Protokol Sekolah Tatap Muka di Jateng, Ganjar Pranowo: Siswa Dilarang Naik Angkot!
Dari hasil simulasi tersebut dilakukan evaluasi dan akan dijadikan acuan jika ada sekolah yang ingin membuka atau melakukan simulasi tatap muka.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Tujuh sekolah tingkat SMA/SMK di Jawa Tengah melakukan simulasi kegiatan belajar mengajar tatap muka.
Dari hasil simulasi tersebut dilakukan evaluasi dan akan dijadikan acuan jika ada sekolah yang ingin membuka atau melakukan simulasi tatap muka.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh siswa siswi dari hasil evaluasi simulasi di tujuh sekolah tersebut.
Salah satu di antaranya adalah siswa atau siswi dilarang naik transportasi umum sejenis angkot.
“Nah bagaimana caranya? ya mulai dari rumah, dia tidak naik angkot, diantar orangtua, pulangnya juga begitu tidak mampir-mampir, di kelas istirahat juga tidak kelayapan, membawa makan sendiri, memakai masker, tempat cuci tangan ada, tempat parkir ada, gurunya juga membuat SOP yang baik, dan melindungi dirinya,” terang Ganjar.
Ia mengatakan pihaknya saat ini tengah mematangkan hasil evaluasi simulasi sekolah tatap muka selama dua pekan terakhir yang dilaksanakan di tujuh sekolah tersebut.
Ganjar menjelaskan, evaluasi yang berjalan hingga hari ini seluruhnya berjalan dengan baik. Pihaknya juga tengah meminta pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) untuk menggabungkan hasil terbaik dari evaluasi di berbagai tempat.
“Kalau itu bisa dijadikan satu maka akan bisa ditemukan terbaik-terbaiknya dari masing-masing. Inilah yang kita jadikan satu sistem, sehingga nanti jadi guidance kita berdasarkan praktek. Ya ini lho adaptasinya,” ucap Ganjar.
Ganjar menyatakan, sebenarnya tujuh sekolah yang saat ini melaksanakan simulasi sudah memiliki pedoman yang baik. Namun, karena masih meraba-raba, dengan simulasi yang berjalan ini maka bisa ditemukan cara tepat untuk beradaptasi.
Sampai hari ini, Ganjar mengaku sudah ada beberapa sekolah lagi yang mengajukan izin untuk bisa menggelar tatap muka. Namun, kebanyakan kembali menunda karena belum bisa memenuhi pedoman adaptasi yang ada.
“Beberapa sudah minta kemarin ada, tapi ketika kita minta harus begini-begini sanggup enggak, mereka ternyata belum sanggup dan minta tunda lagi, oke,” ujarnya.