Kades Pusing Bantuan tak Tepat Sasaran, Warga Mampu Ada yang Dobel, Orang Meninggal Masih Dapat
Kisruh pembagian paket bantuan kepada keluarga penerima bantuan di Kabupaten Kuningan.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNNEWS.COM, KUNINGAN - Kisruh pembagian paket bantuan kepada keluarga penerima bantuan di Kabupaten Kuningan.
Petugas pos yang kebingunan karena banyak keluarga yang menerima bantuan hingga dobel.
Mereka ada yang masuk ke Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Bahkan ada data penerima bantuan pemerintah yang ternyata sudah meninggal dunia.
Selain petugas pos, para kepala desa di Kabupaten Kuningan juga banyak yang kebingungan, sebab jatah bantuan jauh dibandingkan daftar yang diajukan.
Baca: DPRD DKI: Tunawisma Harus Diedukasi Seputar Penyebaran Virus Corona
Baca: Alyssa Soebandono Bagikan Tulisan tentang Jarak Usianya dengan Suami, Simak Lagi Perjalanan Cintanya
Baca: Sikap Pemenang Grand Slam Dua Kali Asal Jepang Soal Penundaan Olimpiade Tokyo 2020
Baca: 2 Pegawai Pabrik Rokok Sampurna Meninggal, Ratusan Lainnya Reaktif, Bisa Jadi Klaster Covid-19 Baru
“Untuk warga Desa Cipasung Kecamatan Darma hanya mendapatkan bantuan untuk 31 (kartu keluarga, red) kk dari yang di usulkan 600 kk dan dua orang kk sudah meninggal puluhan tahun lalu,“ kata Kepala Desa Cipasung Kecamatan Darma kabupaten Kuningan, yakni Nanang Nuryadi saat menyampaikan kepada wartawan,Kamis (30/04/2020).
Tidak hanya itu, kata Nanang menyebutkan ada18 kk lainnya dobel dengan PKH dan BPNT.
“Sehingga petugas pos bingung datang ke desa dan menanyakan jika ada yang telah meninggal harus dibawa pulang lagi dan dikembalikan," katanya.
Berbeda dengan pemerintah Desa Parung berinisiasi hendak menempel striker pada rumah penerima bantuan.
Dengan tulisan bahwa ‘RUMAH INI ADALAH KELUARGA MISKIN PENERIMA PKH’.
“Sehingga tindakan ini berhasil dan ada 8 keluarga penerima manfaat (PKM) langsung mundur,”ujar Kades Osa Maliki.
Mudnurnya sebanyak 8 PKH dari 121 penerima ini untuk menghindari kecemburuan social di lingkungan.
”Kemudian melihat jumlah tadi, belakangan terbilang cukup mampu,” ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.