Hendrar Prihadi Ungkap Alasan Kota Semarang Tak Terapkan PSBB Selama Pandemi Covid-19
Adapun PKM di Kota Semarang kini tengah memasuki tahap ketiga, yakni hingga 7 Juni 2020
Penulis: Reza Deni
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Hendrar Prihadi Beberkan Alasan Kota Semarang Tak Terapkan PSBB Selama Pandemi Covid-19
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengungkap alasan Kota Semarang tak menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) selama pandemi virus corona atau Covid-19.
Menurut Hendrar, ada dampak sosial hingga ekonomi saat Covid-19 melanda Kota Semarang.
Baca: BREAKING NEWS Anies Baswedan Perpanjang PSBB dengan Masa Transisi hingga Waktu yang Tak Ditentukan
"Orang jadi kemudian dipaksa untuk tidak berinteraksi dengan masyarakat yang lain, stay at home, work from home, yang mengakibatkan kemudian jualan jadi tidak laku, ekonomi terpuruk, modal di tempat kita jadi kosong, restoran sepi, tempat-tempat wisata juga sepi, padahal Semarang ini orientasinya adalah kota perdagangan dan jasa difokuskan ke pariwisata," kata Hendrar dalam siaran BNPB, Kamis (4/6/2020).
Itulah yang kemudian, kata Hendrar, disepakati bahwa Kota Semarang mengambil jalan tengah, yakni menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM).
Adapun PKM di Kota Semarang kini tengah memasuki tahap ketiga hingga 7 Juni 2020.
"Ada tim patroli di setiap kelurahan ada tiga, jadi 177 kelurahan dikali tiga. Kemudian di setiap kecamatan juga ada tiga, jadi 16 kecamatan ada tiga, lalu di kota besar juga ada. Anggotanya satuan wilayah, TNI-Polri, dan juga kawan-kawan dari Pemkot Semarang," ujarnya.
Hendrar mengatakan terdapat pasang surut jumlah kasus positif Covid-19 di Semarang setelah diberlakukannya PKM.
Pada jilid pertama di periode akhir April hingga awal Mei, terdapat penurunan jumlah pasien positif Covid-19.
"Pada 27 April, waktu itu penderita Covid-19 kita ada 130. Kemudian kami berlakukan selama 28 hari. Titik terendah ada di tanggal 19 Mei, dari 130 penderita Covid-19 itu tinggal 47," ujarnya.
Namun, mendekati lebaran Idul Fitri lalu, Hendrar mengatakan situasi di Kota Semarang berubah drastis.
Meskipun larangan mudik sudah dikeluarkan, animo masyarakat menjelang lebaran cukup tinggi saat itu.
"Orang sudah lupa dengan namanya Covid-19. Orang kemudian fokusnya pada persiapan lebaran meskipun mudik sudah dilarang," kata Hendrar.
"Mal-mal penuh, pusat perbelanjaan penih, pasar-pasar ramai, dan sampai akhir PKM jilid kedua, kita mendapatkan angkanya naik menjadi 78 penderita Covid-19," ujarnya.
Setelah diperpanjang hingga 7 Juni, Hendrar penanganan Covid-19 di Semarang semakin digiatkan.
Baca: Fraksi PKS Ingatkan BPKH: Dana Haji Hanya untuk Kepentingan Jemaah
Beberapa tempat dicek dan rapid test digalakkan.
"Kita mendapati beberapa cluster-cluster baru. Catatan kami, ada 128 warga Semarang dan luar Semarang yang dirujuk ke RS Semarang karena menderita Covid-19," pungkas Hendrar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.