Beredar Video Bocah Aniaya Teman Sebaya, Diduga Direkam Sang Ayah, Begini Tanggapan Psikolog
Beredar video seorang bocah menganiaya teman sebayanya. Diduga video direkam oleh ayah pelaku. Psikolog Keluarga beri tanggapan.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Beredar video di media sosial yang menunjukkan penganiayaan dari seorang bocah terhadap teman sebayanya.
Dalam video tersebut, seorang bocah laki-laki yang mengenakan kaos bergaris serta bercelana merah itu tampak berulangkali memukuli temannya.
Ia juga terlihat mengangkat temannya tersebut seperti berusaha membantingnya hingga kemudian menendangnya.
Temannya yang mengenakan setelan berwarna hijau-hitam itu tampak diam saja, tak melawan.
Sementara itu, dalam rekaman video itu, terdengar suara laki-laki dewasa yang diduga sebagai perekam video.
Laki-laki tersebut terdengar mengatakan 'jangan menangis' dalam bahasa Jawa.
Baca: Kementerian PPPA Susun Protokol Perlindungan Anak di Tengah Pandemi Corona
Baca: Polisi Minta Pelaku Penganiayaan Petugas Dinas Perhubungan Gowa Menyerahkan Diri
Menurut informasi yang beredar luas di media sosial, disebut-sebut bahwa perekam video itu tak lain merupakan ayah dari bocah yang memukuli temannya.
Warganet pun mengecam tindakan terduga ayah pelaku yang justru membiarkan tindak kekerasan itu terjadi.
Disebutkan pula dalam berbagai unggahan di media sosial bahwa kejadian tersebut berlokasi di Desa Petet, Tuntang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (12/5/2020).
Tanggapan Psikolog Keluarga
Psikolog Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S. Psi., M. Psi. menanggapi video yang beredar di media sosial tersebut.
Menurut Adib, kejadian dalam video tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih menganggap kekerasan sebagai hal yang wajar.
Terlebih, menurut informasi yang beredar, video itu direkam oleh ayah bocah yang memukuli temannya.
Adib pun menyayangkan tindakan terduga ayah pelaku itu yang justru tidak menjalankan perannya dalam mengajarkan anak untuk tidak melakukan kesalahan.
"Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita, memang masih banyak terjadi kekerasan, jadi kekerasan itu seolah-olah kok menjadi sesuatu yang bukan suatu kesalahan," kata Adib saat dihubungi Tribunnews.com melalui sambungan telepon, Rabu (13/5/2020) pagi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.