Kerumunan di Malioboro Susah Dicegah, Banyak Warga Gunakan Maker di Dagu
Tantangan terbesar di Malioboro adalah memecah kerumunan dan banyak wisatawan tidak menggunakan menggunakan masker dengan benar.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Kepala Satpol-PP DIY Noviar Rahmad menyebut tantangan terbesar yang ada di Malioboro adalah memecah kerumunan demi mencegah penyebaran Covid-19.
"Cuma kalau kerumunan seperti ini susah dikendalikan. Kami tidak mungkin bisa tungguin dari pagi sampai malam mereka jaga jarak. Kalau kami lewat, kami ingatkan. Kalau kami pergi, mereka kumpul lagi," ucap Noviar di Kompleks Kepatihan, Senin (17/8/2020).
Noviar melanjutkan semua orang di Malioboro telah membawa masker, namun penggunaannya belum tepat.
"Masih ada yang dikantongi dan pemakaiannya di bawah dagu. Pemakaian tidak benar juga menjadi sasaran edukasi kami," ungkapnya.
Dia mengungkapkan sejak 4 Agustus 2020 pihaknya melakukan operasi nonyustisi penggunaan masker, setidaknya 100 pelanggar terjaring setiap harinya.
Meski banyak masyarakat maupun wisatawan yang tidak menggunakan masker, Noviar tetap gencar melakukan operasi nonyustisi baik di perkotaan maupun tempat wisata.
Adapun personil yang ditempatkan yakni 75 orang untuk di area perkotaan dan 328 orang di objek wisata.
Namun untuk penjagaan di Malioboro, dijelaskan Noviar tidak dilakukan setiap hari.
"Kita tidak tiap hari masuk sini (Malioboro). Satu waktu misal malam di Titik Nol. Kita tidak terus menerus. Di Malioboro ada Jogoboro, ada UPT Malioboro yang selalu mengawasi setiap hari," terangnya.
Adapun keberadaannya di Malioboro yakni untuk terus melakukan edukasi kepada wisatawan.
Sementara itu, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan penjagaan terhadap ketertiban mengikuti protokol kesehatan harus tetap ditegakan.
"Teman-teman Gakkum terutama Pol-PP kepolisian tentu tetap memberi kenjagaan mengingatkan mereka yang tidak mematuhi protokol kesehatan," bebernya.
Baskara Aji meminta semua pengunjung di DIY harus menggunakan Jogja Pass agar memudahkan identifikasi di satu lokasi jumlah yang hadir dan di lokasi mana yang kapasitas maskimumnya sudah tercapai.
Ketika telah mencapai kapasitas maksimum, maka wisatawan diminta untuk pindah ke lokasi yang lain.
"Tadi malam kami lihat, begitu padat pengunjung dan wisatawan. Saya rasa ini jadi catatan kita untuk memberikan peringatan lebih jelas kepada wisatawan," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Satpol-PP DIY : Kerumunan di Malioboro Susah Dikendalikan,