Dosen di Makassar Diduga Dianiaya Polisi hingga Babak Belur, Dikira pendemo, Padahal Mau Ngeprint
Seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Makassar, Sulawesi Selatan mengaku jadi korban salah tangkap aparat kepolisian.
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Makassar, Sulawesi Selatan mengaku jadi korban salah tangkap aparat kepolisian.
Peristiwa itu bermula, saat pria berinisial AM (27) itu pergi nge-print di sekitar Universitas Bosowa.
Namun, saat itu terjadi aksi unjuk rasa menolak pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (8/10/2020).
Ia kemudian malah ditangkap dan mendapatkan tindakan represif dari aparat yang menangkapnya.
Dia mengaku dipukul berulang kali hingga mengalami luka lebam di bagian wajah dan beberapa anggota tubuhnya.
Hal ini membuat AM trauma, mengingat dia saat itu bukan bagian dari massa aksi yang bentrok dengan polisi saat demo berlangsung.
"Saya pada saat itu pertama tidak berada di lokasi. Saya mencari makan, setelah itu saya mau pergi nge-print. Saya biasanya print di depan Universitas Bosowa. Ketika saya mau ke sana, ternyata aksi masih terjadi," kata AM menceritakan detik-detik sebelum ditangkap di kantor PBHI Sulsel, Minggu (11/10/2020).
Baca: Pria Ini Dipukul Pakai Pentungan oleh Polisi, Dikira Ikut Demo, Padahal sedang Janjian COD
AM berani membuktikan bahwa dirinya bukan pengunjuk rasa atau bagian dari massa aksi dengan bukti kamera CCTV di tiang listrik lampu jalan dekat dirinya ditangkap.
Dia memastikan bahwa tidak sedikit pun dia menginjak lokasi unjuk rasa.
AM yang saat itu hendak mencetak tugasnya terkejut ketika polisi menembakkan gas air mata di tempat dirinya berada.
Merasa tidak bersalah dan tidak terlibat dalam kericuhan, AM pun hanya menghindar sedikit agar tidak terkena gas air mata yang ditembakkan polisi.
Namun, dia tidak menyangka ketika sekitar 20 aparat kepolisian mendatanginya.
Saat meyakinkan polisi bahwa dia bukan massa aksi dengan menunjukkan KTP, AM malah kena pukulan dari polisi.
"Saya hanya kebetulan di sini terjebak. Saya mau nge-print. Saya tunjukkan KTP saya, tapi tidak juga diindahkan. Kemudian saya langsung dipukul, diangkat kerah saya."
Baca: Dosen Korban Represif Polisi Meski Tak Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja: Saya Mengira Itu Ajal Saya