Mengenal Batik Toeli Laweyan Solo, Pekerjanya Penyandang Disabilitas Tunarungu
Batik Toeli Laweyan di Solo Jawa Tengah mempekerjakan para penyandang disabilitas tunarungu sebagai pegawainya.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah UMKM batik di Solo Jawa Tengah mempekerjakan para penyandang disabilitas tunarungu sebagai pegawainya.
UMKM tersebut bernama Batik Toeli yang terletak di Laweyan, Solo, yang dikenal dengan sentra industri batik.
Batik Toeli Laweyan diinisiasi oleh pemilik CV Mahkota Laweyan, Alpha Febela Priyatmono sejak pertengahan tahun 2019 lalu.
CV Mahkota Laweyan merupakan usaha yang bergerak dalam produksi pakaian batik.
Manajer Produksi Batik Toeli, Muhammad Taufan Wicaksono atau kerap dipanggil Topan menyebut Batik Toeli dibentuk saat CV Mahkota Laweyan memiliki pegawai yang menyandang tunarungu.
"Kemudian dikembangkanlah dan diangkat untuk memproduksi produk batik di Batik Toeli," ungkap Topan kepada Tribunnews melalui telewicara video, Jumat (24/4/2020).
Baca: VIRAL Pencuri di Minimarket Kepergok Bikin Pegawai Geram dan Emosi, Begini Tanggapan Manajemen
Baca: Naik Sapi ke Minimarket, Warga Singolungu Sarangan Magetan Viral
Saat ini, Batik Toeli baru memiliki tiga orang pekerja dengan kondisi tunarungu.
"Produk-produk yang dihasilkan ada kemeja, outer, dan pakaian lain," ujarnya.
Memasuki bulan Ramadan, Batik Toeli pun mencoba untuk mengembangkan produk pakaian muslim.
"Kami mengarahkan juga untuk moslem corner, membuat perlengkapan muslim seperti peci, kopiah, dan baju muslim," ungkap Topan.
Produksi Masker
Sementara itu Batik Toeli saat ini juga memproduksi masker dari kain batik di tengah pandemi covid-19.
"Saat kita melihat situasi wabah corona, kami berinisiatif membuat masker," kata Topan.
Baca: Tips Menjaga Kesehatan saat Ramadhan di Tengah Pandemi Corona, Gunakan Masker jika Keluar Rumah
Baca: Tindak 29 Ribu Pelanggar PSBB di Jadetabek, Polisi Sebut Dominan Tidak Pakai Masker
Topan mengungkapkan, bahan batik untuk membuat masker berasal dari sisa produksi Batik Mahkota.
"Ini juga menjadi salah satu pelindung diri di masyarakat," ungkapnya.
Dalam sehari, target masing-masing pekerja mampu menghasilkan 20 potong.
Harga jual masker dari Batik Toeli ialah Rp 5 ribu rupiah per biji.
Dalam penjualannya, Batik Toeli memasarkan produk melalui online.
"Saat ini masih melalui online dan media sosial, serta relasi-relasi yang membutuhkan masker," ujarnya.
Topan berharap, UMKM baik yang baru mulai maupun yang sudah berjalan dapat melihat sisi lain usaha mereka.
"Ketika orang-orang berkebutuhan khusus belum memiliki pekerjaan tapi memiliki keahlian, bisa dipekerjakan dan ditingkatkan skillnya," ujar Topan.
Topan berujar agar pengusaha tidak hanya berorientasi pada profit dan keuntungan.
"Kita bisa mengasah kemampuan mereka (penyandang disabilitas) sehingga dapat membuat produk sesuai skill mereka," ungkap Topan.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)