKSDA di Singgersing.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Harimau yang Ditangkap Berjenis Kelamin Betina, BKSDA Aceh: Yang Berkeliaran Salah Satunya Cidera
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.