Ayah Cabuli Anak di Semak-Semak di Samarinda, Begini Tanggapan Psikolog Klinis
Perilaku tak senonoh yang dilakukan S menambah panjang daftar kelam kasus pencabulan di Kota Tepian ini
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Kaltim Budi Dwi Prasetiyo
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sosok ayah yang seharusnya menjadi pelindung tega merampas kehormatan anaknya.
Meskipun tak memiliki hubungan biologis, sejatinya perbuatan tak senonoh itu tak dilakukan.
Dengan dalih sakit hati akibat bertengkar dengan istri. Hal itu yang selalu dikatakan pria berumur 35 tahun itu.
"Baru saat itu saja saya kepikiran, memang sudah kesal dan melampiaskan ke anak," katanya.
Perilaku tak senonoh yang dilakukan S menambah panjang daftar kelam kasus pencabulan di Kota Tepian ini.
Ayunda Ramadhan yang aktif dalam kampanye perlindungan perempuan dan anak, merasa riskan dengan kondisi tersebut.
Terlebih ketika mengetahui kedua tangan anak tirinya diikat.
Baca: Permenhub Larangan Mudik Terbit, Seluruh Kapal Penumpang Pelni Dialihkan untuk Angkutan Logistik
"Itu sudah jelas masuk dalam pencabulan dengan kekerasan karena sudah jelas ada ancaman juga," ungkap Ayunda.
Ayunda juga menilai pelaku dapat diindikasikan memiliki penyimpangan seks abnormal. Motif dari pelaku pun, dinilai bisa dari segala sisi.
Dosen Unmul itu menilai, ada beberapa kemungkinan lainnya sehingga perbuatan tak senonoh itu dapat terjadi.
Dimulai dari perkelahian yang terjadi antara pelaku dan istrinya bisa menjadi pemicu sebagai pelampiasan agresif. Serta adanya kemungkinan dorongan biologis yang tak tertahankan.
"Bisa jadi itu adalah pelampiasan agresif karena kalah sama istrinya dan melampiaskan ke anak kandung istri," terang psikolog klinis tersebut.
"Walaupun statusnya anak tiri seharusnya tak boleh, tidak lazim. Perilaku itu adalah perilaku abnormal," sambungnya.
Baca: Menang Gugatan Perdata vs Korporasi, Jaksa Pengacara Negara Minta PN Jambi Eksekusi Biaya Ganti Rugi
Ditanya dampak besar yang terjadi akibat perkelahian rumah tangga, psikolog klinis itu menerangkan hal tersebut bisa jadi pemicu. Namun, perkelahian tersebut hanya menjadi opsi pemicu skala kecil.
Terlepas adanya kepastian gangguan kejiwaan yang diidap pelaku Ayunda menerangkan hal itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Saat disinggung kesadaran pelaku saat beraksi, Ayunda belum bisa memastikan lebih dalam. "Itu tergantung dari temuan penyidik, harus dilihat dahulu unsur kesengajaannya, kalau direncanakan ya berarti sadar, itu kewenangan penyidik," pungkasnya
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Ayah Cabuli Anak di Semak-semak, Psikolog Klinis: Pelaku Dapat Diindikasikan Penyimpangan Abnormal
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.