Pengelola Beri Klarifikasi Soal Video Viral Pendaki Gunung Lawu, Akui Kewalahan Tertibkan Kerumunan
Ketua Paguyuban Giri Lawu (PGL), Miko Wicaksono memberikan klarifikasinya soal video viral berjubelnya para pendaki yang akan masuk ke Gunung Lawu.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Paguyuban Giri Lawu (PGL), Miko Wicaksono memberikan klarifikasinya soal video viral berjubelnya para pendaki yang akan masuk ke Gunung Lawu di media sosial, Minggu (16/8/2020).
Dirinya mengakui video tersebut benar adanya sesuai dengan kondisi di lapangan, di pintu masuk pendakian Gunung Lawu jalur Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur.
"Benar video diambil di pintu masuk Cemoro Sewu tadi (Minggu) pagi. Videonya dari unggahan teman di basecamp," katanya kepada Tribunnews.
Miko melaporkan, kondisi di kawasan tersebut masih ramai pengujung hingga Minggu malam.
Sedangkan, jam registrasi yang dibuka sejak 08.00 pagi sudah ditutup pukul 17.00 WIB.
Ditanya soal berjubelnya para pendaki yang tidak menjaga jarak, Miko memberikan jawabannya.
Miko mengaku, pihaknya kewalahan mengatur pendaki yang membludak.
Padahal, sebelumnya dari PGL sudah memberikan imbauan dan mensosialisasikan tentang protokol kesehatan lewat media sosial.
Baca: Video Sumpah Pocong Warga Prajekan Bodowoso Viral di Media Sosial, Ini Penjelasan Camat Setempat
"Aturan protokol kesehatan, persyaratan naik dan sebagainya, dari pihak perhutani dan kami sudah sosialisasikan."
"Juga sudah menyiapkan tempat cuci tangan di pintu masuk Cemoro Sewu tapi ketika pendaki berdatangan kita kewalahan untuk mengatur."
"Kita hanya bisa mengimbau lewat pengeras suara, kita sudah berusaha untuk menertibkan," tegas Miko.
Miko juga menginformasikan, kuota 800 pendaki hari ini sudah penuh.
Terakhir, dirinya meminta para pendaki untuk menerapkan dan mentaati protokol kesehatan yang ada selama mendaki Gunung Lawu.
"Untuk para pendaki imbauannya tetap patuhi protokol kesehatan."
"Tetap safety, jaga kebersihan, patuhi apa yang sudah menjadi peraturan setiap basecamp," tandasnya.
Baca: Pertemuan Rafathar dengan Sosok Kembarannya yang Viral di Ulang Tahunnya yang ke-5
Viral Sebelumnya
Video yang memperlihatkan berjubelnya para pendaki yang akan masuk ke Gunung Lawu mendadak viral di media sosial.
Lewat video yang dibagikan oleh akun Twitter @sociogeeks_, tampak para pendaki membanjiri pintu masuk pendakian Gunung Lawu jalur Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur.
Tampak jelas mereka tidak menjaga jarak dan berdesak-desakan satu sama lainnya dan mengindahkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Hingga Minggu (18/8/2020), video tersebut telah ditonton sebanyak 56 ribu kali dan menuai beragam komentar warganet.
Komentar Fiersa Besari
Penulis sekaligus pemusik Indonesia, Fiersa Besari ikut memberikan komentarnya terkait video viral pendaki di Gunung Lawu tersebut.
Menurut pria yang juga hobi naik turun gunung ini, para pendaki tidak perlu memaksakan diri berdesak-desakan.
Apalagi memaksakan diri untuk bisa merayakan Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia di puncak gunung.
"Enggak perlu memaksa desak-desakan. 17-an bisa di kota masing-masing. Selain membahayakan satu sama lain, juga membahayakan kelestarian alam."
"Kawan, bendera yang kau kibarkan di halaman rumahmu sudah jadi bukti rasa cinta pada negeri. Toh puncak gunung enggak akan ke mana Smiling face with smiling eyes," tulis Fiersa di akun Twitter pribadinya.
Baca: Viral Video Tutorial Make Up untuk Ketemu Pacar vs Selingkuhan, Pengunggah Ungkap Cerita di Baliknya
Fiersa kemudian membagikan pengalamannya selama ini.
"Share pengalaman, ya. Sudah dari 2014 lalu saya tidak mendaki gunung komersil untuk 17 Agustusan. Kalaupun harus ke alam, pilihannya gunung yang sepi (biasanya kurang terkenal), atau bumi perkemahan. Saya sendiri ke gunung nyari damai, bukan ramai. Tapi, ya tiap orang beda niatan
Saya sadar, sebagai pegiat alam bebas yang notabene bikin dokumenter naik gunung, memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan pegiat alam lainnya. Pengibaran bendera di gunung sebagai bentuk nasionalisme itu enggak salah kok ... kalau enggak beramai-ramai dan enggak pandemi :)
Tapi situasinya berbeda. Kita sedang diwajibkan untuk jaga jarak. Mau itu di gunung, di stasiun, di rumah Kang Somad, tetap harus mematuhi protokol yang berlaku. Ingat, merdeka enggak ada artinya kalau enggak disertai rasa tanggung jawab pada sesama dan lingkungan. Gitu ya. Mwah," ujar Fiersa.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)