Cerita Istri Prajurit TNI yang Gugur di Kongo: Sempat Video Call, September 2020 Pulang ke Indonesia
Anita menceritakan, sebelum mendapat kabar suaminya meninggal, ia sempat berkomunikasi lewat video call
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Kabar duka datang dari Pasukan Perdamaian PBB.
Seorang prajurit TNI gugur saat melaksanaan tugasnya di Republik Demokratik Kongo (RDK).
Baca: Kronologi Serma Rama Wahyudi Gugur Diserang Kelompok Bersenjata Dalam Misi Perdamaian PBB di Kongo
Melansir Kompas.com, suasana duka tampak menyelimuti rumah mertua Serma TNI Rama Wahyudi di Jalan Garuda Sakti, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020).
Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI Angkatan Darat dari Detasemen Peralatan (Denpal) 1/4 Pekanbaru.
Sejumlah karangan bunga dukacita tampak berderet di pinggir jalan depan rumahnya.
Ucapan belasungkawa mengalir mulai dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Pangdam I/Bukit Barisan, Komandan Korem 031/Wira Bima, Komandan Kodim 0313/Kampar Letkol Inf Aidil Amin dan yang lainnya.
Istri almarhum Wahyudi, Anita (36) terlihat sedang duduk di sofa depan rumah.
Anita sambil mengenakan mukena ditemani beberapa keluarganya.
Air mata berlinang di wajah Anita.
Dia teramat sedih dengan kepergian suami tercinta.
Sesekali ia mengusap air matanya dan berusaha untuk tegar menghadapi musibah itu.
Ia pun bersedia diwawancarai Kompas.com yang datang ke rumah duka, Rabu siang.
Sempat video call sebelum penyerangan
Anita menceritakan, sebelum mendapat kabar suaminya meninggal, ia sempat berkomunikasi lewat video call.
"Senin malam itu kami video call sebelum pukul 22.00 WIB. Sebelum tidur, saya sama anak-anak pasti video call dulu. Biasa tanya kabar dan sebagainya," kata Anita.
Pada saat video call, menurut Anita, suaminya sedang berada di dalam mobil dan sedang menempuh perjalanan.
Suaminya kemudian menutup video call dan berjanji akan disambung lagi setelah sampai di markas.
"Setelah itu enggak ada telpon lagi. Paginya dapat kabar, orang staf (TNI) datang kasih tahu kejadian itu. Pas saya tanya kronologi, katanya dihadang pas pulang itu," sebut Anita.
Dia mengatakan, suaminya sudah enam bulan berada di Kongo.
Apabila tidak ada halangan, sebut Anita, sang suami rencananya akan pulang kampung pada September 2020 mendatang.
"Katanya kemarin bulan delapan (Agustus) mau pulang, tapi karena Covid-19 tak bisa. Jadi bulan sembilan ambil cuti gelombang kedua. Saya bilang bisa pulang ya, dijawabnya iya. Kalau bisa pulang, pulang lah dulu," tutur Anita.
"Rupanya Allah berkehendak lain ya. Pulangnya lebih cepat," kata Anita sambil menangis.
Anita dan Wahyudi memiliki tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki.
Anak pertama kelas II SD, anak kedua masih TK dan yang terakhir masih berusia 4 tahun.
Rencana membangun rumah Mereka selama ini tinggal di rumah orang tuanya di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung. Sedangkan rumah mereka masih dalam tahap pembangunan.
"Rumah kami sedang di bangun di kilometer 2 di Jalan Garuda Sakti ini juga. Rencananya kalau dia udah pulang kita bangun rumah lagi," ucap Anita.
Menurut Anita, suaminya akan berulang tahun di usia yang ke-37 pada Juli 2020 mendatang.
Komandan Korem (Danrem) 031/ Wira Bima Brigjen TNI Syech Ismed mengatakan, kepulangan jenazah menunggu pengurusan dari PBB terlebih dahulu.
Menurut dia, dalam beberapa hari ke depan jenazah akan tiba di Pekanbaru.
"Nanti akan dimakamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan) Pekanbaru. Dia adalah pahlawan karena gugur dalam bertugas," sebut Ismed.
Sebagaimana diketahui, Serma Rama Wahyudi gugur saat bertugas menjalankan misi perdamaian di Kongo.
Dia diserang saat berada sekitar 20 kilometer dari Kota Beni, Provinsi Kivu Utara.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Cerita Sedih Istri Prajurit TNI yang Gugur di Kongo, Video Call Sebelum Penyerangan
Dihubungi KSAD
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan telah menjalin komunikasi dengan keluarga prajurit TNI AD anggota Pasukan Perdamaian PBB yang gugur saat bertugas di Kongo beberapa hari lalu.
Selain itu, Andika Perkasa mengatakan dirinya juga telah berkomunikasi dengan satuan prajurit TNI AD tersebut.
Baca: 1 Prajurit TNI Gugur di Kongo, Jenderal Andika Perintahkan Evaluasi
Hal tersebut diungkapkan Andika usai acara Coffee Morning dan Olahraga bersama di Markas Besar TNI AD pada Rabu (24/6/2020).
"Kami juga proaktif, artinya kita sudah berhubungan dengan keluarga, dengan satuannya," kata Andika.
Terkait dengan santunan prajurit tersebut, Andika mengatakan Mabes TNI yang akan menanganinya.
Meski begitu Andika mengatakan pihaknya akan mengajak pihak swasta untuk turut memberikan santunan terhadap prajurit tersebut.
"Santunan sudah kami berusaha untuk ajak kalau yang ASABRI, TWP Angkatan Darat, itu memang sudah pasti," ucap Andika.
"Tapi memang akan kita ajak juga BUMN seperti yang kemarin pada saat kami ke Semarang untuk menjenguk keluarga korban yang jatuh heli itu juga ada perhatian dari BNI, BRI, dan Mandiri," kata Andika.
Baca: Profil Serma Rama Wahyudi, Prajurit TNI AD Pasukan Perdamaian PBB yang Gugur di Kongo
Terkait dengan satu prajurit TNI AD anggota pasukan perdamaian PBB yang mengalami luka-luka dalam insiden tersebut Andika mengatakan akan berupaya semaksimal mungkin untuk kesembuhannya.
"Satu yang meninggal tapi satu itu luka. Yang mudah-mudahan masih ada harapan untuk pulih," kata Andika.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.